104 operasinya yang tidak terandalkan untuk wilayah perairan Kabupaten Indramayu.
Rawai tetap yang pengoperasiannya bersifat diam tentu akan sulit mendapat hasil tangkapan bila keluar ke wilayah perairan yang luas. Sementara pancing lainnya
hanya dioperasikan di pinggir pantai atau ke perairan dangkal sekitar Indramayu sehingga hasil tangkapannya tidak bisa banyak.
5.1.3 Kelayakan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang
Berdasarkan hasil analisis pada Bab 4, maka dari enam usaha perikanan tangkap yang banyak dilakukan di Kabupaten Subang diputuskan ada empat yang
termasuk layak dikembangkan dan ada dua yang tidak layak dikembangkan Tabel 23. Usaha perikanan jaring insang lingkar JIL dan pancing tonda
merupakan dua usaha perikanan tangkap paling bagus secara finansial. Tabel 23 Keputusan kelayakan pengembangan usaha perikanan tangkap di
Kabupaten Subang
Usaha Perikanan Tangkap
Keputusan Keterangan
Bagan Perahu Tidak layak
dikembangkan NPV dan IRR tidak memenuhi
persyaratan, BC ratio sangat rendah dan ROI rendah
Jala Tidak layak
dikembangkan NPV dan IRR tidak memenuhi
persyaratan, BC ratio sangat rendah dan ROI rendah
Pancing Tonda Layak dikembangkan
NPV dan IRR tidak memenuhi syarat, ROI sangat rendah
JIL Layak dikembangkan
Semua parameter
finansial memenuhi syarat
JIT Layak dikembangkan
Semua parameter
finansial memenuhi syarat
Alat Pengumpul Kerang
Layak dikembangkan Semua
parameter finansial
memenuhi syarat
Secara umum, intensitas penangkapan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu termasuk relatif stabil, sedangkan di Kota Cirebon kurang
stabil terutama untuk operasi usaha penangkapan besar seperti payang dan jaring insang hanyut JIH. Hal ini karena sebagian besar usaha penangkapan tersebut
105 bukan asli Cirebon, tetapi merupakan pendatang dari Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan wilayah Indonesia Timur. Terlepas dari ini, skala pengusahaan dan keuntungan bersih usaha perikanan tangkap di Kabupaten Subang pancing tonda
dan JIL masih kecil terutama bila dibandingkan dengan usaha perikanan jaring insang tetap JIT dan jaring insang hanyut JIH di Kabupaten Indramayu.
Pancing tonda dan JIL memberikan NPV masing-masing Rp 25.396.254 dan Rp 71.791.452.
Usaha perikanan jaring insang tetap JIT mempunyai NPV lebih besar dari usaha perikanan pancing tonda dan JIL, yaitu mencapai Rp 112.295.972.
Namun BC ratio dan IRR usaha perikanan jaring insang tetap JIT lebih kecil daripada usaha perikanan pancing tonda dan JIL. Terkait dengan ini, maka ketiga
usaha perikanan tangkap ini, sama-sama mempunyai keunggulan dalam mendapat dukungan finansial dari lembaga keuangan. Hasil survei lapangan menunjukkan
bahwa usaha perikanan jaring insang tetap JIT terkadang membutuhkan dana talangan untuk biaya operasional sekitar 15 – 18 , sedangkan usaha perikanan
pancing tonda dan JIL masing-masing sekitar 45 dan 35 . Rendahnya kebutuhan dana talangan untuk operasional usaha perikanan jaring insang tetap
JIT dapat disebabkan keuntungan bersih hasil tangkapan yang tinggi dan sistem bagi hasil yang lebih memperhatikan kelanjutan operasi penangkapan daripada
kepentingan masing-masing anggota. Usaha perikanan bagan perahu dan jala merupakan usaha perikanan
tangkap yang tidak layak dikembangkan di Kabupaten Subang. Kedua usaha perikanan tangkap mempunyai NPV yang negatif, IRR yang di bawah standar,
serta BC ratio yang sangat rendah. Untuk NPV saja, usaha perikanan bagan perahu dan jala masing-masing benilai – Rp 33.092.294 dan – Rp 569.230. Tidak
layak bagan perahu dapat disebabkan oleh jangkauan operasi bagan perahu yang hanya di perairan Kabupaten Subang dan perairan utara Jawa terdekat lainnya
yang sudah miskin sumberdaya ikannya. Tidak layaknya jala dapat disebabkan oleh pengusahaan yang berskala kecil dan tradisional, namun sangat rentan
terhadap kerusakan jaring robek, dan lainnya.
106
5.1.4 Kelayakan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang