Asumsi-asumsi Definisi Operasional METODE PENELITIAN 4.1

nilai chi-square yang merupakan rasio likelihood antara ‘model dengan variabel’ dengan ‘model tanpa variabel’. Interpretasi Koefisien Jika koefisien bertanda + maka odd ratio akan lebih dari 1. jika variabelnya merupakan skala nominal dummy maka dummy = 1 memiliki kecenderungan untuk Y=1 sebesar exp β kali dibandingkan dengan dummy = 0. jika variabelnya bukan dummy maka semakin besar X maka exp β ≥ 1, sehingga semakin besar nilai X semakin besar pula kecenderungan untuk = 1.

4.5 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut : 1. Umur proyek didasarkan pada umur proyek IPAL yaitu selama sepuluh tahun. 2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 13 persen per tahun berdasarkan tingkat suku bunga kredit Bank Umum rata-rata untuk konsumsi dan investasi tahun 2008. 3. Manfaat yang diterima dalam proyek adalah manfaat yang tidak dapat dihitung. 4. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Perhitungan mengenai pajak penghasilan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2. Tarif Pajak Untuk Berbagai Lapisan Penghasilan Kena Pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Rp 0 s.d Rp 50.000.000,00 10 sepuluh persen Rp 50.000.000,01- Rp 100.000.000,00 15 lima belas persen di atas Rp 100.000.000,00 30 tiga puluh lima persen Sumber : UU RI no.17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU RI no.17 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dalam Sidauruk 2005.

4.6 Definisi Operasional

1. Responden adalah unit industri rumah tangga yang membuang limbah cair langsung ke sungai. 2. Limbah cair tempe adalah zat sisa buangan yang dihasilkan dari proses pencucian kedelai dalam produksi tempe dan tidak termasuk ampas kedelai. 3. Harga produk adalah harga jual dari pengrajin tempe. 4. Harga input adalah harga yang diterima oleh pengrajin untuk mendapatkan bahan baku untuk memproduksi tempe. 5. Biaya investasi IPAL adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membangun IPAL. 6. Biaya operasional IPAL adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perawatan IPAL. 7. Biaya eksternal adalah biaya yang untuk mengolah limbah menggunakan IPAL. 8. Internalisasi biaya eksternal adalah biaya eksternal yang ditanggung oleh pengrajin.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1

Gambaran Umum Desa Citeureup 5.1.1 Kondisi Geografis Desa Citeureup terletak di wilayah Pembangunan Bogor Timur dengan luas wilayah seluas 311 Ha. Desa Citeureup berbatasan dengan Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri dan Desa Bantar Jati Kecamatan Klapanunggal di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Asem Timur dan Desa Tarikolot. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Karang Asem Barat dan Puspanegara sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Sari dan Desa Lulut. Desa Citeureup terletak pada ketinggian 99.80-125 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 3.000-3.500 mmtahun. Kelembaban dengan suhu rata-rata 24-33 C. Bentuk wilayah Desa Citeureup berupa dataran rendahberbukitbergunung-gunung dengan kemiringan 99,80-125 . Desa Citeureup merupakan lokasi yang strategis karena jarak dari pusat pemerintahan cukup dekat. Jarak dari Kecamatan Citeureup yaitu 0,5 Kilometer. Jarak antara Desa Citeureup dengan Pemerintah Kabupaten Bogor yaitu 11 Kilometer. Jarak antara Desa Citeureup dengan Ibukota Propinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara Republik Indonesia masing-masing yaitu 150 Kilometer dan 50 Kilometer.

5.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Citeureup pada tahun 2006 adalah 17.014 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 4.351 orang. Penduduk Desa ini terdiri dari penduduk produktif sebesar 9.469 orang, penduduk bekerja 7.156 orang dan