Pengrajin yang skala usahanya relatif besar lebih besar dari 100 kilogram kedelai memiliki pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan pengrajin
yang skala usahanya kecil. Lebih rinci mengenai pendapatan pengrajin tempe Desa Citeureup dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendapatan Pengrajin Tempe Desa Citeureup Tahun 2008 Tingkat
Pendapatan Rpsekali
produksi Tingkat Pendapatan
Rptahun Pengrajin
Tempe orang
Persentase persen
0-150.000 0-48.900.000 24
77,42 150.001-300.000 48.900.001-97.800.000
1 3,23
300.001-450.000 97.800.001-146.700.000 2
6,45 450.001-600.000 146.700.001-195.600.000
3 9,68
600.001-750.000 195.600.001-244.500.000 0,00
750.001-900.000 244.500.001-293.400.000 1
3,23
Total 31 100,00
Sumber : Data primer diolah.
6.2.6 Tenaga Kerja
Berdasarkan hal tersebut, jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk produksi tidaklah banyak hal ini dikarenakan pengrajin umumnya memiliki
anggota keluarga yang dapat menjadi tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dilakukan untuk menekan biaya produksi. Tenaga
kerja dari luar keluarga yang digunakan untuk setiap rumah tangga pengrajin adalah 1-4 orang. Rata-rata upah yang diberikan kepada tenaga kerja berkisar
antara Rp 25.000 sampai Rp 50.000. Jam kerja umumnya 8 jam sehari dengan kisaran waktu yaitu 5-10 jam per hari.
Sebagian besar pengrajin menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang hubungannya sangat erat dengan pengrajin yaitu istri atau anak. Umumnya
pengrajin menggunakan seorang anggota keluarganya yaitu istri. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya tidak diberi upah.
6.2.7 Saluran Pemasaran
Ada tiga saluran pemasaran yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu : a. Pengrajin Æ Konsumen
Pengrajin yang langsung menjual ke konsumen umumnya menjualnya langsung ke pasar dengan jumlah 20 orang 64,52 persen. Pengrajin bertindak
langsung sebagai pedagang yang menjual tempe. Biasanya pengrajin berjualan di pasar-pasar terdekat seperti pasar Citeureup, Cileungsi, Cibinong, Jonggol dan
Wanaherang. Konsumen yang dihadapi oleh penjual adalah konsumen akhir yang berasal dari rumah tangga. Pengrajin umumnya langsung menjual ke pasar
terdekat dengan alasan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar daripada menjual ke perantara. Hal ini dikarenakan jika pengrajin menjual ke perantara
dengan harga yang lebih murah maka keuntungan yang diterima semakin kecil. b. Pengrajin Æ Pedagang di Pasar Æ Konsumen
Saluran pemasaran yang lain adalah pengrajin menjual tempe kepada pedagang di pasar. Dari pedagang di pasar, konsumen dapat membeli tempe yang
dibuat oleh pengrajin. Sehingga pengrajin tidak langsung menjual tempe kepada konsumen. Jumlah pengrajin yang menjual tempe kepada pedagang di pasar ada 6
orang 19,35 persen. c. Pengrajin Æ Rumah Makan katering Æ Konsumen
Saluran pemasaran tempe yang terakhir yaitu tempe dijual kepada rumah makan katering lalu dibeli oleh konsumen setelah diberi proses
pengolahan yang lain dari rumah makan seperti dicampur dengan makanan lain,
digoreng, dibakar dan sebagainya. Jumlah pengrajin yang menjual tempe kepada rumah makan berjumlah 5 orang 16,13 persen. Di samping itu, apabila ada
permintaan dari rumah makan katering maka pengrajin akan berproduksi melebihi kapasitas biasa per hari untuk memenuhi permintaan tersebut. Hal ini
dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 15.
Tabel 15. Saluran Pemasaran Usaha Pembuatan Tempe Desa Citeureup Saluran Pemasaran
Jumlah Pengrajin
orang Persentase
persen
a. Pengrajin Æ Konsumen 20
64,52 b. Pengrajin Æ Pedagang di Pasar Æ Konsumen
6 19,35
c. PengrajinÆRumahMakan kateringÆKonsumen 5 16,13
Total 31 100,00
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan Tabel 16, dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran yang paling menguntungkan untuk pengrajin tempe adalah saluran pemasaran dari
pengrajin langsung dijual kepada konsumen. Hal ini karena pengrajin tempe dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila langsung menjual ke pasar
daripada menjualnya kepada pedagang perantara terlebih dahulu.
6.2.8 Jarak Rumah Ke Sungai