3.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi Arikunto, 2006: 131. Hasil pengambilan sampel diperoleh 2 kelas kelas yaitu 40 siswa dari kelas X-5
sebagai kelas eksperimen dan 40 siswa dari kelas X-9 sebagai kelas kontrol. 3.2.3
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu memilih secara acak dari populasi yang ada dengan
mengambil dua kelas sebagai sampel. Teknik simple random sampling dipilih karena analisis data awal dari nilai UAS semester gasal siswa kelas X tahun ajaran
20122013 menggunakan uji homogenitas populasi dan uji analisis varians populasi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penilaian Arikunto, 2006: 118. Adapun variabel yang digunakan
adalah sebagai berikut: 1.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan laboratorium
menggunakan pendekatan generative learning.
2.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.4 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah pretest-postest control group design. Sampel diambil sebanyak dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas sebagai kelas kontrol Sugiyono, 2008: 76.
Tabel 3.2 Desain Penelitian Sampel
Kondisi Awal Perlakuan
Kondisi Akhir R
O
1
X O
2
R O
3
Y O
4
Keterangan:
R = sampel diambil secara acak baik kelas eksperimen maupun kontrol
O
1
= pretest kelompok eksperimen O
2
= posttest kelompok eksperimen O
3
= pretest kelompok kontrol O
4
= posttest kelompok kontrol X
= perlakuan kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning
Y = perlakuan kegiatan laboratorium verifikatif
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
3.5.1 Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan tahap persiapan sebagai berikut: 1.
Penyusunan perangkat pembelajaran. 2.
Penyusunan kisi-kisi soal dan soal berupa pilihan ganda. 3.
Uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam enam kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pretest-posttest dan empat kali pertemuan untuk proses
pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3.5.2.1 Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen Kegiatan Laboratorium
Menggunakan Pendekatan Generative Learning
1. Pada awal pembelajaran, guru membagi siswa secara heterogen dalam
kelompok terdiri dari 5-7 siswa sesuai dengan kemampuan awalnya dan membagi lembar kerja siswa LKS pada tiap-tiap kelompok.
2. Guru memulai mengingatkan kembali pengetahuan yang dimiliki siswa
berupa pertanyaan dan informasi kemudian dikaitkan dengan materi yang
akan dipelajari eksplorasi.
3. Guru menfasilitasi siswa dalam kegiatan laboratorium yang bertujuan
penyelidikan konsep yang belum diketahui sehingga memperoleh pengetahuan, prosedur kerja dari kegiatan laboratorium ini tercantumkan
pada lembar kerja siswa LKS. Di dalam kegiatan laboratorium, siswa mempersiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan, melakukan
pengukuran, memasukan data, membuat grafik, dan membuat
kesimpulan pemfokusan.
4. Guru memberi kesempatan siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil
kelompok. Selanjutnya guru menanggapi hasil diskusi, memberi penguatan, memberikan informasi sebenarnya, dan membimbing siswa
untuk menarik kesimpulan dari kegiatan laboratorium pengenalan konsep.
5. Guru memberi informasi mengenai manfaat dan contoh penerapan dari
materi yang diperlajari dalam kegiatan laboratorium. Selanjutnya Guru
memberi contoh soal dan latihan soal yang terkait penerapan konsep. 3.5.2.2
Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol Kegiatan Laboratorium Verifikatif
1. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi secara langsung
dengan metode ceramah dan memberi contoh soal dan latihan terkait agar lebih jelas.
2. Guru membagi siswa secara heterogen dalam kelompok yang terdiri dari
5-7 siswa sesuai dengan kemampuan awalnya dan membagi lembar kerja siswa LKS pada tiap-tiap kelompok
3. Guru menfasilitasi siswa dalam kegiatan laboratorium yang bertujuan
pembuktian konsep verifikatif yang telah diketahui sebelumnya, prosedur kerja dari kegiatan laboratorium ini tercantumkan pada lembar
kerja siswa LKS. Di dalam kegiatan laboratorium, siswa mempersiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan, melakukan
pengukuran, memasukan data, membuat grafik, dan membuat kesimpulan.
3.6 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur Penelitian Eksperimen.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono 2008: 137 menyatakan bahwa terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian
dan kualitas data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berdasarkan data yang dibutuhkan maka metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode dokumentasi, metode test, dan metode observasi.
Teknik simple random sampling
1.Uji normalitas 2.Uji kesamaan dua varian
3.Uji perbedaan dua rata-rata 4.Uji gain
Pre test Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kegiatan Laboratorium Verifikatif
Kegiatan Laboratorium Menggunakan Pendekatan
Generative Learning Instrumen
Uji Coba Soal
Uji homogenitas UJi analisis varians
Uji pengaruh
Analisis Data Aktivitas
Belajar Hasil
Belajar
Rekomendasi guru dan telah menempuh
materi yang dijadikan penelitian
Populasi Kelas Uji Coba
Post test Sampel
digunakan
3.7.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yaitu daftar nama siswa, jumlah siswa, daftar nilai sebelum dilakukan
penelitian, dan foto selama penelitian berlangsung.
3.7.2 Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok Arikunto 2006: 150. Metode tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran atau diberi perlakuan.
3.7.3 Metode Observasi
Metode Observasi dilaksanakan sebelum dilakukan penelitian dan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian dilakukan untuk memperoleh
data aktivitas belajar, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik dalam kegiatan laboratorium secara langsung.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan
mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah Arikunto, 2006: 160. Instrumen yang
diperlukan dalam penelitian ini antara lain : silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, soal berupa pilihan ganda dan lembar
observasi.
3.9 Analisis Instrumen
Analisis tes yang digunakan untuk ranah kognitf berupa tes pilihan ganda sebagai berikut:
3.9.1 Validitas
Validitas soal bentuk pilihan ganda menggunakan rumus korelasi poin biserial Arikunto, 2006: 283.
Keterangan: = koefisien korelasi point biserial
= rerata skor siswa yang menjawab benar = rerata skor siswa total
= proporsi skor siswa yang menjawab benar = proporsi skor siswa yang menjawab salah
= standar deviasi total Harga r
pbis
yang diperoleh dikonsultasikan dengan r
tabel
product moment dengan taraf signifikan 5. Soal dikatakan valid jika harga r
pbis
r
tabel
. Berdasarkan uji coba diperoleh hasil perhitungan validitas soal nomor 1
dengan r
pbis
= 0,404 dan r
tabel
= 0,334. Karena r
pbis
r
tabel
maka nomor 1 valid, perhitungan validitas nomor 1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.
Untuk melihat perhitungan validari keseluruhan sebanyak 40 soal uji coba terdapat 25 valid dan 15 soal tidak valid, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel 3.3 Validitas Soal Kriteria
Nomor Soal Jumlah
Valid 1, 2, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 24,
25, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 34, 36, 38 25 Soal
Tidak Valid
3, 6,7, 12, 14, 15, 20, 22, 23, 29, 32, 35, 37, 39, 40
15 Soal Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.
3.9.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen itu cukup baik Arikunto, 2006: 178. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrument penelitian adalah
rumus K-R. 21 yaitu
Keterangan: r
11
= reliabilitas soal M
= rata-rata skor awal K
= jumlah butir soal V
t
= variasi skor total = kuadrat simpangan baku skor total Harga r
11
yang diperoleh dikonsultasikan dengan r
tabel
product moment dengan taraf signifikan 5. Jika r
11
r
tabel
maka instrument yang diuji bersifat reliabel.
Berdasarkan uji coba diperoleh hasil perhitungan reliabilitas dengan r
11
= 0,639 dan r
tabel
= 0,334. Karena r
pbis
r
tabel
maka instrumen reliabel, perhitungan reliabilitas intrument selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23.
3.9.3 Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab
soal Arikunto, 2006: 188. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus berikut:
Keterangan: = daya pembeda
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pada tabel 3.4 disajikan kriteria daya pembeda soal. Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda
Nilai Daya Beda Kriteria
0,00 ≤ DP 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP 0,70
Baik 0,70 ≤ DP ≤ 1,00
Baik Sekali D = negatif = semua soal tidak baik = soal perlu dibuang
Berdasarkan uji coba diperoleh hasil perhitungan daya beda nomor 1 dengan sesuai kriteria maka soal nomor 1 termasuk Cukup, perhitungan daya
beda nomor 1, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24. Untuk melihat
perhitungan daya beda keseluruhan sebanyak 40 soal uji coba terdapat 14 soal dengan daya beda jelek, 22 soal dengan daya beda cukup dan 4 soal dengan daya
beda baik, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.5 Tabel 3.5 Daya Beda Soal
Kriteria Nomor Soal
Jumlah Jelek
3, 6, 7, 12, 14, 15, 20, 22, 29, 32, 35, 37,39, 40 14 Soal
Cukup 1, 2, 4, 5, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 23,
25, 26, 27, 28, 33, 34, 36, 38 22 Soal
Baik 9, 24, 30, 31
4 Soal Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.
3.9.4 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan indikator mudah sukarnya soal bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan indeks kesukaran Arikunto, 2006: 210.
Keterangan : TK = Tingkat kesukaran
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JS
A
= banyak siswa pada kelompok atas JS
B
= banyak siswa pada kelompok bawah
Pada tabel 3.6 disajikan kriteria tingkat kesukaran soal. Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran
Nilai TK Kriteria
0,00 ≤ TK 0,30 Sukar 0,30 ≤ TK 0,70 Sedang
0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah Berdasarkan uji coba diperoleh hasil perhitungan tingkat kesukaran nomor 1
dengan TK= 0,86 sesuai kriteria maka soal no 1 termasuk soal mudah, perhitungan tingkat kesukaran nomor 1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
25. Untuk melihat perhitungan tingkat kesukaran keseluruhan sebanyak 40 soal uji coba terdapat 17 soal mudah, 19 dan 4 soal tidak valid, selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 3.7 Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Soal
Kriteria Nomor Soal
Jumlah Mudah
1, 3, 4, 5, 8, 10, 13, 20, 22, 23, 28, 33, 34, 35, 37, 38, 39
17 Soal Sedang
2, 6, 7, 9, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 36, 40
19 Soal Sukar
11, 14, 17, 19 4 Soal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.
3.10 Analisis Data
3.10.1 Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaan populasi, menentukan sampel dan mengetahui keadaan awal yang sama. Uji yang dilakukan
adalah uji homogenitas dan uji analisis varians populasi. Data yang digunakan pada analisis tahap awal adalah nilai UAS Semester Gasal siswa kelas X SMA
Negeri 1 Grobogan, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
3.10.2.1 Uji Homogenitas
Sebelum dilakukan penelitian populasi yang akan diteliti harus dalam keadaan homogen agar dalam pengambilan sampel dapat digunakan teknik
random sampling, dapat diuji dengan mengunakan uji Bartlett dengan rumus sebagai berikut:
dimana
Sudjana, 2005: 263 dengan
= besarnya homogenitas = varians masing-masing kelompok
= varians total = jumlah masing-masing kelompok
Kriteria pengujian : jika dengan
dan maka populasi keadaan homogen.
Hasil perhitungan uji homogenitas data populasi diperoleh dan
, karena berarti bahwa populasi
mempunyai varians yang sama homogen, perhitungan uji homogenitas data populasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.
3.10.2.2 Uji Analisis Varians Populasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas dalam populasi, dapat diuji dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
Uji kesamaan keadaan awal populasi dihitung menggunakan rumus: Jumlah kuadrat total
Jumlah kuadrat antara kelompok
Jumlah kuadrat dalam
Mean kuadrat antara kelompok
Mean kuadrat kuadrat dalam
Sugiyono, 2007 : 201-202 Pada tabel 3.8 disajikan ringkasan uji analisis varians.
Tabel 3.8 Ringkasan Uji Analisis Varians
Sumber Variasi
db Jk
Mk
Antar Kelompok
k-1 dk pembilang = k-1
dk penyebut = n-k Dalam
Kelompok n-k
Total n-1
Dengan n = jumlah seluruh siswa populasi dan k = jumlah kelas sampel
Kriteria pengujian jika F
hitung
F
tabel
dengan dengan dk pembilang = k-
1, dk penyebut = maka maka populasi mempunyai rata-rata antar kelas
tidak berbeda. Hasil perhitungan uji analisis varians data populasi diperoleh F
hitung
= 0,528 dan F
tabel
= 1,956, karena F
hitung
F
tabel
berarti bahwa populasi mempunyai rata-rata antar kelas tidak berbeda, perhitungan uji analisis varians
data populasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28.
3.10.2 Analisis Data Akhir
Analisis tahap akhir digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji yang dilakukan adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, analisis aktivitas
belajar, analisis hasil belajar dan uji gain. Data yang digunakan pada analisis tahap awal adalah nilai pretest-posstest dari 2 kelas sampel. Tahapan analisis
tahap akhir adalah sebagai berikut:
3.10.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus Chi
Kuadrat.
Keterangan: : Chi kuadrat
E
i
: frekuensi yang diharapkan O
i
: frekuensi pengamatan
Jika dengan derajat kebebasan
maka data berdistribusi normal Sudjana, 2005: 273.
3.10.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan menggunakan varians terbesar dibandingkan varians terkecil. Rumus yang digunakan adalah
Untuk Ho: =
dan Ha : ≠ maka Ho diterima jika
dan Ho ditolak jika . Sudjana, 2005: 249-251.
Kriteria pengujian: untuk Ho: =
dan Ha : ≠ jika F
hitung
F
tabel
dengan dengan dk pembilang = k-1, dk penyebut =
maka maka kedua sampel keadaan homogen.
3.10.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji t yaitu dengan uji perbedaan dua rata-rata uji satu pihak. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata aktivitas dan
hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol.
Rumus uji t yang digunakan adalah:
dimana
Sugiyono, 2008: 197
Kriteria pengujian: Jika dengan
dan taraf signifikan maka Ho diterima.
Ho = tidak ada perbedaaan aktivitas dan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
Ha = ada perbedaaan aktivitas dan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dimana aktivitas dan hasil belajar kelas eksperimen
lebih baik dari kelas kontrol .
3.10.2.4 Analisis Tes
Tes berupa pilihan ganda digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa kognitif yang dianalisis dengan menggunakan rumus :
Pada tabel 3.9 disajikan kriteria ketuntasan hasil belajar. Tabel 3.9 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar
Nilai Kriteria
Belum Tuntas Tuntas
Depdiknas, 2007
3.10.2.5 Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar, hasil belajar siswa afektif dan psikomotorik yang dianalisis
dengan menggunakan rumus :
Pada tabel 3.10 disajikan kriteria lembar observasi aktivitas belajar. Tabel 3.10 Kriteria Lembar Observasi Aktivitas Belajar
Nilai Kriteria
85 - 100 Sangat Aktif
65 - 84 Aktif
55 - 64 Cukup Aktif
0 - 54 Kurang Aktif
Pada tabel 3.11 disajikan kriteria lembar observasi hasil belajar psikomotorik dan
hasil belajar afektif . Tabel 3.11 Kriteria Lembar Observasi Hasil Belajar
Nilai Kriteria
85 - 100 Sangat Baik
65 - 84 Baik
55 - 64 Cukup Baik
0 - 54 Kurang Baik
Aqib et al., 2011: 161
3.10.2.6 Uji Gain
Untuk melihat besarnya perubahan aktivitas dan hasil belajar siswa akibat pengaruh implementasi kegiatan laboratorium menggunakan generative
learning digunakan uji gain dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan: = faktor gain
= skor rata-rata tes awal = skor rata-rata tes akhir
Pada tabel 3.12 disajikan kriteria lembar observasi. Tabel 3.12 Kriteria Faktor Gain
Nilai Kriteria
g 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
g 0,30 Rendah
Wiyanto, 2008: 86
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal dilakukan sebelum penelitian dan bertujuan untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal sampel. Data yang digunakan adalah
nilai ujian akhir semester gasal tahun pelajaran 20122013 dari populasi kelas X SMA Negeri Grobogan berjumlah 9 kelas diperoleh dengan metode dokumentasi,
data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Hasil Belajar
Kelas X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 X-6 X-7 X-8 X-9
Jumlah Siswa 40
40 40
40 40
40 40
39 40
Nilai tertinggi 80
82 79
82 90
81 85
81 86
Nilai terendah 71
70 71
70 69
61 60
70 69
Rata-Rata 75
74 75
74 73
73 71
73 74
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26. Analisis data awal terdiri dari dua uji, yaitu uji homogenitas dan uji
kesamaan keadaan awal populasi uji anava.
4.1.1.1 Uji Homogenitas Populasi
Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas populasi diperoleh dan
dengan dan
adalah =15,507. Hasil perhitungan menunjukan nilai
, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini berarti populasi mempunyau varians yang sama homogen, data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.
4.1.1.2 Uji Analisis Varians Populasi
Berdasarkan hasil analisis dengan uji analisis varians populasi diperoleh dan
dengan dengan dk pembilang , dk penyebut
dan adalah =1,965. Hasil
perhitungan menunjukan nilai , maka dapat disimpulkan Ho
diterima. Hal ini berarti populasi mempunyai rata-rata antar kelas tidak berbeda, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan bahwa kesembilan sampel homogen sehingga teknik pengambilan sampel dapat dilakukan untuk menetapkan
kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik simple random sampling
sehingga dipilih kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol.
4.1.2 Hasil Analisis Tahap Akhir
Analisis tahap akhir dilakukan setelah penelitian dan bertujuan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan. Data yang digunakan adalah data hasil
belajar kognitif diperoleh dengan metode tes sedangkan data aktivitas belajar, data hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik diperoleh dengan metode
observasi.
4.1.2.1 Data Hasil Belajar Kognitif
Data yang dianalisis sebagai nilai hasil belajar kognitif adalah data nilai tes pretest dan posttest, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30 dan 35.
4.1.2.1.1 Uji Normalitas Sampel
Hasil perhitungan uji normalitas sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sampel.
Sumber Data Kelas
Kriteria Pre test
Eksperimen 5,45
11,1 Normal
Kontrol 9,61
Normal Post test
Eksperimen 4,36
Normal Kontrol
5,53 Normal
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31, 32, 36, 37. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh
dengan dan
. Maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini berarti data tersebut terdistribusi normal.
4.1.2.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians Sampel
Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Sampel. Sumber Data
Kelas Kriteria
Pre test Eksperimen
Homogen Kontrol
Post test Eksperimen
Homogen Kontrol
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33 dan 38. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh
dengan k pembilang
dan dk penyebut dan
. Maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini berarti data tersebut homogen.
4.1.2.1.3 Uji Hipotesis Sampel
Hasil perhitungan uji kesamaan dan perbedaan dua varians sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kesamaan dan Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel Sumber Data
Kelas Kriteria
Pretest Eksperimen
0,28 1,99
Tidak berbeda Kontrol
Posttest Eksperimen
1,99 Berbeda
Kontrol Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 34 dan 39.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji t untuk data pretest diperoleh dengan k pembilang
dan dk penyebut
dan . Maka dapat disimpulkan Ho diterima.
Hal ini berarti rata-rata data pretest kedua kelas sama artinya rata-rata nilai pretest kelas eksperimen sama dengan nilai pretest kelas kontrol. Sedangkan untuk data
posttest diperoleh dengan
k pembilang dan dk penyebut
dan . Maka dapat disimpulkan Ho
ditolak. Hal ini berarti rata-rata data posttest kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik dari nilai posttest kelas kontrol.
4.1.2.1.4 Uji Gain Sampel
Hasil perhitungan uji gain sampel untuk data hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Gain Sampel Kelas
N-gain Kriteria
Eksperimen 53,8
82,8 0,63
63 Sedang
Kontrol 53,3
77,1 50
Sedang
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40 dan 41.
4.1.2.2 Data Aktivitas Belajar
Data yang dianalisis sebagai nilai aktivitas belajar adalah data nilai observasi pertemuan I dan II, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 43
dan 44 .
4.1.2.2.1 Deskripsi Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium diperoleh nilai skor aktivitas belajar kelas eksperimen pada pertemuan I dan II
dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen
Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-R ata
Kr it
eria 1
2 3
4
I Mengemukakan
pendapat 0 16 20 4
108 2.70
67.5 A
Bertanya 0 17 23 0
103 2.58
64.4 CA
Menulis data 5 25 10
125 3.13
78.1 A
Mengukur 0 15 25
145 3.63
90.6 SA
Menarik Kesimpulan 0 25 15
135 3.38
84.4 A
Rata-rata skor 123.2
3.08 77
A
II Mengemukakan
pendapat 0 16 24
144 3.60
90 SA
Bertanya 0 17 23 0
103 2.58
64.4 CA
Menulis data 0 20 20
140 3.50
87.5 SA
Mengukur 0 15 25
145 3.63
90.6 SA
Menarik kesimpulan 0 20 20
140 3.50
87.5 SA
Rata-rata skor 134.4
3.36 84
A Keterangan: SA=Sangat Aktif, A=Aktif, CA=Cukup Aktif dan KA=Kurang Aktif
Dari Tabel 4.6, hasil observasi aktivitas belajar kelas eksperimen pada pertemuan I dan II dianalisis secara deskriptif sebagai berikut
1 Pada aspek penilaian mengemukakan pendapat pada pertemuan I diperoleh
persentase sebesar 67,5 dengan kriteria aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 90 dengan kriteria sangat aktif. Pada aspek tersebut terjadi
peningkatan. 2
Pada aspek penilaian bertanya pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 64,4 dengan kriteria cukup aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase
sebesar 64,4 dengan kriteria aktif. Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
3 Pada aspek penilaian menulis data pada pertemuan I diperoleh persentase
sebesar 78,1 dengan kriteria aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat aktif. Pada aspek tersebut terjadi
peningkatan. 4
Pada aspek penilaian mengukur pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 90,6 dengan kriteria sangat aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase
sebesar 90,6 dengan kriteria aktif. Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
5 Pada aspek penilaian menarik kesimpulan pada pertemuan I diperoleh
persentase sebesar 84,4 dengan kriteria aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat aktif. Pada aspek tersebut
terjadi peningkatan. Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata aktivitas belajar
kelas eksperimen antara pertemuan I dengan pertemuan II dalam persentase dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Perbandingan Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen antara Pertemuan I dengan pertemuan II dalam Persentase
Berdasarkan Gambar 4.1, aktivitas belajar pada kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa pada aspek penilain 1 mengemukakan pendapat, 3 menulis
data, dan 5 menarik kesimpulan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian 2 bertanya dan 4 mengukur tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
4.1.2.2.2 Deskripsi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium diperoleh nilai skor aktivitas belajar kelas kontrol pada pertemuan I dan II dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
67.5 64.4
78.1 90.6
84.4 90
64.4 87.5
90.6 87.5
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Mengemukakan pendapat
Bertanya Menulis data
Mengukur Menarik
kesimpulan
P er
sen tase
S ko
r Rata
-Rata
Aktivitas Belajar Berdasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-R ata
Kr it
eria 1
2 3
4
I Mengemukakan
pendapat 0 26 14 0
94 2.35
58.8 CA
Bertanya 0 33 7
87 2.18
54.4 KA
Menulis data 0 25 15
135 3.38
84.4 A
Mengukur 0 25 15
135 3.38
84.4 A
Menarik Kesimpulan 0 35 5
125 3.13
78.1 A
Rata-rata skor 115.2
2.88 72
A
II Mengemukakan
pendapat 0 26 14
134 3.35
83.8 A
Bertanya 0 33 7
87 2.18
54.4 KA
Menulis data 5 35 0
115 2.88
71.9 A
Mengukur 0 30 10
130 3.25
81.3 A
Menarik kesimpulan 0 30 10
130 3.25
81.3 A
Rata-rata skor 119.2
2.98 74.5
A Keterangan: SA=Sangat Aktif, A=Aktif, CA=Cukup Aktif dan KA=Kurang Aktif
Dari Tabel diatas, hasil observasi aktivitas belajar kelas kontrol pada pertemuan I dan II dianalisis secara deskriptif sebagai berikut:
1 Pada aspek penilaian mengemukakan pendapat pada pertemuan I diperoleh
persentase sebesar 58,8 dengan kriteria cukup aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 83,8 dengan kriteria aktif. Pada aspek tersebut
terjadi peningkatan. 2
Pada aspek penilaian bertanya pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 54,4 dengan kriteria cukup aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase
sebesar 54,4 dengan kriteria aktif. Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
3 Pada aspek penilaian menulis data pada pertemuan I diperoleh persentase
sebesar 84,4 dengan kriteria aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 71,9 dengan kriteria sangat aktif. Pada aspek tersebut terjadi
penurunan. 4
Pada aspek penilaian mengukur pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria sangat aktif dan pada pertemuan II diperoleh persentase
sebesar 81,3 dengan kriteria aktif. Pada aspek tersebut terjadi penurunan. 5
Pada aspek penilaian menarik kesimpulan pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 78,1 dengan kriteria aktif dan pada pertemuan II diperoleh
persentase sebesar 81,3 dengan kriteria sangat aktif. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata aktivitas belajar berdasarkan indikator kelas kontrol antara pertemuan I dengan pertemuan II
dalam persentase dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol antara Pertemuan I dengan Pertemuan II dalam Persentase
58.8 54.4
84.4 84.4
78.1 83.8
54.4 71.9
81.3 81.3
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
Mengemukakan pendapat
Bertanya Menulis data
Mengukur Menarik
kesimpulan
Per sen
tase S
ko r
R ata
-R A
ta
Aktivitas Belajar Berdasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Berdasarkan Gambar 4.2, aktivitas belajar pada kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa pada aspek penilain 1 mengemukakan pendapat dan 5
menarik kesimpulan terjadi peningkatan; pada aspek 3 menulis data dan 4 mengukur terjadi penurunan; pada aspek penilaian 2 bertanya tidak terjadi
peningkatan atau penurunan. 4.1.2.2.3
Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata sampel untuk data aktivitas
belajar dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel
Sumber Data Kelas
Kriteria Pertemuan I
Eksperimen 1,99
Berbeda Kontrol
Pertemuan II Eksperimen
1,99 Berbeda
Kontrol Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 46 dan 47.
Berdasarkan hasil analisis tersebut untuk data pertemuan I dan II diperoleh dengan k pembilang
dan dk penyebut dan
. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal ini berarti rata-rata nilai aktivitas belajar kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai aktivitas
belajar kelas eksperimen lebih baik dari nilai aktivitas belajar kelas kontrol. 4.1.2.2.4
Uji Gain Sampel Hasil perhitungan uji gain sampel untuk data aktivitas belajar dapat dilihat
pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Gain Sampel
Kelas N-gain
Kriteria Eksperimen
77 84
0,3 30
Sedang Kontrol
72 74,5
0,09 9
Rendah Ringkasan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 58.
4.1.2.3 Data Hasil Belajar Afektif
Data yang dianalisis sebagai nilai hasil belajar afektif adalah data hasil observasi pertemuan I dan II, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 48
dan 49. 4.1.2.3.1
Deskripsi Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium
diperoleh nilai skor hasil belajar afektif kelas eksperimen pada pertemuan I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-ra ta
Kr it
eria 1
2 3
4
I Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran 0 40
160 4
100 SB
Perhatian siswa saat pelajaran
0 17 23 0 103
2.58 64.4 CB
Kerjasama dalam kelompok
3 22 15 132
3.3 82.5
B Kerapian pakaian
4 1 35
151 3.78 94.4
SB Tanggungjawab
0 14 22 4 110
2.75 68.8 B
Rata-rata skor 131
3.28 82
B
II Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran 0 40
160 4
100 SB
Perhatian siswa saat pelajaran
0 18 22 142
3.55 88.8 SB
Kerjasama dalam kelompok
0 20 20 140
3.5 87.5
SB Kerapian pakaian
0 40 160
4 100
SB Tanggungjawab
0 13 26 1 108
2.7 67.5
B Rata-rata skor
142 3.55 88.8
SB Keterangan: SB=Sangat Baik, B=Baik, CB=Cukup Baik dan KB=Kurang Baik
Dari Tabel 4.10, hasil observasi hasil belajar afektif kelas eksperimen pada pertemuan I dan II dianalisis secara deskripsi sebagai berikut:
1 Pada aspek penilaian kehadiran dalam mengikuti pelajaran pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik.
Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan. 2
Pada aspek penilaian perhatian siswa saat pembelajaran pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 64,4 dengan kriteria cukup baik dan pada
pertemuan II diperoleh persentase sebesar 88,8 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
3 Pada aspek penilaian kerjasama dalam kelompok pada pertemuan I diperoleh
persentase sebesar 82,5 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut
terjadi peningkatan. 4
Pada aspek penilaian kerapian pakaian pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 94,4 dengan kriteria sangat baik dan pada pertemuan II diperoleh
persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
5 Pada aspek penilaian tanggung jawab pada pertemuan I diperoleh persentase
sebesar 68,8 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 67,5 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut terjadi penurunan.
Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata hasil belajar afektif berdasarkan indikator kelas eksperimen pada pertemuan I dan II dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen antara Pertemuan I dengan Pertemuan II dalam
Persentase Berdasarkan Gambar 4.3, hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dapat
disimpulkan bahwa pada aspek penilain 2 perhatian siswa saat pembelajaran, 3 kerjasama dalam kelompok dan 4 kerapian pakaian terjadi peningkatan; pada
aspek 5 tanggung jawab terjadi penurunan, pada aspek penilaian 1 kehadiran dalam mengikuti pelajaran tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
4.1.2.3.2 Deskripsi Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium diperoleh nilai skor hasil belajar afektif kelas kontrol pada pertemuan I dan II
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
100 64.4
82.5 94.4
68.8 100
88.8 87.5
100 67.5
20 40
60 80
100 120
Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran Kerjasama
dalam kelompok Kerapian
Pakaian Tanggung Jawab
P resen
tase skor
r ata
-r ata
Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Tabel 4.11 Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-ra ta
Kr it
eria 1
2 3
4
I Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran 0 40
160 4
100 SB
Perhatian siswa saat pelajaran
0 24 14 2 98
2.45 61.3 CB
Kerjasama dalam kelompok
0 24 16 0 96
2.4 60
CB Kerapian pakaian
0 40 160
4 100
SB Tanggungjawab
0 19 13 8 109
2.73 68.1 B
Rata-rata skor 125
3.12 77.9 B
II Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran 0 40
160 4
100 SB
Perhatian siswa saat pelajaran
0 12 11 17 125
3.13 78.1 SB
Kerjasama dalam kelompok
0 19 15 6 107
2.68 66.9 SB
Kerapian pakaian 0 40
160 4
100 SB
Tanggungjawab 0 14 14 12
118 2.95 73.8
B Rata-rata skor
134 3.35 83.8
SB Keterangan: SB=Sangat Baik, B= Baik, CB=Cukup Baik dan KB=Kurang Baik
Dari Tabel 4.11, hasil observasi hasil belajar afektif kelas kontrol pada pertemuan I dan II dinalisis secara deskriptif sebagai berikut:
1 Pada aspek penilaian kehadiran dalam mengikuti pelajaran pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik.
Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan. 2
Pada aspek penilaian perhatian siswa saat pembelajaran pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 61,2 dengan kriteria cukup baik dan pada
pertemuan II diperoleh persentase sebesar 78,1 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
3 Pada aspek penilaian kerjasama dalam kelompok pada pertemuan I diperoleh
persentase sebesar 60 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 66,9 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut terjadi
peningkatan. 4
Pada aspek penilaian kerapian pakaian pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik dan pada pertemuan II diperoleh
persentase sebesar 100 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
5 Pada aspek penilaian tanggung jawab pada pertemuan I diperoleh persentase
sebesar 68,1 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh rata persentase sebesar 73,7 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut terjadi
peningkatan. Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata hasil belajar afektif
kelas kontrol pada pertemuan I dan II dalam persentase dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol antara Pertemuan I dengan Pertemuan II dalam Persentase
Berdasarkan Gambar 4.4, hasil belajar afektif pada kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa pada aspek penilain, 2 perhatian siswa saat pembelajaran, 3
kerjasama dalam kelompok, dan 5 tanggung jawab terjadi peningkatan; pada aspek penilaian 1 kehadiran dalam mengikuti pelajaran dan 4 kerapian pakaian
tidak terjadi peningkatan atau penurunan. 4.1.2.3.3
Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel
Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata sampel untuk data hasil belajar
afektif pada pertemuan I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel
Sumber Data Kelas
Kriteria Pertemuan I
Eksperimen 1,99
Berbeda Kontrol
Pertemuan II Eksperimen
1,99 Berbeda
Kontrol Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 51 dan 52.
100 61.3
60 100
68.1 100
78.1 66.9
100 73.8
20 40
60 80
100 120
Kehadiran dalam
mengikuti pelajaran
Perhatian siswa saat
pembelajaran Kerjasama
dalam kelompok
Kerapian Pakaian
Tanggung Jawab
P er
sen tase
skor r
ata -r
ata
Hasil Belajar Berdasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Berdasarkan hasil analisis tersebut untuk data pertemuan I dan II diperoleh dengan k pembilang
dan dk penyebut dan
. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal ini berarti rata-rata nilai hasil belajar afektif kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil
belajar afektif kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar afektif kelas kontrol.
4.1.2.3.4 Uji Gain Sampel
Hasil perhitungan uji gain sampel untuk data hasil belajar afektif dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Gain Sampel Kelas
N-gain Kriteria
Eksperimen 82
88,75 0,37
37 Sedang
Kontrol 78
83,75 0,26
26 Rendah
Ringkasan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 58.
4.1.2.4 Data Hasil Belajar Psikomotorik
Data yang dianalisis sebagai nilai hasil belajar psikomotorik adalah data nilai observasi pertemuan I dan II, data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 53 dan 54. 4.1.2.4.1
Deskripsi Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium
diperoleh nilai skor hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Hasil Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-ra ta
Kr it
eria 1
2 3
4
I Menyiapkan alat dan
bahan percobaan 0 30 10
130 3.25 81.3
B Merangkai alat dan
bahan percobaan 0 15 25 0
105 2.63 65.6
B Melakukan pengamatan
dan percobaan 0 25 15
135 3.38 84.4
B Kemampuan
menggunakan alat 0 25 15
135 3.38 84.4
B Merapikan
alat dan
bahan percobaan 0 25 15
135 3.38 84.4
B Rata-rata skor
128 3.2
80 B
II Menyiapkan alat dan
bahan percobaan 0 20 20
140 3.5
87.5 SB
Merangkai alat dan bahan percobaan
0 20 15 5 105
2.63 65.6 B
Melakukan pengamatan dan percobaan
0 15 25 145
3.63 90.6 SB
Kemampuan menggunakan alat
0 25 15 135
3.38 84.4 B
Merapikan alat
dan bahan percobaan
5 10 25 140
3.5 87.5
SB Rata-rata skor
133 3.33 83.1
B Keterangan: SB=Sangat Baik, B= Baik, CB=Cukup Baik dan KB=Kurang Baik
Dari Tabel 4.14, hasil observasi hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen pada pertemuan I dan II dianalisis secara deskriptif sebagai berikut:
1 Pada aspek penilaian menyiapkan alat dan bahan percobaan pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 81,3 dengan kriteria sangat baik dan pada
pertemuan II diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
2 Pada aspek penilaian merangkai alat dan bahan percobaan pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 65,6 dengan kriteria cukup baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 65,6 dengan kriteria baik. Pada
aspek tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan. 3
Pada aspek penilaian melakukan pengamatan dan percobaan pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II
diperoleh persentase sebesar 90,6 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
4 Pada aspek penilaian kemampuan menggunakan alat pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut
tidak terjadi peningkatan atau penurunan. 5
Pada aspek penilaian merapikan alat dan bahan percobaan pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II
diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata hasil belajar psikomotorik berdasarkan indikator kelas eksperimen antara pertemuan I dan
pertemuan II dalam presentase dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen antara Pertemuan I dengan Pertemuan II dalam
Presentase Berdasarkan Gambar 4.4, hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen
dapat disimpulkan bahwa pada aspek penilain 1 menyiapkan alat dan bahan percobaan 3 melakukan pengamatan dan percobaan 5 merapikan alat dan bahan
percobaan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian 2 merangkai alat dan bahan 4 kemampuan menggunakan alat tidak terjadi peningkatan atau penurunan.
4.1.2.4.2 Deskripsi Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan laboratorium diperoleh nilai skor hasil belajar psikomotorik kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel 4.15.
81.3 65.6
84.4 84.4
84.4 87.5
65.6 90.6
84.4 87.5
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Menyiapkan alat dan bahan
percobaan Merangkai alat
dan bahan percobaan
Melakukan pengamatan
dan percobaan Kemampuan
menggunakan alat
Merapikan alat dan bahan
percobaan
P resen
tase S
ko r
Rata -Rata
Hasil Belajar Psikomotorik Bedasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Tabel 4.15 Hasil Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol Pada Pertemuan I dan II dalam Frekuensi
P erte
muan Indikator
Jumlah siswa dengan skor
Jumlah skor
R ata
-ra ta
Kr it
eria 1
2 3
4
I Menyiapkan alat dan
bahan percobaan 0 10 20 10
120 3
75 B
Merangkai alat dan bahan percobaan
0 15 25 0 105
2.63 65.6 B
Melakukan pengamatan dan percobaan
0 30 10 130
3.25 81.3 B
Kemampuan menggunakan alat
0 20 10 10 110
2.75 68.8 B
Merapikan alat dan bahan percobaan
5 35 0 115
2.88 71.9 B
Rata-rata skor 116
2.9 72.5
B
II Menyiapkan alat dan
bahan percobaan 0 20 15 5
105 2.63 65.6
CB Merangkai alat dan
bahan percobaan 0 25 15 0
95 2.38 59.4
CB Melakukan pengamatan
dan percobaan 0 25 15
135 3.38 84.4
B Kemampuan
menggunakan alat 0 35 5
125 3.13 78.1
B Merapikan alat dan
bahan percobaan 0 20 20
140 3.5
87.5 SB
Rata-rata skor 120
3 75
B Keterangan: SB=Sangat Baik, B=Baik, CB=Cukup Baik dan KB=Kurang Baik
Dari Tabel 4.15, hasil observasi hasil belajar psikomotorik kelas kontrol pada pertemuan I dan II dianalisis secara deskriptif sebagai berikut:
1 Pada aspek penilaian menyiapkan alat dan bahan percobaan pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 75 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 65,6 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek
tersebut terjadi penurunan.
2 Pada aspek penilaian merangkai alat dan bahan percobaan pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 65,6 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 59,4 dengan kriteria cukup baik. Pada aspek
tersebut terjadi penurunan. 3
Pada aspek penilaian melakukan pengamatan dan percobaan pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 81,3 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II
diperoleh persentase sebesar 84,4 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
4 Pada aspek penilaian kemampuan menggunakan alat pada pertemuan I
diperoleh persentase sebesar 68,8 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II diperoleh persentase sebesar 78,1 dengan kriteria baik. Pada aspek tersebut
terjadi peningkatan. 5
Pada aspek penilaian merapikan alat dan bahan percobaan pada pertemuan I diperoleh persentase sebesar 71,9 dengan kriteria baik dan pada pertemuan II
diperoleh persentase sebesar 87,5 dengan kriteria sangat baik. Pada aspek tersebut terjadi peningkatan.
Untuk lebih jelas mengenai perbandingan skor rata-rata hasil belajar psikomotorik berdasarkan indikator kelas kontrol antara pertemuan I dengan
pertemuan II dalam persentase dapat dilihat pada Gambar 4.6
Gambar 4.6 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol antara Pertemuan I dengan Pertemuan II
dalam Persentase
Berdasarkan Gambar 4.6, hasil belajar psikomotorik pada kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa pada aspek penilain 3 melakukan pengamatan dan
percobaan 4 kemampuan menggunakan alat 5 merapikan alat dan bahan percobaan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian 1 menyiapkan alat dan
bahan percobaan 2 merangkai alat dan bahan terjadi penurunan. 4.1.2.4.3
Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata sampel untuk hasil belajar
psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Perbedaan Dua Rata-Rata Sampel
Sumber Data Kelas
Kriteria Pertemuan I
Eksperimen 1,99
Berbeda Kontrol
Pertemuan II Eksperimen
1,99 Berbeda
Kontrol Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 56 dan 57.
75 65.6
81.3 68.8
71.9 65.6
59.4 84.4
78.1 87.5
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Menyiapkan alat dan bahan
percobaan Merangkai alat
dan bahan percobaan
Melakukan pengamatan
dan percobaan Kemampuan
menggunakan alat
Merapikan alat dan bahan
percobaan
Per sen
tase S
ko r
R ata
-R ata
Hasil Belajar Psikomotorik Berdasarkan Indikator
Pertemuan I Pertemuan II
Berdasarkan hasil analisis tersebut untuk data pertemuan I dan II diperoleh dengan k pembilang
dan dk penyebut dan
. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal ini berarti rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai
hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar afektif kelas psikomotorik.
4.1.2.3.5 Uji Gain Sampel
Hasil perhitungan uji gain sampel untuk data hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Gain Sampel Kelas
N-gain Kriteria
Eksperimen 80
83,13 0,16
16 Rendah
Kontrol 73
75 0,07
7 Rendah
Ringkasan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 58.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Grobogan kelas X semester genap materi listrik dinamis.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling, dapat dilakukan setelah dilakukan analisis terhadap populasi dengan
menganggap populasi memiliki kesamaan varian dan rata-rata antar kelas. Kelas yang terpilih menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah kelas X-5 dan
kelas X-9 dengan masing-masing kelas berjumlah 40 siswa, kelas X-5 sebagai kelasa eksperimen dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol. Keduanya diberikan dua
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning dan kelas kontrol dengan kegiatan
laboratorium verifikatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan
metode observasi. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif melalui pretest dan postest. Metode observasi digunakan utuk
memperoleh data aktivitas belajar, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik selama kegiatan laboratorium berlangsung pada kedua kelas, baik
eksperimen maupun kontrol.
4.2.1 Pembahasan Aktivitas Belajar
Dengan dilaksankannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki interaksi siswa dalam belajar atau aktivitas belajar yang rendah. Implementasi
kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kontrol berlangsung 2 pertemuan dengan materi listrik dinamis, pada pertemuan I diamati aktivitas
dilakukan siswa dalam mempelajari alat ukur dan hukum ohm sedangkan pada pertemuan II diamati aktivitas dilakukan siswa dalam mempelajari rangkaian
hambaran seri dan paralel. Indikator aktivitas belajar yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya:
mengemukakan pendapat, bertanya, menulis data, mengukur, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data aktivitas belajar pada kelas eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah
80,5 dengan kriteria aktif dan pada kelas kontrol memiliki persentase nilai rata-
rata pada pertemuan I dan II adalah 73,3 dengan kriteria aktif. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-gain Aktivitas Belajar antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase
Berdasarkan Gambar 4.7, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan bahwa aktivitas belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata
aktivitas belajar pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dari nilai rata-rata aktivitas belajar kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih
aktif dalam kegiatan laboratorium daripada kelas kontrol. Namun untuk memperoleh kesimpulan yang lebih akurat diperlukan pengujian hipotesis secara
statistik lebih lanjut. Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat
pada Tabel 4.8 tampak bahwa rata-rata nilai aktivitas belajar kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai aktivitas belajar kelas eksperimen lebih baik dari nilai
aktivitas belajar kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pada pertemuan II. Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar
sedang dan pada kelas kontrol sebesar
rendah. Dari analisis uji gain dapat dilihat
77 84
80.5
30 72
74.5 73.3
9 20
40 60
80 100
Pertem. I Pertem. II
Rata-Rata N-Gain
P er
sen tase
Ni lai
A kti
v itas
B e
lajar
Eksperimen Kontrol
pada Tabel 4.9 tampak bahwa peningkatan aktivitas belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan
nilai aktivitas belajar yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas
kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai aktivitas belajar lebih tinggi dari pada kelas kontrol
. Hal ini menunjukan
bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar siswa. Besarnya
pengaruh sebesar 30 termasuk kriteria sedang. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan
pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen berupa peningkatan aktivitas belajar siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan
laboratorium menggunakan pendekatan generative learning lebih melibatkan siswa secara langsung dalam penyelidikan dan penggalian pengetahuan sehingga
dapat membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa aktif belajar dalam kegiatan laboratorium sebagai upaya menunjang keberhasilan
proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Dick Carey 1985 bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa secara aktif melakukan
keterlibatan langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Menurut Wittrok 1992, kegiatan laboratorium menggunakan
pendekatan generative learning memandang siswa sebagai siswa aktif berkerja untuk membangun pemahaman yang bermakana dengan menghasilkan berbagai
informasi yang diterima oleh siswa dan berbeda dengan siswa yang hanya melibatkan proses penghafalan informasi dimana siswa pasif menerima informasi
tanpa adanya pengolahan informasi yang bermakna. Pada indikator aktivitas belajar yang diamati pada kelas eksperimen yaitu
bertanya dan mengukur tidak terjadi peningkatan atau penurunan, hal ini disebabkan siswa belum memiliki keberanian yang kuat untuk bertanya akan rasa
keingintahuan siswa mengenai fenomena terjadi pada kegiatan laboratorium mempelajari materi dinamis dan siswa belum dapat menghubungan pengetahuna
mengenai besaran dan pengukuran yang telah dimiliki sebelumnya sehingga membuat kesulitan siswa dalam mengukur besaran pada materi dinamis.
Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol, siswa cenderung pasif dikarenakan dirancang tidak didasarkan pada
pengetahuan awal yang tujuannya lebih pada verifikasi konsep, bukan pembentukan konsep dan menanggulangi miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Aufschnaiter Stefan 2007 bahwa kegiatan laboratorium verifikatif, siswa jarang menunjukan pemahaman tentang apa yang dilakukan dan dikatakan
sebagai percobaaan yang membosankan. Pada indikator aktivitas belajar yang diamati pada kelas kontrol yaitu bertanya tidak terjadi peningkatan atau
penurunan hal ini disebabkan pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa enggan bertanya. Indikator menulis data dan mengukur terjadi penurunan, hal ini
disebabkan kurangnya siswa melatih ketajaman pikirannya dalam menggunakan alat ukur listik dan menghubungkan pengetahuan mengenai prinsip pengukuran
dalam kegiatan laboratorium mengenai materi listrik dinamis.
Melalui kegiatan laboratorium akan terciptalah situasi belajar aktif dan lebih untuk mengembangkan konsep berhubungan dengan peristiwa serupa konsep
berbasis fenomena daripada yang muncul dari teori serta terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
4.2.2 Pembahasan Hasil Belajar Kognitif
Dengan dilaksankannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki pemahaman dalam belajar siswa atau hasil belajar kognitif yang rendah pada
materi listrik dinamis. Indikator hasil belajar kognitif siswa yang diukur dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya:
pengetahuan C1, pemahaman C2, aplikasi C3, analisis C4, sintesis C5 dan evaluasi C6 yang dimuat dalam bentuk soal pilihan ganda serta digunakan untuk
mendapatkan data pretest dan posttest. Dari data hasil belajar kognitif, untuk data pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki persentase nilai rata-rata yaitu 53,8 dan 53,3. sedangkan untuk data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
persentase nilai rata-rata yaitu 82,8 dan 77,1 . Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.8.
53.8 82.8
63 53.3
77.1 50
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
Pretest Posttest
N-gain
Per sen
tase N
il ai
H asi
l B
e lajar
K o
g n
itif
Eksperimen Kontrol
Gambar 4.8 Perbandingan Nilai Pretest, Posttest dan N-gain Hasil Belajar Kognitif antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase.
Berdasarkan Gambar 4.8, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan bahwa hasil belajar kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-
rata posttest pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dari nilai rata-rata posttest kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Namun untuk memperoleh kesimpulan yang lebih akurat diperlukan pengujian hipotesis secara statistik lebih lanjut.
Selanjutnya analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians untuk data pretest dapat dilihat pada Tabel 4.4 yang menyatakan bahwa rata-rata
nilai hasil belajar kognitif kedua kelas tidak berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar kognitif kelas eksperimen sama dengan nilai hasil belajar kognitif kontrol,
hal tersebut disebabkan kedua kelas memiliki keadaan awal yang sama dan belum mendapatkan perlakuan, sedangkan untuk data posttest dapat dilihat pada Tabel
4.4 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik
dari nilai hasil belajar kognitif kontrol, hal tersebut disebabkan kedua kelas sudah mendapatkan perlakuan.
Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar sedang dan
pada kelas kontrol sebesar sedang. Dari analisis uji gain dapat
dilihat pada Tabel 4.5 tampak bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol
. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan
nilai hasil belajar kognitif yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas
yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, dimana kelas
eksperimen memiliki nilai hasil belajar kognitif lebih tinggi daripada kelas kontrol
. Hal ini menunjukan
bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa.
Besarnya pengaruh sebesar 63 termasuk criteria sedang. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan
pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar kognitif siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan
laboratorium menggunakan pendekatan generative learning lebih menekankan pada pengintergrasian secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa dimiliki sebelumnya sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengontrol kognitif. Di dalam kegiatan laboratorium tersebut siswa
akan mendapatkan pengalaman yang bermakna dan pengetahuan yang dikontruksi dari hasil penyelidikan sendiri untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan
pengembangan kemampuan pemecahan masalah, pengetahuan yang diperoleh tersebut akan disimpan pada memori jangka panjang. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Suma 2005 bahwa kegiatan laboratorium mendorong kemampuan siswa utuk membangun dan mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
hokum-hukum melalui pengalaman langsung first-hand experience. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Al-Naqbi Hassan 2005 bahwa melalui
kegiatan laboratorium ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman intuitif dan untuk mengalami bagaimana rasanya untuk menjadi
pencipta pengetahuan daripada sebagai konsumen pengetahuan. Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas
kontrol mengakibatkan siswa belum mampu mengembangkan proses kognitif dan hanya memperoleh pemahaman prosedural ilmu. Menurut Suma 2005 bahwa
kegiatan laboratorium verifikatif tidak mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir apalagi menimbulkan konflik kognitif yang mendorong
siswa untuk mengubah pandangannya tentang suatu konsep.
4.2.3 Pembahasan Hasil Belajar Afektif
Dengan dilaksanakannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki minat dan motivasi siswa dalam belajar serta memberikan perlengkapan bagi
siswa mengkaitkan teori dan percobaan untuk menghadirkan keinginan mengenai fenomena yang ada pada materi dinamis. Indikator hasil belajar afektif yang
diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: kehadiran dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa saat
pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, kerapian pakaian, dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar afektif pada kelas
eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 85,3 dengan kriteria sangat baik dan pada kelas kontrol memiliki persentase
nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 74,1 dengan kriteria baik. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Afektif antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam
Persentase Berdasarkan Gambar 4.9, tampak sekilas bahwa adanya perbedaan nilai
hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar afektif pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi daripada nilai hasil
belajar afektif kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium daripada kelas kontrol. Namun untuk memperoleh
kesimpulan yang lebih akurat diperlukan pengujian hipotesis secara statistik lebih lanjut.
Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat pada Tabel 4.12 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif kedua
kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar afektif kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun
pada pertemuan II.
82 88.75
85.4
37 78
83.75 80.9
26 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Pertem. I Pertem. II
Rata-Rata N-Gain
Pr e
sen tase
N il
ai H
asi l
B e
lajar Af
e kt
if
Eksperimen Kontrol
Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar sedang dan pada
kelas kontrol sebesar rendah. Dari analisis uji gain dapat dilihat
pada Tabel 4.13 tampak bahwa peningkatan hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol
. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan
nilai hasil belajar afektif yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas
kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar afektif lebih tinggi dari pada kelas kontrol
. Hal ini menunjukan
bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar afektif siswa. Besarnya
pengaruh sebesar 37 termasuk kriteria sedang. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan
pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar afektif siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan
laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang menuntut adanya interaksi antar siswa untuk bekerjasama dalam penyelidikan suatu konsep
atau pengetahuan yang belum dimiliki siswa, selain itu peran kegiatan laboratorium tersebut akan memberikankan rangsangan yang menarik perhatian
siswa sehingga dapat memunculkan adanya minat dan motivasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifai Catharina 2011
menyatakan stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan
cenderung untuk mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut.
Pada indikator hasil belajar afektif yang diamati pada kelas eksperimen yaitu tanggungjawab terjadi penurunan, hal ini sebagai bentuk dari kelemahan
pada kegiatan laboratorium menggunakan generative learning menjadikan siswa merasa diteror mengkonstruksikan konsep dengan kerjasama kelompok sehingga
tanggungjawab siswa terhadap kelompok sangat kurang sedangkan tidak terjadi peningkatan atau penurunan, Menurut Rahmad Alfina 2007 untuk
meningkatkan hasil belajar, salah satu faktor penunjangnya adalah faktor sosial. Lingkungan sosial berkaitan dengan interaksi siswa, misalnya kehadiran siswa
lain pada waktu sedang belajar dan tanggung jawab dalam kelompok belajar mempengaruhi proses dan hasil belajar individu.
Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol cenderung pasif dan monoton sehingga kurangnya interaksi baik siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru mengakibatkan motivasi dan minat siswa berkurang. Pada kenyataannya jika siswa kurangnya minat dan termotivasi
dalam mempelajari materi listik dinamis akan terjadi kebosanan maka akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar.
4.2.4 Pembahasan Hasil Belajar Psikomotorik
Dengan dilaksanakannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki ketrampilan siswa dalam menggunakan alat ukur listrik yaitu multimeter
amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Implementasi kegiatan laboratorium yang disertai LKS sebagai bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam
melakukan tugas-tugas praktik mengenai materi listrik dinamis. Indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: menyiapkan alat dan bahan percobaan, merangkai alat dan bahan percobaan, melakukan pengamatan dan percobaan,
kemampuan menggunakan alat, dan merapikan alat dan bahan percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar psikomotorik pada
kelas eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 81,6 dengan kriteria baik dan pada kelas kontrol memiliki persentase
nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 74 dengan kriteria baik. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Psikomotorik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam
Persentase. Berdasarkan Gambar 4.10, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan
nilai hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium dari kelas kontrol.
80 83.13
81.6
16 73
75 74
7 20
40 60
80 100
Pertem. I Pertem. II
Rata-Rata N-Gain
Per sen
tase N
il ai
H asi
l B
e lajar
Ps iko
m o
to ri
k
Eksperimen Kontrol
Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat pada Tabel 4.16 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik
kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol baik pada
pertemuan I maupun pertemuan II. Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar
rendah dan pada kelas kontrol sebesar
rendah. Dari analisis uji gain dapat dilihat pada Tabel 4.17 tampak bahwa peningkatan hasil belajar psikomotorik
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol 0,3 0,09. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan
nilai hasil belajar psikomotorik yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning
dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar psikomotorik lebih tinggi dari pada
kelas kontrol .
Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan
generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa. Besarnya pengaruh sebesar 16 termasuk kriteria rendah.
Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu
meningkat hasil belajar psikomotorik siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang
menekankan ketrampilan yang melibatkan antara indera dan otot dengan pengamatan langsung terhadap proses sains dapat melatih kemampuan berpikir
ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto 2006 kemampuan psikomotorik atau ketrampilan gerak siswa akan terlibat secara aktif melalui pembelajaran
dengan percobaan. Selain itu kegiatan laboratorium dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran menjadi lebih bermakna dan mendalam,
dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Trumper 2003 bahawa kegiatan laboratorium ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses ilmiah dimana siswa
mengeksplorasi dunia fisik, menganalis data, menarik kesimpulan dan generalisasi yang baru diperoleh pemahaman ilmiah untuk fenomena dalam kehidupan sehari-
hari. Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas
eksperimen yaitu merangkaian alat dan bahan, kemampuan menggunakan alat dan bahan tidak terjadi peningkatan dan penurunan, hal ini disebabkan siswa
membutuhkan waktu untuk mengenal dan mempelajari prinsip kerja alat ukur listrik diantaranya multimeter serta untuk melatih ketrampilan dalam
menggunakan alat dan bahan dibutuhkan kegiatan laboratorium sehingga siswa terbiasa dalam menggunakan alat dan bahan khususnya pada materi listrik
dinamis. Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas
kontrol cenderung pasif dan terjadi kebingungan disebabkan kurangnya persiapan, pemahaman mengenai alat dan bahan pada materi dinamis serta ketrampilan dasar
yang dimiliki siswa dalam kegiatan laboratorium mengakibatkan terhambatnya
proses kegiatan laboratorium. Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas kontrol yaitu menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan
bahan terjadi penurunan, hal ini disebabkan terjadinya kebingungan pada tahap- tahap percobaan pada percobaan rangkaian rangkain hambatan seri dan paralel
yang dirasa lebih sulit dibandingkan pada percobaan ohm. Oleh karna itu, dibutukankannya pemahaman siswa dalam memahami alat dan bahan dalam
rangkaian dengan tujuan dan konsep tertentu dan bimbingan dari guru yang tepat untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Padahal, keberhasilan kegiatan
laboratorium didukung oleh tiga faktor, yaitu peralatan bahan dan fasilitas lainnya, tenaga laboratorium, serta bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam
melakukan tugas-tugas praktik. Hal ini sejalan dengan pendapat Abraham Robin 2008 bahwa tugas-tugas praktik memerlukan siswa untuk membuat
hubungan domain objek dan ide-ide yang lumayan lebih menuntut siswa daripada yang hanya meminta siswa untuk mengamati dan mengingat informasi suatu
peristiwa atau gejala.
82
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan
generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan pada materi listrik dinamis, hal ini dapat dilihat dari
perbedaan nilai rata-rata dan peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, aktivitas dan hasil belajar fisika
siswa melalui implementasi kegiatan laboratorium dengan pendekatan generative learning lebih baik daripada implementasi laboratorium verifikatif. Hal ini
ditunjukan oleh rata-rata nilai aktivitas dan hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotorik pada kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata nilai
kelas kontrol.
5.2 Saran