110 pemberian kreditnya juga cukup ketat. Untuk mengoptimalkan peran Bank
Danamon di lokasi, maka alokasi Kredit Mass Market ini dapat ditingkatkan sehingga menjadi Rp 936.250.000 per tahun. Usaha perikanan payang, jaring
insang hanyut JIH, dan jaring insang tetap JIT merupakan usaha perikanan tangkap kelompok besar dan layak dikembangkan di Kota Cirebon, sehingga
menjadi sasaran penting untuk Kredit Mass Market dari Bank Mandiri. Selama ini tidak lebih dari dua usaha perikanan tangkap kelompok besar tersebut yang
memanfaatkan Kredit Mass Market. Kredit Mikro kredit kategori K3 merupakan jenis kredit skala kecil yang
dikeluarkan oleh Bank Danamon. Kredit mikro ini berkembang dengan baik di Kota Cirebon. Untuk memperbaiki pola perannya, Bank Danamon perlu
melakukan promosi dan pendekatan lebih terbuka ke kelompok nelayan, pengolah ikan dan pedagang kecil di Kota Cirebon, kemudian diiringi dengan
pengalokasian kredit mikro sekitar Rp 74.900.000. Pengawasan dan komitmen bersama perlu dikembangkan sehingga kredit tersebut berjalan terus.
Di samping Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia BRI juga termasuk pemberi kredit skala besar menengah dan besar dengan nama “Kredit Bisnis
Umum” kredit kategori K1. Kredit ini tidak dikhususkan pada bidang tertentu tetapi besar dengan syarat usaha tersebut cukup besar dan stabil. Kredit Bisnis
Umum ini pernah dimanfaatkan oleh pengusaha perikanan tangkap dan digunakan untuk pengadaan armada penangkapan baru. Mengingat cukup banyaknya usaha
perikanan tangkap cukup besar yang layak dikembangkan di Kota Cirebon, maka alokasi kredit dibutuhkan dan dapat ditingkatkan menjadi Rp 7.410.000.000 per
tahun. Alokasi kredit lain yang dapat dioptimalkan oleh Bank Rakyat Indonesia di lokasi adalah Kredit Modal Kerja sekitar Rp Rp 741.000.000 dan Kredit Usaha
Pedesaan KUPEDES sekitar Rp 222.300.000. Kredit Usaha Pedesaan termasuk kredit kecil yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya oleh usaha perikanan hand
line dan jaring angkat lainnya.
5.2.2 Pola optimalisasi peran lembaga keuangan di Kabupaten Indramayu
Hasil analisis LGP pada Bab 4 menunjukkan bahwa Bank Jabar-Banten dan KPL Mina Sumitra merupakan dua lembaga keuangan yang dibutuhkan
111 perannya untuk mendukung pembiayaan usaha perikanan tangkap yang layak
dikembangkan di Kabupaten Indramayu. Sedangkan usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak dikembangkan secara finansial adalah usaha perikanan
payang, bubu, jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, dan alat pengumpul kerang. Pola optimalisasi peran lembaga keuangan tersebut melalui
pelayanan kreditpembiayaanjasa pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Pola optimalisasi kreditpembiayaanjasa dari lembaga keuangan pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu
No. Jenis Lembaga
Keuangan Nama Kredit
PembiayaanJasa Alokasi Optimal
Kredit PembiayaanJasa
Usaha Perikanan Tangkap Sasaran
1. Kredit Peduli
Rp 422.400.000 Bank
Jabar- Banten
Kredit Mikro Rp 105.600.000
2. Kredit Investasi
Rp 9.280.000.000 Kredit Mikro
Rp 928.000.000 KPL Mina
Sumitra Pembinaan Usaha
Rp 464.000.000 • Payang
• Bubu • Jaring Insang
Hanyut JIH • Jaring Insang
Tetap JIT • Alat
Pengumpul Kerang
Berdasarkan Tabel 26, pola optimalisasi peran Bank Jabar-Banten dapat dilakukan melalui pengaturan alokasi dua jenis kreditnya, yaitu Kredit Mikro
kredit kategori K3 dan Kredit Peduli kredit kategori K4. Adapun alokasinya untuk Kredit Mikro sekitar Rp 422.400.000 dan untuk Kredit Peduli sekitar Rp
105.600.000. Kredit Mikro merupakan kredit yang banyak dimanfaatkan oleh usaha skala menengah atau kecil yang perputaran usahanya cukup bagus. Di
Kabupaten Indramayu, kredit ini dimanfaatkan oleh pedagang, kegiatan pengolahan, dana beberapa usaha nelayan. Kredit ini dapat dimanfaatkan oleh
usaha perikanan bubu yang perputarannya cukup cepat 1 - 2 hari trip.
112 Sedangkan Kredit Peduli dapat dioptimalkan pemanfaatannya oleh kelompok
usaha pengumpulan kerang atau lainnya yang dinyatakan layak dikembangkan. Selama ini, Kredit Peduli dari Bank Jabar-Banten ini banyak dimanfaatkan
oleh pedagang ikan dan nelayan yang operasinya bersifat harian. Hal ini karena nilai kredit dan sistem angsurannya yang cukup sesuai dengan siklus usaha
mereka. Nilai yang disetujui untuk Kredit Mikro dari Bank Jabar-Banten ini biasanya Rp 5.000.000 dengan angsuran sekitar tiga bulan.
KPL Mina Sumitra merupakan lembaga keuangan yang sangat diandalkan pelaku usaha perikanan tangkap di kabupaten Indramayu. Selama ini, KPL Mina
Sumitra menjadi penyedia utama modal investasi, modal kerja dan berbagai keperluan melaut yang dibutuhkan nelayan. KPL Mina Sumitra sangat dekat
dengan masyarakat nelayan dan pedagangpengolah ikan di lokasi karena anggotanya berasal dari kalangan nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya di
Kabupaten Indramayu, khususnya yang berbasis di TPI Karangsong. Berdasarkan Tabel 26, pola optimalisasi peran KPL Mina Sumitra di Kabupaten Indramayu
dapat dilakukan dalam bentuk pengaturan alokasi Kredit Investasi, Kredit Mikro, dan biaya pembinaan usaha.
Kredit investasi merupakan kredit paling besar yang dapat diberikan oleh KPL Mina Sumitra. Selama ini kredit ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok
nelayanjuragan untuk mengadakanmemperbaiki sarana penangkapan yang dimiliki. Nilai kredit dapat dioptimalkan sehingga menjadi Rp 9.280.000.000 per
tahunnya. Oleh karena usaha perikanan jaring insang hanyut JIH dan jaring insang tetap JIT yang banyak memanfaatkan kredit ini mempunyai kelayakan
finansial yang bagus, maka kredit jenis ini tidak pernah macet meskipun nilainya besar.
Kredit mikro di KPL Mina Sumitra banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha perikanan sekala kecil seperti bubu, alat pengumpul kerang, dan pancing
yang lain. Oleh karena pancing yang lain termasuk tidak layak dikembangkan di lokasi, maka sebaiknya tidak menjadi sasaran kredit mikro lagi, karena dapat
menjadi sumber konflik. Untuk ke depan, alokasi Kredit Mikro ini dapat diatur sehingga menjadi Rp 928.000.000 per tahun. KPL Mina Sumitra juga selalu
memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan-pelatihan sebagai bentuk
113 pengabdian non pamrih kepada anggota. Pelatihan dan pembinaan tersebut
biasanya diberikan dengan bekerjasama dengan Syah Bandar, Dinas KP, dan lainnya. Hal ini karena sumberdaya manusia yang dimiliki oleh KPL Mina
Sumitra sangat terbatas. Bila selama ini alokasi untuk pembinaan anggota hanya sekitar Rp 100.000.000, maka dapat ditingkatkan menjadi Rp 464.000.000 per
tahun. Biaya pembinaan ini memang cukup besar, tetapi dengan peningkatan kinerja anggota baik nelayan, pengusaha, pedagang, pengolah ikan dan lainnya
yang berbasis di TPI Karangsong melalui berbagai pembinaan yang dilakukan KPL Mina Sumitra, maka biaya tersebut sangat kecil.
5.2.3 Pola optimalisasi peran lembaga keuangan di Kabupaten Subang