90 Gambar 15 Komulasi perbandingan berpasangan Format AHP diantara
stakeholders terkait.
4.5.3 Kriteriaaspek pengelolaan
Untuk kepentingan analisis, kriteriaaspek yang berpengaruh bagi keberlanjutan kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan di
pesisir utara Propinsi Jawa Barat disimbulkan dengan ketentuan : 1 Potensi sumberdaya ikan kawasan, disimbolkan PSDI
2 Kondisi finansial usaha perikanan tangkap yang ada, disimbolkan FU 3 Sistem birokrasi dan perijinan yang ada, disimbolkan dengan BDP
4 Kondisi dan peluang-peluang pasar yang tersedia, disimbolkan dengan PP 5 Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung usaha, disimbolkan dengan
SDP 6 Tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat sekitar,
disimbolkan dengan TNDB Dalam upaya mencari strategi pengembangan kemitraan yang terbaik,
maka keenam kriteriaaspek pengelolaan tersebut perlu dipertimbangkan untuk setiap stakeholders terkait. Hasil pertimbangan terhadap setiap aspek pengelolaan
untuk setiap stakeholders akan menjadi penentu bagi pemilihan opsi strategi kemitraan yang tepat usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan. Hasil
91 analisis kepentingan dari setiap kriteriaaspek pengelolaan untuk setiap
stakeholders disajikan pada Gambar 16 – Gambar 22.
Gambar 16 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan nelayan.
Bagi nelayan, potensi sumberdaya ikan PSDI merupakan aspek pengelolaan yang paling penting dalam rangka pengembangan kemitraan, yaitu
dengan rasio kepentingan RK 0,218 pada inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini dapat dipahami karena tanpa sumberdaya ikan tidak akan aktivitas penangkapan
ikan yang dilakukan nelayan, sedangkan kehidupan keluarganya bergantung pada aktivitas penangkapan tersebut. Kondisi finansial usaha perikanan tangkap FU
dan kondisi dan peluang pasar PP merupakan aspek pengelolaan berkepentingan kedua dan ketiga. Hal ini karena finansial usaha dan peluang pasar yang baik
sangat penting bagi keberlanjutan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan. Tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat
TNDB, merupakan aspek pengelolaan yang paling rendah kepentingannya terhadap pengembangan kemitraan menurut pandangan nelayan RK = 0,100 pada
inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini bisa terjadi karena nelayan pesisir utara
Jawa Barat cukup toleran dengan masuknya budaya dari luar sehingga tidak begitu mempersoalkan perubahan yang terjadi di masyarakatnya.
92 Gambar 17 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan
pedagangpengolah ikan. Di antara keenam aspek pengelolaan yang ada, bagi pedagangpengolah
ikan, tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat TNDB, merupakan aspek pengelolaan yang paling berkepentingan dengan pengembangan
kemitraan. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan TNDB tertinggi dibandingkan lima aspek pengelolaan lainnya, yaitu 0,249 pada inconsistency
terpercaya 0,03 Gambar 17. Tingginya kepentingan TNDB ini besar kemungkinan karena pedagangpengolah ikan membutuhkan tata nilai dan budaya
yang baik untuk menjalankan usahanya di bidang perikanan tangkap. Potensi sumberdaya ikan PSDI dan kondisi dan peluang pasar PP
merupakan aspek pengelolaan berkepentingan kedua dan ketiga. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung usaha SDP, menurut pedagangpengolah ikan
merupakan aspek pengelolaan yang paling rendah kepentingannya terhadap pengembangan kemitraan.
Dalam pandangan perbankan, tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat TNDB juga merupakan aspek pengelolaan yang
paling berkepentingan dengan pengembangan kemitraan RK = 0,244 pada inconsistency
terpercaya 0,01 Gambar 18. Potensi sumberdaya ikan PSDI merupakan aspek pengelolaan yang paling rendah kepentingannya terkait
pengembangan kemitraan RK = 0,66 pada inconsistency terpercaya 0,01. Perbankan tidak banyak mengetahui atau bergantung langsung pada sumberdaya
ikan, sehingga tidak dianggap begitu perlu baginya.
93 Gambar 18 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan
perbankan. Dalam pandangan koperasi, tata nilai dan budaya yang berlaku dan
berkembang di masyarakat TNDB juga merupakan aspek pengelolaan yang paling berkepentingan dengan pengembangan kemitraan RK = 0,255 pada
inconsistency terpercaya 0,01 Gambar 19. Seperti halnya perbankan dan
pedagang, koperasi membutuhkan tata nilai dan budaya yang baik untuk mendukung kegiatan koperasinya.
Gambar 19 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan koperasi.
Bagi Pemerintah daerah PEMDA, potensi sumberdaya ikan PSDI merupakan aspek pengelolaan yang paling berkepentingan terhadap
pengembangan kemitraan, yaitu dengan rasio kepentingan RK 0,262 pada inconsistency
terpercaya 0,04 Gambar 20. Kondisi finansial usaha perikanan tangkap FU merupakan aspek pengelolaan yang paling rendah kepentingannya
94 terhadap pengembangan kemitraan menurut pandangan PEMDA RK = 0,077
pada inconsistency terpercaya 0,04.
Gambar 20 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan PEMDA.
Di antara keenam aspek pengelolaan yang ada, tata nilai dan budaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat TNDB merupakan aspek pengelolaan
yang paling berkepentingan dengan pengembangan kemitraan menurut konsumen, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingan RK 0,259 pada inconsistency
terpercaya 0,06 Gambar 21. RK TNDB yang tinggi menunjukkan bahwa konsumen lebih mengharapkan kondisi budaya yang baik dan nyaman terkait
pengembangan kemitraan dan bukan menciptakan konflik baru yang membahayakan konsumen atau masyarakat umum. Sistem birokrasi dan perijinan
yang ada BDP merupakan aspek pengelolaan yang paling rendah kepentingannya menurut konsumen RK = 0,108 pada inconsistency terpercaya
0,06. Konsumen menganggap bahwa pengembangan kemitraan tak perlu disertai dengan birokrasi dan perijinan tertentu karena sering menghambat
dikembangkan kerjasama.
95 Gambar 21 Hasil analisis kepentingan aspek pengelolaan dalam pandangan
konsumen.
4.5.4 Opsi strategi pengembangan kemitraan