Keunggulan Absolut Keunggulan Komparatif Teori Faktor ProporsiTeori Heckscher-Ohlin

merkantilisme dengan mitra dagangnya mendorong team ekspor dimasa ekonomi yang sulit di masa lalu. Masalah utama dengan merkantilisme adalah bahwa aliran ini memandang perdagangan internasional sebagai zero–sum game, dimana memandang sebuah negara hanya mendapatkan keuntungan bila mengorbankan negara lain. Namun, bila semua negara membentengi pasarnya dari impor dan memaksakan ekspornya kepada negara lain, maka perdagangan internasional akan sangat terbatas. Juga kebijakan kolonial membuat pasar-pasar potensial tetap miskin karena pasar-pasar tersebut hanya menerima sedikit uang bagi bahan bakumentah, namun dikenakan harga yang tinggi untuk barang jadi. Usaha untuk memupuk logam mulia melalui surplus ekspor tidak akan berhasil. Surplus ekspor yang harus dibayar dengan logam mulia menimbulkan kenaikan dalam jumlah uang yang beredar yang langsung akan mendorong ke arah naiknya harga barang-barang dan jasa.

B. Keunggulan Absolut

Ekonom Skotlandia Adam Smith, menempatkan keunggulan absolut pada urutan pertama dari empat teori perdagangan di tahun 1776. Kemampuan suatu negara untuk memproduksi dengan baik dan efisien dibanding negara lainnya disebut keunggulan absolut. Dengan kata lain, negara yang mempunyai keunggulan absolut dapat menghasilkan keluaran yang lebih baik dengan menggunakan sumberdaya yang lebih sedikit atau sama dibanding negara lain. Alasan Smith diantaranya adalah bahwa perdagangan internasional akan sangat terbatas dengan tarif dan kuota tetapi diperbolehkan agar ada aliran perdagangan. Suatu negara dapat berkonsentrasi pada pembuatan suatu barang yang punya keunggulan dari negara lain yang membutuhkannya tapi tidak memproduksinya. Teori ini tidak menilai suatu negara dengan berapa banyak emas dan perak yang dimiliki tetapi dinilai dari kehidupan standar kesejahteraan warganya. Kekuatan teori keunggulan absolut memperlihatkan keuntungan yang ada merupakan suatu masalah yang potensial.

C. Keunggulan Komparatif

Ekonom Inggris bernama David Ricardo membangun teori keunggulan komparatif pada tahun 1817. Suatu negara mempunyai keunggulan komparatif ketika negara tersebut tidak bisa memproduksi barang secara lebih efisien dari negara lain, tetapi dapat memproduksinya secara lebih efisien dibanding barang lain. Dengan kata lain, perdagangan tetap menguntungkan jika suatu negara tidak efisien dalam memproduksi dua barang, selama dapat memproduksi salah satu barang secara lebih efisien dari barang lain.

D. Teori Faktor ProporsiTeori Heckscher-Ohlin

Di awal tahun 1900, teori perdagangan lebih terfokus pada proporsi supply sumber daya suatu negara. Biaya-biaya sumberdaya sederhana untuk permintaan dan penyediaan. Faktor supply permintaan akan relatif lebih mahal dari faktor-faktor supply permintaan relatif. Teori faktor proporsi menyatakan suatu negara akan memproduksi dan mengekspor barang-barang yang memerlukan sumberdaya yang tersedia banyak dan mengimpor barang-barang yang memerlukan sumberdaya yang lebih sedikit ketersediaannya di suatu negara. Teori ini muncul dari penelitian dua ekonom Heckscher-Ohlin. Teori faktor proporsi berbeda dengan teori keunggulan komparatif menyatakan suatu negara akan berspesialisasi menghasilkan barang jika dapat memproduksinya secara lebih efisien dari barang lainnya. Selanjutnya fokus dari teori keunggulan absolut adalah pada produktifitas dari proses produksi beberapa barang. Sangat kontras, teori faktor proporsi menyatakan suatu negara akan berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor barang yang memerlukan faktor produksi yang banyak tersedia dan murah bukan barang-barang yang paling produktif. Teori faktor proporsi membagi sumberdaya suatu negara menjadi dua kategori, yaitu tenaga kerja dan lahan serta peralatan modal. Prediksinya suatu negara akan berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang yang memerlukan tenaga kerja jika biaya tenaga kerja relatif lebih murah dari biaya lahan dan peralatan modal. Alternatif lain suatu negara akan berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang yang memerlukan lahan dan peralatan modal jika biayanya lebih murah dari biaya tenaga kerja. Meskipun seruan konsep teori faktor proporsi tidak mendukung dengan studi terjadinya perdagangan internasional, yang pertama kali menemukan dan mengungkapnya melalui riset adalah Liontief pada awal 1950. Liontief mengemukakan bahwa Amerika dengan sumberdaya modalnya mengekspor barang yang membutuhkan sumber daya modal dan mengekspor barang-barang yang memerlukan intensif tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya penyimpangan antara prediksi teori faktor proporsi dengan yang terjadi pada perdagangan internasional dan dinamakan penyimpangan Liontief.

E. Internasional Product Life Cycle Teori Daur Hidup Produk