Kelayakan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

106

5.1.4 Kelayakan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

Berdasarkan hasil analisis pada Bab 4 dengan mempertimbangkan persyaratan finansial yang ditetapkan, maka ada empat jenis usaha perikanan tangkap yang termasuk layak dikembangkan dan ada tiga yang tidak layak dikembangkan di Kabupaten Karawang. Rangkuman keputusan kelayakan tersebut disajikan pada Tabel 24. Usaha perikanan sero merupakan usaha perikanan tangkap paling bagus secara finansial di Kabupaten Karawang, karena mempunyai nilai parameter BC ratio 1,65 , IRR 43,66 , dan ROI 5,50 paling tinggi. Hal ini terjadi didukung oleh teknologi penangkapan dan lokasi pemasangan. Sero di Kabupaten Karawang umumnya mempunyai penajo jaring pengarah yang panjang minimal 100 - 300 m sehingga dengan mudah dapat mengarahkan ikan ke kantong sero. Pemasangan sero sangat memperhatikan arah arus sehingga dapat menghadang ikan yang bermigrasi. Namun karena sistem pengelolaan yang berkelompok dan tidak dikoordinir dengan baik menyebabkan usaha perikanan sero sering kekurangan modal bila terjadi perbaikan alat tangkap dan lainnya. Diantara nelayan anggota umumnya hanya mampu mengumpulkan uang sekitar 20 dari pembiayaan. Terkait dengan ini, maka lembaga keuangan dapat meningkatkan perannya untuk membantu usaha perikanan sero, apalagi usaha perikanan tangkap ini mempunyai kelayakan finansial sangat bagus. Untuk koordinasi dan sistem pengelolaan, perlu ditingkatkan lagi sehingga dana untuk pembiayaan dan angsuran pinjaman dapat dialokasi secara maksimal. Usaha perikanan jaring insang tetap JIT dan jaring insang hanyut JIH juga merupakan usaha yang layak dikembangkan di Kabupaten Karawang. Kedua usaha perikanan ini juga diusahakan dengan skala cukup besar di Karawang dan biasanya dilakukan oleh pengusaha lokal atau nelayan secara berkelompok dalam ikatan keluarga atau teman dekat. Usaha perikanan jaring insang tetap JIT merupakan usaha perikanan tangkap dengan NPV paling besar, yaitu mencapai Rp 91.005.295. Hal ini karena skala pengusahaan JIT termasuk paling besar dan membutuhkan biaya investasi tinggi Rp 244.760.870. 107 Tabel 24 Keputusan kelayakan pengembangan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Karawang Usaha Perikanan Tangkap Keputusan Keterangan Pukat Udang Tidak layak dikembangkan NPV dan IRR tidak memenuhi persyaratan, BC ratio sangat rendah Bubu Layak dikembangkan Semua parameter finansial memenuhi syarat Pukat Pantai Tidak layak dikembangkan NPV dan IRR tidak memenuhi persyaratan, BC ratio sangat rendah dan ROI rendah JIH Layak dikembangkan Semua parameter finansial memenuhi syarat JIL Tidak layak dikembangkan NPV dan IRR tidak memenuhi persyaratan, BC ratio sangat rendah dan ROI rendah Sero Layak dikembangkan Semua parameter finansial memenuhi syarat JIT Layak dikembangkan Semua parameter finansial memenuhi syarat Usaha perikanan jaring insang hanyut JIH mempunyai NPV Rp 77,818,138 , BC ratio 1,38, dan IRR 19,34 . Meskipun nilai parameter finansial tersebut termasuk bagus, tetapi usaha perikanan jaring insang hanyut JIH terkadang mengalami kesulitan dalam penyediaan biaya operasional maupun untuk perbaikan alat tangkap. Hal ini lebih disebabkan oleh pembinaan dan antispasi yang kurang maksimal, serta pengaruh musim penangkapan. Oleh usaha perikanan JIH di Kabupaten Karawang tidak sebesar di Kabupaten Indramayu, maka usaha perikanan tangkap tidak banyak yang menjangkau perairan luas terutama bila terjadi paceklik di perairan Karawang. Usaha perikanan pukat udang, pukat pantai, jaring insang lingkar JIL merupakan usaha perikanan tangkap yang tidak layak dikembangkan di Kabupaten Karawang. Ketiga usaha perikanan tangkap ini mempunyai NPV negatif, IRR di suku bunga bunga bank yang berlaku, dan BC ratio yang sangat rendah mendekati 1. Tidak layaknya usaha pukat udang dan pukat pantai dapat 108 disebabkan oleh kedua jenis pukat tersebut umumnya dioperasikan pada perairan dangkal yang dekat, sedangkan sumberdaya ikan yang sudah menipis di perairan tersebut perairan utara Jawa. Untuk usaha perikanan jaring lingkar JIL dapat disebabkan oleh skala pengusahaannya yang relatif kecil sehingga jaugkauan operasinya terbatas. 5.2 Pola Optimalisasi Peran Lembaga Keuangan 5.2.1 Pola optimalisasi peran lembaga keuangan di Kota Cirebon Berdasarkan hasil analisis LGP, lembaga keuangan yang diharapkan perannya untuk mendukung pembiayaan usaha perikanan tangkap yang dinyatakan layak di Kota Cirebon adalah Bank Mandiri, Bank Danamon, dan Bank Rakyat Indonesia BRI. Sedangkan Bank Jabar-Banten belum diperlukan perannya. Pada Tabel 25 disajikan pola optimalisasi peran lembaga keuangan melalui pelayanan kreditpembiayaanjasa pada usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon. Berdasarkan Tabel 25, pola optimalisasi peran Bank Mandiri bagi pembiayaan usaha perikanan tangkap yang layak dikembangkan di Kota Cirebon dapat dalam bentuk peningkatan alokasi jumlah kredit dan lainnya untuk jenis Kredit Usaha Mikro kredit kategori K3 dan jasa pelatihan masing-masing Rp 1.396.500.000 dan Rp 931.000.000 per tahun. Kredit Usaha Mikro merupakan jenis kredit yang diarahkan oleh Bank Mandiri di Kota Cirebon untuk pedagang, penjual ikan, dan nelayan. Untuk tahun 2008, Kredit Usaha Mikro ini dialokasikan sekitar Rp 400.000.000. Supaya peran Bank Mandiri di Kota Cirebon ini lebih optimal, maka alokasi kredit tersebut perlu ditambah Rp 996.500.000. Bila alokasi tersebut bisa optimal, maka berbagai kebutuhan nelayan untuk pembiayaan operasional penangkapan dan perawatan alat tangkap dapat terpenuhi dengan baik dan kegiatan penangkapan berjalan terus. Jasa pelatihan merupakan salah satu program Bank Mandiri bagi masyarakat kecil di Kota Cirebon. Pelatihan ini biasanya dilakukan dalam bentuk pelatihan dua hari tentang pengelolaan usaha kecil dan mikro. Sasaran pelatihan ini biasanya anggota masyarakat dari pedagang ikan, nelayan, pedagang kaki 109 lima, dan lainnya yang menerima kredit dari Bank Mandiri. Bila alokasi Kredit Usaha Mikro ditingkatkan, maka alokasi anggaran untuk jasa pelatihan atau pembinaan usaha juga demikian. Hal ini karena penerima kredit secara otomatis menjadi binaan dari Bank Mandiri. Bila melihat Tabel 25, alokasi dana untuk pelatihan tersebut termasuk besar Rp 931.000.000. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mandiri dalam meningkatkan perannya di lokasi perlu melakukan pembinaan yang lebih luas tidak hanya kepada anggota masyarakat penerima kredit bank Mandiri, tetapi kepada yang belum menerimanya. Ini bermanfaat meningkatkan pelanggan dan mitra Bank Mandiri di lokasi. Tabel 25 Pola optimalisasi kreditpembiayaanjasa dari lembaga keuangan pada usaha perikanan tangkap di Kota Cirebon No. Jenis Lembaga Keuangan Nama Kredit PembiayaanJasa Alokasi Optimal Kredit PembiayaanJasa Usaha Perikanan Tangkap Sasaran 1. Kredit Usaha Mikro Rp 1.396.500.000 Bank Mandiri Jasa Pelatihan Pembinaan Usaha Rp 931.000.000 2. Kredit Mass Market Rp 936.250.000 Bank Danamon Kredit Mikro Rp 74.900.000 3. Kredit Bisnis Umum Rp 7.410.000.000 Kredit Modal Kerja KMK Rp 741.000.000 Bank Rakyat Indonesia Kredit Usaha Pedesaan KUPEDES Rp 222.300.000 • Payang • Jaring Angkat Lainnya • Jaring Insang Hanyut JIH • Jaring Insang Tetap JIT • Handline Kredit Mass Market kredit kategori K1 merupakan kredit untuk usaha besar dan menengah yang dikeluarkan oleh Bank Danamon. Selama kredit tersebut banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha skala besar dan persyaratan 110 pemberian kreditnya juga cukup ketat. Untuk mengoptimalkan peran Bank Danamon di lokasi, maka alokasi Kredit Mass Market ini dapat ditingkatkan sehingga menjadi Rp 936.250.000 per tahun. Usaha perikanan payang, jaring insang hanyut JIH, dan jaring insang tetap JIT merupakan usaha perikanan tangkap kelompok besar dan layak dikembangkan di Kota Cirebon, sehingga menjadi sasaran penting untuk Kredit Mass Market dari Bank Mandiri. Selama ini tidak lebih dari dua usaha perikanan tangkap kelompok besar tersebut yang memanfaatkan Kredit Mass Market. Kredit Mikro kredit kategori K3 merupakan jenis kredit skala kecil yang dikeluarkan oleh Bank Danamon. Kredit mikro ini berkembang dengan baik di Kota Cirebon. Untuk memperbaiki pola perannya, Bank Danamon perlu melakukan promosi dan pendekatan lebih terbuka ke kelompok nelayan, pengolah ikan dan pedagang kecil di Kota Cirebon, kemudian diiringi dengan pengalokasian kredit mikro sekitar Rp 74.900.000. Pengawasan dan komitmen bersama perlu dikembangkan sehingga kredit tersebut berjalan terus. Di samping Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia BRI juga termasuk pemberi kredit skala besar menengah dan besar dengan nama “Kredit Bisnis Umum” kredit kategori K1. Kredit ini tidak dikhususkan pada bidang tertentu tetapi besar dengan syarat usaha tersebut cukup besar dan stabil. Kredit Bisnis Umum ini pernah dimanfaatkan oleh pengusaha perikanan tangkap dan digunakan untuk pengadaan armada penangkapan baru. Mengingat cukup banyaknya usaha perikanan tangkap cukup besar yang layak dikembangkan di Kota Cirebon, maka alokasi kredit dibutuhkan dan dapat ditingkatkan menjadi Rp 7.410.000.000 per tahun. Alokasi kredit lain yang dapat dioptimalkan oleh Bank Rakyat Indonesia di lokasi adalah Kredit Modal Kerja sekitar Rp Rp 741.000.000 dan Kredit Usaha Pedesaan KUPEDES sekitar Rp 222.300.000. Kredit Usaha Pedesaan termasuk kredit kecil yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya oleh usaha perikanan hand line dan jaring angkat lainnya.

5.2.2 Pola optimalisasi peran lembaga keuangan di Kabupaten Indramayu