Persepsi Pengrajin Tempe Mengenai Pengolahan Limbah

X. PERSEPSI DAN TINGKAT KESEDIAAN MELAKUKAN PENGOLAHAN LIMBAH

10.1 Persepsi Pengrajin Tempe Mengenai Pengolahan Limbah

Pengrajin tempe yang mengetahui mengenai pengolahan limbah berjumlah 4 orang 12,90 persen dan pengrajin yang tidak mengetahui mengenai pengolahan limbah berjumlah 27 orang 87,10 persen. Tetapi keseluruhan pengrajin yang menjadi responden belum melakukan pengolahan limbah dikarenakan belum adanya pembangunan IPAL. Umumnya pengrajin tidak mengetahui pengolahan limbah hal ini dikarenakan rata-rata tingkat pendidikannya rendah sehingga kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan masih kurang. Sebagian pengrajin menganggap bahwa limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tempe tidak bermasalah dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Lebih rinci mengenai persepsi pengrajin tentang pengolahan limbah pada Tabel 30. Tabel 30. Persepsi Pengrajin Tempe Mengenai Pengolahan Limbah Tahun 2008 Persepsi Pengolahan Limbah Pengrajin Tempe orang Persentase persen Mengetahui 4 12,90 Tidak Mengetahui 27 87,10 Total 31 100,00 Sumber : Data primer diolah. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair tempe apabila dibuang ke sungai yaitu membuat air sungai keruh dan bau, menimbulkan penyakit seperti gatal dan diare, mengganggu estetika sungai, membuat mati organisme dalam air sungai dan lainnya. Dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair tempe didapatkan dari pengrajin tempe yang menjadi responden. Sebagian besar pengrajin tempe mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair tempe yaitu membuat air sungai keruh dan bau 25 orang atau 80,65 persen. Hal ini karena limbah cair tempe bila dibiarkan akan berwarna hitam dan berbau busuk. Selain itu, pengrajin yang menganggap bahwa dampak limbah cair tempe adalah air sungai tidak dapat dikonsumsi berjumlah 6 orang 19,35 persen. Hal ini disebabkan air sungai umumnya tidak digunakan oleh pengrajin tempe untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut terlihat pada Tabel 31. Tabel 31. Pengetahuan Pengrajin Tempe Mengenai Dampak Limbah Cair Tempe Tahun 2008 Dampak Limbah Cair Pengrajin Tempe Orang Persentase Persen Membuat air sungai keruh dan bau 25 80,65 Air sungai tidak dapat dikonsumsi 6 19,35 Total 31 100,00 Sumber : Data primer diolah. Jika pengrajin tempe tidak mau menggunakan IPAL untuk pengolahan limbah maka ada solusi alternatif yang diberikan oleh pengrajin tempe untuk menangani masalah limbah yaitu menggunakan teknologi pengolahan limbah yang lebih murah dan limbah cair dijual untuk industri lain yang menggunakan limbah cair tempe sebagai bahan baku. Pengrajin yang memberi solusi untuk menggunakan teknologi pengolahan limbah yang lebih murah berjumlah 2 orang 6,45 persen dan pengrajin yang solusinya menjual limbah cair berjumlah 29 orang 93,55 persen. Umumnya pengrajin memberikan solusi untuk menangani limbah cair yaitu dengan menjualnya. Hal ini dikarenakan dengan menjualnya kepada industri lain, pengrajin akan mendapatkan penghasilan tambahan yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Tetapi pengrajin tempe di Desa Citeureup belum mengetahui bahwa limbah cair tersebut dapat dijadikan bahan baku Nata de Soya dan mereka juga tidak mengetahui cara pembuatan Nata de Soya. Hal ini terlihat pada Tabel 32. Tabel 32. Pengetahuan Pengrajin Tempe Mengenai Solusi Alternatif untuk Menangani Masalah Limbah Tahun 2008 Solusi Alternatif untuk Limbah Pengrajin Tempe Orang Persentase persen Teknologi Pengolahan Limbah yang Murah 2 6,45 Limbah Cair Dijual 29 93,55 Total 31 100,00 Sumber : Data primer diolah.

10.2 Tingkat Kesediaan Pengrajin Dalam Melakukan Pengolahan Limbah