Gambaran Umum Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup Pemanfaatan Sungai Di Desa Citeureup

pemukiman, industri dan bangunan-bangunan untuk berdagang, sehingga lahan untuk pertanian sangat kecil. Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006 Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk orang Persentase persen Petani 138 1,97 Pengusaha Kecil 142 2,03 Pegawai Swasta 3.756 53,68 Pegawai Negeri Sipil 93 1,33 Pekerja Kontraktor 1.227 17,54 Jasa 365 5,22 TNIPOLRI 14 0,20 Pedagang 987 14,11 Pensiunan 39 0,56 Pengemudi 236 3,37 Total 6.997 100,00 Sumber : Potensi Desa, 2006. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa Citeureup umumnya produktif karena jumlah penduduk produktif yang lebih besar daripada penduduk yang tidak produktif, tingkat pendidikannya rendah karena 45,06 persen penduduk lulusan Sekolah Dasar serta bermata pencaharian sebagai pegawai swasta sebesar 3.756 orang 53,68 persen. Hal ini dikarenakan sebagian penduduk lulusan Sekolah Dasar dan terdapat industri di daerah tersebut yang menyerap banyak tenaga kerja dari penduduk di Desa Citeureup.

5.2 Gambaran Umum Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup

Jumlah industri tempe di Desa Citeureup berjumlah 100 pengrajin tempe Lampiran 2. Jumlah industri tempe di Desa Citeureup mengalami penurunan pada awal tahun 2008 karena banyaknya pengrajin tempe skala kecil yang gulung tikar akibat kenaikan harga kedelai padahal tahun sebelumnya jumlah pengrajin tempe cukup banyak. Ada sekitar 96 orang pengrajin yang menjadi anggota Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia KOPTI Kabupaten Bogor. Peran KOPTI Kabupaten Bogor sebagai supply input dari proses produksi tempe yaitu kedelai. KOPTI Kabupaten Bogor memasok kedelai kepada pengrajin tempe yang menjadi anggotanya. Pengrajin tempe melakukan kegiatan produksi di rumah masing-masing. Letak industri tempe sangat dekat dengan sungai dan letak antara satu industri tempe dengan industri tempe lainnya berdekatan. Industri tempe mengumpul pada suatu tempat yaitu seluruhnya berada di pinggir sungai. Hal ini menyebabkan pengrajin langsung membuang limbah sisa produksi ke sungai. Pengrajin umumnya langsung memasarkan hasil produksinya ke pasar-pasar terdekat di wilayah Kabupaten Bogor sehingga tempe yang dihasilkan memenuhi permintaan tempe di daerah tersebut. Hasil produksi tempe dapat memenuhi sebagian dari total permintaan tempe. Hal ini dikarenakan jumlah industri tempe di Desa Citeureup paling banyak diantara industri tempe di Desa lain yang berada di Kabupaten Bogor.

5.3 Pemanfaatan Sungai Di Desa Citeureup

Masyarakat di sekitar sungai Desa Citeureup menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya masyarakat sekitar sungai menggunakan air tersebut untuk mencuci, mandi dan sebagainya. Hal ini dikarenakan lahan di sekitar sungai tersebut digunakan untuk pemukiman, tempat kost, tempat usaha seperti tempat cuci mobil atau motor sedangkan di hilir sungai DAS Kali Bekasi digunakan untuk memelihara ikan dalam tambak terapung. Tetapi saat ini sungai di Desa Citeureup dan hilirnya sudah tidak dapat digunakan lagi untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Limbah cair tempe yang berpotensi mencemari sungai berasal dari proses perebusan kedelai dan yang berasal dari proses perendaman kedelai. Limbah cair tempe mengandung kadar BOD dan COD yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan tercemarnya air sungai. Sungai yang tercemar akan mengurangi kualitas sungai dan menimbulkan kerugian kepada masyarakat yang menggunakan sungai tersebut. Data sifat kimia limbah cair industri tempe tersaji dalam Tabel 6. Tabel 6. Sifat Fisika Kimia Limbah Cair Tempe Dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Limbah Bagi Kegiatan Industri Menurut KEP.51MENLH101995 No. Parameter Satuan Standar Baku Mutu Limbah Cair Rebusan Limbah Cair Rendaman Fisika 1. Suhu C 40 75 32 2. TDS mgl 4.000 25.060 25.254 3. TSS mgl 400 4.012 4.551 Kimia 1. pH mgl 6-9 6 4,16 2. Fe mgl 10 0,89 2,0 3. Cu mgl 3 0,62 0,63 4. Zn mgl 10 2,37 2,58 5. NH 3 -N mgl 5 16,5 26,7 6. NO 3 -N mgl 30 12,52 14,08 7. NO 2 -N mgl 3 ttd ttd 8. BOD mgl 150 1.302,03 31.380,87 9. COD mgl 300 4.188,27 35.398,87 Sumber : Wiryani, 1991. Keterangan : Melampaui standar baku mutu limbah cair bagi industri menurut KEP.51MENLH101995 ttd : tidak terdeteksi Berdasarkan Tabel 6, limbah cair tempe dari proses rendaman dan proses rebusan tidak memenuhi standar baku mutu limbah cair untuk industri. Hal ini akan menyebabkan tercemarnya air sungai jika limbah cair tempe langsung dibuang ke sungai tanpa mengalami proses pengolahan limbah terlebih dahulu. Tanpa proses pengolahan limbah terlebih dahulu, kandungan limbah cair tempe dapat membahayakan masyarakat yang menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sungai di Desa Citeureup yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu dari Daerah Aliran Sungai Kali Bekasi yang kualitasnya semakin memburuk akibat tingginya kadar BOD dan COD yang berasal dari limbah industri salah satunya industri tempe.

5.4. Dampak Limbah Cair Tempe Terhadap Lingkungan dan Masyarakat Desa Citeureup