Eksternalitas Menurut Fauzi 2004, eksternalitas merupakan kegiatan produksi atau

Dalam Kementerian Lingkungan Hidup 2004 menyatakan bahwa Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 254MPPKep71997 tentang kriteria industri kecil di Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1 Nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan 2 pemilik Warga Negara Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan karakteristik industri kecil adalah modal yang digunakan untuk produksi tidak besar, tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit, kegiatan yang dilakukan oleh perseorangan, rumah tangga atau badan yang bertujuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang diperjualbelikan secara komersial, investasi untuk modal dan tenaga kerja kecil serta nilai penjualan satu milyar rupiah atau kurang.

2.2 Eksternalitas Menurut Fauzi 2004, eksternalitas merupakan kegiatan produksi atau

konsumsi yang mempengaruhi kegunaan pihak lain dan pembuatnya tidak memberi kompensasi. Eksternalitas disebabkan oleh barang publik yang kepemilikannya untuk masyarakat dengan akses yang terbuka sehingga menimbulkan tragedy of common. Berikut adalah kombinasi hubungan antara hak kepemilikan dan akses : Tabel 1. Kombinasi antara hak kepemilikan dan akses Terbuka Tertutup Komunal The Tragedy of common Pengelolaan lestari Negara The Tragedy of common Pengelolaan lestari Privat Rentan terhadap pemanfaatan tidak sah Pemanfaatan berlebihan dapat dihindari Sumber : Fauzi, 2004. Berdasarkan Tabel 1, ada empat tipe kombinasi hubungan antara hak kepemilikan dan akses. Tipe pertama adalah tipe dimana hak kepemilikan berada pada komunal negara dengan akses yang terbatas yang dapat menimbulkan pengelolaan sumberdaya yang lestari. Tipe kedua adalah sumberdaya dimiliki oleh individu privat dengan akses yang terbatas, hal ini akan menyebabkan pemanfaatan berlebihan dapat dihindari. Tipe ketiga merupakan kombinasi antara hak kepemilikan komunal dan akses yang terbuka, yang menimbulkan “the tragedy of the common”. Terakhir, tipe keempat yaitu kombinasi yang sebenarnya jarang terjadi dimana sumberdaya dimiliki secara individu namun akses dibiarkan terbuka. Sebaliknya, jika barang publik yang digunakan memiliki akses tertutup maka pengelolaan dapat lestari dan tidak terjadi eksternalitas. Sehingga hubungan antara eksternalitas dengan kepemilikan sangat erat kaitannya. Hufschmidt 1987 mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh industri terhadap lingkungan disebut dengan “dampak eksternal”. Dampak eksternal timbul bila fungsi kegunaan manfaat atau produksi seseorang tergantung pada kegiatan orang lain. Contoh eksternalitas adalah limbah yang dibuang oleh industri makanan yang merugikan kesehatan masyarakat. Eksternalitas muncul bila dampak terhadap lingkungan yang mengakibatkan biaya dan manfaat sosial tidak dipertimbangkan oleh orang atau sekelompok orang yang mengakibatkan dampak tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan pasar market failure. Kegagalan pasar terjadi karena pasar tidak mengkomunikasikan keinginan secara tepat dan keputusan individual yang berdasarkan informasi harga tidak menimbulkan alokasi sumberdaya yang efisien Fauzi, 2004. Peranan pemerintah dalam mengatasi market failure adalah dengan melakukan command and control yaitu dengan mengadakan regulasi dan menetapkan ambang batas pencemaran limbah yang diperbolehkan. Jika pemerintah tidak dapat mengatasi market failure dengan beberapa kebijakan dan regulasi yang diterapkan maka akan terjadi kegagalan pemerintah government failure. Kegagalan pemerintah terjadi karena pemerintah tidak dapat mengatasi market failure setelah melakukan kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Market failure dapat menyebabkan sistem pasarharga menjadi tidak efisien. Menurut Pearson 2000, ada empat situasi yang dapat menyebabkan sistem hargapasar menjadi tidak efisien yaitu barang publik, eksternalitas, sumberdaya milik bersama dengan akses terbuka dan kekuatan pasar. Barang publik, eksternalitas dan sumberdaya milik bersama dengan akses terbuka merupakan jawaban dari penyebab degradasi lingkungan. Eksternalitas merupakan kegiatan yang memberikan efek terhadap kesejahteraan suatu agen ekonomi terhadap agen ekonomi lain yang tidak dapat diantisipasi. Agen ekonomi tersebut yaitu produsen, konsumen dan pemerintah. Efek dari kegiatan tersebut dapat positif external economics atau negatif external diseconomics atau external cost. Sementara itu Mangkoesoebroto 1993, membagi eksternalitas atas dampaknya menjadi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi oranglain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Timbulnya eksternalitas dalam suatu aktivitas akan menyebabkan inefisiensi. Inefisiensi timbul akibat tindakan seseorang yang mempengaruhi orang lain dan tidak tercermin dalam sistem harga. Adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan dimasukkan ke dalam penghitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksi Mangkoesubroto, 1993. Telah disebutkan diatas bahwa contoh eksternalitas negatif adalah limbah industri makanan yang dibuang ke sungai dan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Industri tempe di Desa Citeureup merupakan salah satu industri yang membuang limbahnya langsung ke sungai sehingga dapat menyebabkan eksternalitas negatif terhadap masyarakat sekitar sungai. Limbah cair tempe adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan tempe maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Setiap kuintal kedelai akan menghasilkan limbah 1,5 - 2 m 3 air limbah. 7 Limbah cair tempe memiliki kadar BOD dan COD yang cukup tinggi karena berasal dari bahan organik. Menurut Linsley dan Franzini 1986, batas ambang aliran limbah industri yang biasa dipakai adalah sebesar 5000 galacrehari 50 m 3 hektarhari. Pada industri tempe di Desa Citeureup rata-rata membutuhkan 109 kg kedelaioranghari untuk memproduksi tempe. Di Desa Citeureup terdapat 100 orang pengrajin berarti setiap harinya mereka menghasilkan 163-218 m 3 air limbah. Limbah yang 7 Nurhasan Bb. Pramudyanto. 1991. Informasi Praktis Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Tahu Tempe. Dalam http:www.menlh.go.idusaha-kecilindex-view.php?sub=9 . Diakses tanggal 20 Februari 2008. dihasilkan sudah melebihi ambang batas yang ditentukan sehingga memerlukan pengolahan agar limbah yang dibuang tidak melebihi ambang batas yang ditentukan.

2.3 Internalisasi Biaya Eksternal