meaningfull dan berpengaruh nyata secara statistik statistically meaningfull.
Untuk itu digunakan tiga kriteria berikut: 1. Kriteria ”a priori” ekonomi
Kriteria ini ditentukan oleh prinsip-prinsip teori ekonomi. Jika nilai maupun tanda taksiran parameter tidak sesuai dengan kriteria ”a priori” maka taksiran-
taksiran ini harus di tolak, kecuali dengan alasan kuat untuk menyatakan bahwa kasus pada khusus ini prinsip-prinsip ekonomi tidak berlaku.
2. Kriteria statistik first order test Kriteria ini ditentukan oleh teori statistik, termasuk koefisien korelasi dan
standar deviasi atau kesalahan standar standard error dari taksiran. 5.
Kriteria ekonometrika Kriteria ini ditentukan oleh teori ekonometrika. Jika asumsi-asumsi teknik
ekonometrik yang diterapkan untuk menaksir parameter tidak terpenuhi, maka taksiran-taksiran tersebut dianggap tidak memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan.
4.4 Model Ekonometrika
Model adalah suatu penjelasan mengenai fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis Koutsoyiannis dalam Mamlukat, 2005, lebih
lanjut Labys, 1975 menjelaskan bahwa model suatu komoditi merupakan penjelasan formal dari suatu pasar domestik dan industri yang mencakup masalah
ekonomi, kebijakan dan kelembagaan. Adapun fungsi struktural dari model ekonometrika CPO dapat
diformulasikan sebagai berikut:
1. Luas Areal Kelapa Sawit
Harga CPO domestik dan luas areal kelapa sawit tahun sebelumnya berhubungan positif terhadap luas areal kelapa sawit Indonesia, sedangkan harga
karet domestik diduga berpengaruh negatif terhadap luas areal kelapa sawit. Produksi minyak sawit Indonesia bersumber dari perkebunan rakyat, negara dan
swasta. Produksi minyak sawit mempengaruhi luas areal produktif. Minyak sawit
memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan minyak goreng sehingga mendorong peningkatan harga CPO. Peningkatan harga CPO ini menjadi daya
tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya pada usaha perkebunan kelapa sawit dengan memperluas areal perkebunannya.
Berdasarkan uraian di atas, luas areal kelapa sawit merupakan fungsi dari harga CPO domestik, harga karet domestik, dan luas areal kelapa sawit tahun
sebelumnya. Fungsi luas areal kelapa sawit dapat dirumuskan sebagai berikut: LA
t
= a + a
1
HCPOt + a
2
HKt + a
3
LA
t-1
+ e
i
Dimana: LA
t
= Luas areal kelapa sawit tahun ke-t ha HCPO
t
= Harga CPO domestik tahun ke-t Rpkg HK
t
= Harga karet domestik tahun ke-t Rpkg LA
t-1
= Luas areal kelapa sawit tahun sebelumnya ha a
= Intersep a
i
= Parameter yang diduga i = 1,...,3 e
i
= Kesalahan pengganggu eror Parameter dugaan yang diharapkan adalah: a
1
, a
3
0 ; a
2
2. Produktivitas CPO
Harga ekspor CPO, harga CPO domestik, dan produktivitas tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap produktivitas CPO, sedangkan
harga pupuk berhubungan negatif terhadap produktivitas CPO. Meningkatnya harga ekspor CPO diduga meningkatkan produktivitas CPO. Hal ini disebabkan
oleh produsen cenderung akan mengekspor lebih banyak, sehingga produsen akan meningkatkan produktivitas CPO. Harga CPO domestik yang meningkat diduga
akan meningkatkan produktivitas CPO. Meningkatnya produktivitas CPO tahun sebelumnya maka akan meningkatkan produktivitas tahun berikutnya. Sedangkan
harga pupuk diduga berpengaruh negatif terhadap produktivitas CPO. Jika harga pupuk meningkat maka diduga produktivitas akan menurun. Meningkatnya harga
pupuk mengakibatkan penggunaan pupuk menjadi berkurang, sehingga produktivitas akan mengalami penurunan
Berdasarkan uraian di atas, produktivitas CPO Indonesia merupakan fungsi dari harga ekspor CPO, harga CPO domestik, harga riil pupuk domestik,
dan produktivitas CPO Indonesia tahun sebelumnya. Harga pupuk yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah pupuk yang sering digunakan
perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan, yaitu: urea, TSP dan KCl. Fungsi produktivitas CPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
YCPO
t
= b + b
1
HXCPO
t
+ b
2
HCPO
t
+ b
3
HPU
t
+ b
4
YCPO
t-1
+ e
i
Dimana: YCPO
t
= Produktivitas CPO tahun ke-t ton HXCPO
t
= Harga ekspor CPO tahun ke-t Rpkg HCPOt = Harga CPO domestik tahun ke-t Rpkg
HPU
t
= Harga pupuk tahun ke-t Rpkg YCPO
t-1
= Produktivitas CPO tahun sebelumnya ton b
= Intersep bi
= Parameter yang diduga i = 1,...,4 e
i
= Kesalahan pengganggu eror Parameter dugaan yang diharapkan adalah: b
1
, b
2
, b
4
0 ;b
3
3. Ekspor CPO
Diduga harga ekspor CPO, nilai tukar, produksi CPO dan ekspor CPO tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap ekspor CPO sedangkan
pajak ekspor CPO, dan harga bahan bakar minyak dunia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO. Jika harga ekspor CPO meningkat maka diduga jumlah
CPO yang akan diekspor meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga di pasar dunia dibandingkan dengan harga di dalam negeri. Jika nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika meningkat maka ekspor CPO akan meningkat. Jika produksi CPO meningkat maka produsen CPO akan mengekspor CPO. Ekspor
CPO tahun sebelumnya mempengaruhi jumlah CPO yang akan diekspor untuk tahun berikutnya. Jika harga bahan bakar minyak dunia meningkat maka ekspor
CPO akan menurun. Meningkatnya harga bahan bakar minyak dunia menyebabkan harga di dalam negeri meningkat lebih tinggi, sehingga volume
ekspor CPO menurun. Jika pajak ekspor yang dibebankan terhadap komoditi yang akan diekspor meningkat maka jumlah CPO yang akan diekspor akan berkurang.
Berdasarkan uraian di atas maka, ekspor CPO merupakan fungsi dari harga ekspor CPO, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, pajak ekspor CPO,
produksi CPO domestik, harga bahan bakar minyak dunia dan ekspor CPO
Indonesia tahun sebelumnya. Fungsi ekspor CPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
XCPO
t
= c + c
1
HXCPO
t
+ c
2
XR
t
+ c
3
PE
t
+ c
4
PCPO
t
+ c
5
HBB
t
+ c
6
XCPO
t-1
+ e
i
Dimana: XCPO
t
= Ekspor CPO tahun ke-t ton HXCPO
t
= Harga ekspor CPO domestik tahun ke-t Rpkg XR
t
= Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tahun ke-t RpUS
PE
t
= Pajak ekspor CPO tahun ke-t PCPO
t
= Produksi CPO domestik tahun ke-t ton XCPO
t-1
= Ekspor CPO Indonesia tahun sebelumnya ton HBB
= Harga bahan bakar minyak dunia USbarrel c
= Intersep
ci = Parameter yang diduga i = 1,...,6
e
i
= Kesalahan pengganggu eror Parameter dugaan yang diharapkan adalah: c
1,
c
2
, c
4
, c
6,
0; c
3
, c
5
4. Harga CPO Domestik
Pajak ekspor berpengaruh negatif terhadap harga CPO domestik, sedangkan jumlah ekspor CPO dan harga CPO tahun sebelumnya berpengaruh
positif terhadap harga CPO domestik tahun berikutnya. Jika pajak ekspor yang dibebankan terhadap CPO yang akan diekspor meningkat maka harga CPO di
dalam negeri akan menurun. Meningkatnya pajak ekspor yang diberlakukan untuk membatasi jumlah CPO yang diekspor. Jika ekspor CPO meningkat maka harga
CPO domestik meningkat. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya persediaan di dalam negeri dan diikuti dengan permintaan yang tinggi. Harga CPO tahun
sebelumnya berpengaruh harga CPO tahun berikutnya. Berdasarkan uraian di atas maka harga CPO domestik merupakan fungsi dari ekspor CPO, pajak ekspor dan
produksi CPO. Fungsi dari harga CPO domestik dapat dirumuskan sebagai berikut:
HCPO
t
= d + d
1
XCPO
t
+ d
2
PE
t
+ d
3
HCPO
t-1
+ e
i
Dimana: XCPO
t
= Ekspor CPO domestik tahun ke-t Rpkg PE
t
= Pajak ekspor CPO tahun ke-t HCPO
t-1
= Harga CPO tahun sebelumnya kg d
i
= Parameter yang diduga i = 0,…,3 e
i
= Kesalahan pengganggu eror Parameter dugaan yang diharapkan adalah: d
1
, d
3
0 ; d
2
5. Produksi CPO
Produksi CPO Indonesia dipengaruhi oleh luas areal kelapa sawit dan produktivitas CPO. Produksi CPO merupakan fungsi identitas. Fungsi identitas
untuk produksi CPO dapat dirumuskan sebagai berikut: PCPO
t
= LA
t
x YCPO
t
Dimana: PCPO
t
= Produksi CPO tahun ke-t ton LA
t
= Luas areal kelapa sawit Indonesia tahun ke-t Ha YCPO
t
= Produktivitas CPO tahun ke-t Tonha
Lag Luas Areal
Kela Harga
Pupuk
Lag Produktivita
Harga Kare
t
pa
Produktivita s
CPO Produk
si CPO
Luas Areal Kelapa Sawit
Keterangan: = Variabel Eksogen
= Variabel Endogen
Gambar 5. Model Ekonometrika Analisis Pengaruh Pajak Ekspor Terhadap Kinerja Industri Kelapa Sawit Indonesia
Harga Ekspor CPO
Nilai Tukar
Harga CPO
Harga BBM
Produks i CPO
Ekspor Pajak
Ekspo
Ekspor
CPO Harga CPO
Domestik
Lag Ekspor
Lag Harga
4.5 Identifikasi Model