Tingkat Kesediaan Pengrajin Dalam Melakukan Pengolahan Limbah

Citeureup belum mengetahui bahwa limbah cair tersebut dapat dijadikan bahan baku Nata de Soya dan mereka juga tidak mengetahui cara pembuatan Nata de Soya. Hal ini terlihat pada Tabel 32. Tabel 32. Pengetahuan Pengrajin Tempe Mengenai Solusi Alternatif untuk Menangani Masalah Limbah Tahun 2008 Solusi Alternatif untuk Limbah Pengrajin Tempe Orang Persentase persen Teknologi Pengolahan Limbah yang Murah 2 6,45 Limbah Cair Dijual 29 93,55 Total 31 100,00 Sumber : Data primer diolah.

10.2 Tingkat Kesediaan Pengrajin Dalam Melakukan Pengolahan Limbah

Berdasarkan Gambar 3, pengrajin tempe di Desa Citeureup yang bersedia melakukan pengolahan limbah berjumlah 4 orang 13 persen dan pengrajin yang tidak bersedia melakukan pengolahan limbah dengan IPAL berjumlah 27 orang 87 persen. Alasan pengrajin tempe tidak mau melakukan pengolahan limbah adalah pengrajin beranggapan limbah yang mereka buang ke sungai tidak bermasalah bagi masyarakat di sekitar sungai dan mereka tidak menggunakan air sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengrajin tempe yang bersedia untuk melakukan pengolahan limbah beranggapan jika ada pengolahan limbah yang dapat menghasilkan buangan yang lebih baik sangat baik untuk dilakukan. Apabila ada teknologi pengolahan limbah mereka bersedia untuk menerapkan teknologi tersebut. Gambar 3. Tingkat Kesediaan Pengrajin Tempe Desa Citeureup Terhadap Pengolahan Limbah Alasan pengrajin tempe tidak bersedia untuk melakukan pengolahan limbah beragam. Pengrajin tempe yang tidak bersedia dengan alasan tidak mempunyai waktu dan modal terbatas ada 10 orang 37 persen dan karena limbah tidak bermasalah dan tidak dapat dikonsumsi ada 13 orang 48 persen. Pengrajin yang alasannya IPAL merupakan tanggung jawab pemerintah berjumlah 3 orang 11 persen dan menambah biaya produksi hanya 1 orang 4 persen. Banyaknya pengrajin yang tidak bersedia dengan alasan limbah yang dihasilkan tidak bermasalah karena tingkat pendidikan yang rendah sehingga kesadaran terhadap lingkungan juga rendah. Hal lain yang menyebabkan adalah kurangnya pengetahuan mengenai standar baku mutu limbah untuk industri. Oleh karena itu, mereka menganggap limbah yang dihasilkan tidak bermasalah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 33. Bersedia 13 Tidak Bersedia 87 Tabel 33. Alasan Pengrajin Tempe Desa Citeureup Tidak Bersedia Melakukan Pengolahan Limbah Alasan Pengrajin Tempe Orang Persentase Persen Tidak punya waktu dan modal terbatas 10 37 Limbah tidak bermasalah dan tidak dikonsumsi 13 48 IPAL merupakan tanggung jawab pemerintah 3 11 Menambah biaya produksi 1 4 Total 27 100 Sumber : Data Primer diolah Selain itu, alasan pengrajin tempe yang bersedia melakukan pengolahan limbah adalah ada saluran untuk membuang limbah berjumlah 1 orang atau sebesar 25 persen. Pengrajin dengan alasan dengan adanya pengolahan limbah maka hasil buangan limbah akan lebih baik sebesar 2 orang 50 persen dan agar limbah tidak berbau busuk berjumlah 1 orang 25 persen. Sebagian dari pengrajin yang bersedia melakukan pengolahan limbah memilih alasan hasil buangan limbah akan lebih baik. Hal ini dikarenakan mereka sudah melakukan pengolahan limbah yang sederhana yaitu pengendapan mekanis agar limbah yang dihasilkan tidak terlalu berbahaya. Selain itu, mereka mempunyai saluran pembuangan air limbah yang akan memudahkan penyaluran limbah ke alat biodigester bila ada IPAL. Jika ada teknologi pengolahan limbah yang menguntungkan seperti IPAL teknik biogas maka mereka bersedia menggunakan teknologi tersebut. Hal ini lebih jelas pada Tabel 34. Tabel 34. Alasan Pengrajin Tempe Desa Citeureup Bersedia Melakukan Pengolahan Limbah Alasan Pengrajin Tempe Orang Persentase Persen Ada saluran untuk membuang limbah 1 25 Hasil buangan limbah lebih baik 2 50 Agar limbah tidak menimbulkan bau busuk 1 25 Total 4 100 Sumber : Data Primer diolah

10.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Melakukan Pengolahan Limbah