Pengembangan hierarki Hasil Analisis Hierarki Pengembangan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan Lembaga Keuangan

85 Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa kebutuhankepentingan stakehoders ada yang menjadi input dan ada yang menjadi output dari sistem kemitraan yang dilakukan. Diantara input tersebut, potensi sumberdaya ikan yang menjadi kebutuhan nelayan dan pengolahpedagang ikan menjadi input yang tidak terkontrol, dukungan masyarakat secara luas termasuk belum menjadi anggota yang dibutuhkan koperasi juga menjadi input tidak terkontrol. Terkait dengan ini, maka pemenuhan kebutuhan stakeholders dapat saja tidak berjalan mulus. Sedangkan untuk kebutuhan stakeholders yang menjadi output dari sistem kemitraan bila benar-benar dikembangkan, ada juga yang menjadi output tidak dikehendaki. Hal ini misalnya sistem kemitraan tersebut dapat saja menimbulkan konflik antar stakeholders karena adanya keteloderan atau ketidakjujuran dalam bermitra, kesenjangan antara nelayanpengolahpedagang ikan yang mendapat kredit dengan yang tidak mendapatkan kredit, dan lainnya. Terkait dengan ini semua, maka kemitaraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan yang dikembangkan nantinya haruslah didukung oleh strategi yang tepat yang mempertimbangkan kepentingan semua stakeholders terkait dan desain midel yang dilakukan juga harus memuat secara lengkap tahapan pengembangan kemitraan yang baik termasuk petunjuk seleksi mitra dan acuan operasional aplikasi kemitraan.

4.5 Hasil Analisis Hierarki Pengembangan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan Lembaga Keuangan

4.5.1 Pengembangan hierarki

Pengembangan hierarki ini merupakan kegiatan untuk mengembangkan hubungan atau interaksi terpadu semua komponen yang terkait dengan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan di pesisir utara Propinsi Jawa Barat. Hal ini penting supaya strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan yang dipilih benar-benar merupakan strategi terbaik yang telah mempertimbangkan berbagai aspekkomponen yang terkait baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh dan akurat, maka analisis dilakukan secara bertingkat, dimana setiap 86 komponen diperbandingkan satu sama lainnya di tingkat yang sama dan hasilnya dikombinasikan dengan hasil pada hierarkitingkatan atas maupun bawahnya. Pengembangan kemitraan usaha perikanan dengan lembaga keungan di pesisir utara Propinsi Jawa Barat sangat ditentukan oleh kepentingan stakeholders yang ada, kondisi pengelolaan yang ada saat ini, dan jenis strategi pengembangan kemitraan yang ditawarkan. Pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan juga dipengaruhi berbagai kondisi aspek pengelolaan yang ada saat ini di lokasi. Kondisi aspek pengelolaan tersebut akan menentukan dan mempengaruhi pemenuhan kepentingankebutuhan stakeholders yang ada, sehingga dalam struktur hierarki AHP berada di level 3. Berdasarkan laporan kredit tahunan Bank BRI 2007, laporan kegiatan TPI Karangsong 2008 dan PPN Kejawan 2007 serta hasil identifikasi lapangan, diketahui bahwa paling tidak ada enam aspek pengelolaan yang berpengaruh bagi keberlanjutan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan di pesisir utara Propinsi Jawa Barat adalah : 1 Potensi sumberdaya ikan kawasan 2 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap yang ada 3 Sistem birokrasi dan perijinan yang ada 4 Kondisi dan peluang-peluang pasar yang tersedia 5 Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung usaha 6 Tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat sekitar Opsi strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi umum dan finansial usaha perikanan tangkap yang ada, tingkat peran lembaga keuangan, dan kendala-kendala dalam pengembangan peran. Pembahasan realisasi peran dalam mendukung kemitraan diulas pada Bab V, dan kelima opsi tersebut adalah : 1 Penjaminan usaha kecil perikanan tangkap oleh pemerintah 2 Perbaikan manajemen usaha dan cash flow 3 Pengembangan sistem pengawasan kemitraan oleh pemerintah 4 Pelibatan lembaga keuangan dalam operasi usaha perikanan tangkap potensial 87 5 Penataan perijinan, persyaratan kredit dan sistem angsuran Gambar 13 Struktur hierarki pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan. Pada Gambar 13 terlihat bahwa dalam penentuan opsi strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan dilakukan melalui tiga tahapan analisis hierarki, yaitu 1 analisis kepentingan enam stakeholders terkait dalam kemitraan yang dikembangkan, 2 analisis kepentingan enam kriteriaaspek pengelolaan sektor perikanan tangkap saat ini, dan 3 analisis kepentingan lima opsi strategi pengembangan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan di pesisir utara Propinsi Jawa Barat. Untuk mengakomodir harapan semua kepentingan yang ada, maka data yang digunakan untuk analisis hierarki AHP merupakan pendapattanggapan dari perwakilan semua stakeholders dan komponen yang berinteraksiterkait dengan P engem b an ga n K emitraa n U saha P erikana n T an gka p de nag n Le mba g a K euan g an Nelayan RK = 0,249 Pengolah Pedagang Ikan RK0,125 Perbankan RK=0,169 Koperasi RK=0,218 PEMDA RK=0,099 Konsumen RK=0,142 Potensi SDI RK=0.165 Finansial Usaha RK=0.185 Birokrasi dan Perijinan RK=0.129 Peluang Pasar RK=0.184 Tata Nilai dan Budaya RK=0.201 Sarana Prasarana RK=0.139 Penjaminan Usaha Kecil oleh Pemerintah RK = 0,252 Perbaikan Manajemen Usaha dan Cash Flow RK = 0,224 Pengembangan Sistem Pengawasan Kemitraan oleh Pemerintah RK=0,209 Pelibatan Lembaga Keuangan dalam Operasi Usaha Potensial RK=0, 60 Penataan Perijinan, Persyaratan Kredit dan Sistem Angsuran RK=0,154 Stakeholders KriteriaAspek Pengelolaan Opsi Strategi Pengembangan Kemitraan 88 usaha perikanan tangkap dan lembaga keuangan perbankan, koperasi, dan lainnya.

4.5.2 Stakeholders