9.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Usaha Ketiga Skenario
Terdapat perbedaan yang cukup jauh dari hasil kelayakan usaha tanpa IPAL dibandingkan dengan IPAL skenario 2. Dampak pembangunan IPAL yang
ditanggung oleh pengrajin atau secara swadaya sangat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pengrajin tempe. Hal ini terlihat pada Tabel 29 bahwa Net Present
Value berkurang menjadi Rp 100.221.668 dari nilai sebelumnya sebesar Rp 141.464.542. Penurunan nilai Net Present Value sebesar Rp
41.242.874 atau sebesar 29,15 persen dari total Net Present Value mengindikasikan penurunan
keuntungan atau manfaat bersih yang diterima dari usaha pembuatan tempe yang dijalankan akibat pembangunan IPAL secara swadaya. Perubahan juga terjadi
dalam kriteria kelayakan yang lain seperti Internal Rate of Return IRR, Net Benefit-Cost Ratio Net BC dan Payback Period PP. Perbedaan IRR antara
usaha pembuatan tempe tanpa IPAL dengan usaha pembuatan tempe dengan IPAL skenario 2 adalah 38 persen yang artinya tingkat pengembalian internal
usaha pembuatan tempe berkurang sebesar 38 persen. Kriteria lain yang mengalami perubahan adalah Net BC Ratio. Net BC
Ratio berkurang sebesar 2,00 yang berarti setiap Rp 1.000.000 yang dikeluarkan untuk usaha tersebut mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2.570.000
dan usaha tersebut akan mengalami pengurangan manfaat bersih Rp 2.000.000 dari manfaat bersih yang diperoleh sebelumnya. Selain itu jangka waktu
pengembalian seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek berubah menjadi dua tahun dua bulan. Walaupun hasil kelayakan usaha
pembuatan tempe dengan IPAL skenario 2 masih layak untuk diusahakan tetapi pembangunan IPAL tersebut telah mengubah tingkat keuntungan menjadi
semakin kecil dari sebelumnya. Hal ini disebabkan biaya pembangunan IPAL yang besar sehingga menyebabkan biaya investasi semakin besar.
Tabel 29. Perbandingan Hasil Kelayakan Ketiga Skenario yang Dapat Dijalankan Usaha Pembuatan Tempe Desa Citeureup
Dengan IPAL No. Kriteria
Kelayakan Tanpa IPAL
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3
1. Net Present
Value Rp 141.464.542
Rp 100.221.668 Rp 124.609.573 2.
Internal Rate of Return
84 46 77 3.
Net Benefit-Cost Ratio
4,57 2,57 4,15 4.
Payback Period 1 tahun 4 bulan
2 tahun 2 bulan 1 tahun 6 bulan
Berdasarkan Tabel 29, hasil kelayakan usaha pembuatan tempe tanpa IPAL dibandingkan dengan usaha pembuatan tempe dengan IPAL skenario 3
tidak mengalami perubahan yang drastis. Hal ini terlihat dari perubahan NPV tanpa IPAL dan NPV dengan IPAL skenario 3 sebesar Rp 16.854.969 atau sebesar
11,92 persen. Hal ini berarti terdapat penurunan manfaat bersih yang diterima selama 10 tahun usaha pembuatan tempe sebesar Rp 16.854.969 atau sebesar
11,92 persen dari manfaat bersih yang diterima dari usaha pembuatan tempe tanpa IPAL.
IRR usaha pembuatan tempe tanpa IPAL dan dengan IPAL skenario 3 juga mengalami penurunan yang kecil yaitu sebesar 7 persen. Hal ini artinya
tingkat pengembalian internal usaha pembuatan tempe berkurang sebesar 7 persen. Selain itu, kriteria kelayakan yang lain adalah Net BC Ratio yang
mengalami penurunan sebesar 0,42 yang menyebabkan usaha tersebut akan mengalami pengurangan manfaat bersih Rp 420.000 dari manfaat bersih yang
diperoleh sebelumnya dari setiap Rp 1.000.000 biaya yang dikeluarkan. Kriteria yang lain adalah jangka waktu pengembalian seluruh biaya-biaya yang telah
dikeluarkan dalam investasi suatu proyek berubah menjadi 1 tahun 6 bulan. Penurunan tingkat keuntungan usaha pembuatan tempe dengan IPAL skenario 3
tidak terlalu besar karena biaya pembangunan IPAL ditanggung oleh pemerintah sehingga biaya investasi usaha tersebut tidak berubah.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan IPAL skenario 3 yang paling baik untuk dijalankan karena tidak menyebabkan
keuntungan pengrajin tempe turun apabila dibandingkan dengan usaha pembuatan tempe tanpa IPAL. Walaupun melakukan pengolahan limbah akan menurunkan
keuntungan sebesar 11,92 persen Skenario 3 keuntungan usaha. Tetapi secara sosial akan mengurangi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan akibat limbah
cair tempe yang langsung dibuang ke sungai. Sungai yang tercemar akan menurunkan pendapatan bagi masyarakat yang menggunakan air tersebut sebagai
mata pencaharian seperti tambak dan akan menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
X. PERSEPSI DAN TINGKAT KESEDIAAN MELAKUKAN PENGOLAHAN LIMBAH