Definisi Operasional METODE PENELITIAN

4.7.4 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah kondisi tidak terpenuhinya asumsi dasar metode pendugaan 2SLS, yaitu homoskedastisitas yang mensyaratkan bahwa penyebaran dari varian adalah sama. Uji homoskedastisitas menyatakan nilai-nilai variabel dependent bervariasi dalam satuan yang sama. Kasus dimana seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji White Heteroscedasticity Test, sebagai berikut: H : tidak ada heteroskedastisitas H 1 : ada heteroskedastisitas Tolak H jika obs R-square χ 2 atau probability obs R-square α

4.8 Definisi Operasional

Berbagai istilah digunakan dalam penulisan ini untuk memperoleh persamaan pengertian, maka diperlukan definisi yang jelas terhadap berbagai konsep. Secara ringkas definisi masing-masing konsep dinyatakan sebagian sebagai berikut di bawah ini: 1. Perusahaan perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usahabadan hukum yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan di atas lahan yang dikuasai, dengan tujuan ekonomikomersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam pemberian izin usaha perkebunan. Perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah BUMN disebut Perkebunan Besar Negara PBN dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh swasta disebut Perkebunan Besar Swasta PBS. 2. Perkebunan Rakyat PR adalah usaha budidaya tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rumah tangga dan tidak berbentuk badan usahabadan hukum. 3. Minyak sawit CPO merupakan hasil olahan dari buah segar kelapa sawit yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit. 4. Luas areal kelapa sawit CPO Indonesia merupakan luas seluruh areal produktif tanaman kelapa sawit di Indonesia dan dinyatakan dalam satuan hektar ha. 5. Produksi kelapa sawit CPO berupa produksi olahan yaitu produksi primer yang telah diolah menjadi suatu bentuk barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi, dalam hal ini minyak kelapa sawit CPO. Produksi kelapa sawit dinyatakan dalam ton. 6. Produktivitas minyak sawit CPO Indonesia merupakan perbandingan antara total produksi minyak sawit Indonesia dengan luas areal dan dinyatakan dalam satuan ton per hektar tonha. 7. Ekspor minyak kelapa sawit CPO Indonesia merupakan jumlah total ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasioanal dan dinyatakan dalam satuan ton. 8. Harga riil minyak kelapa sawit CPO domestik merupakan harga CPO dalam negeri yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. 9. Harga riil karet domestik merupakan harga karet dari kelompok perkebunan rakyat yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. 10. Harga riil ekspor minyak sawit CPO merupakan harga FOB minyak sawit Indonesia yang merupakan hasil bagi antara total nilai ekspor dengan volume ekspor dan dinyatakan dalam satuan dollar Amerika per ton USton. 11. Harga riil pupuk domestik merupakan harga pupuk domestik yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. 12. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika merupakan perbandingan dari perubahan mata uang Amerika terhadap mata uang Indonesia, dinyatakan dalam satuan rupiah per dollar Amerika RpUS. 13. Pajak ekspor merupakan pajak yang dikenakan setiap tahun terhadap produk ekspor tertentu. Produk-produk ekspor yang dikenakan kebanyakan adalah perkebunan, seperti kelapa sawit, kelapa dan lain-lain. Pajak ekspor dinyatakan dalam persen per tahun tahun. 14. Devaluasi merupakan penurunan nilai uang yang dilakukan dengan sengaja terhadap uang luar negeri atau terhadap emas.

V. GAMBARAN UMUM MINYAK KELAPA SAWIT CPO

5.1 Kebijakan Industri CPO Indonesia

Sebagai negara penghasil minyak sawit mentah crude palm oilCPO terbesar ke dua di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton dengan luas lahan kelapa sawit mencapai 5,9 juta hektar pada tahun 2006. Menurut Arifin 2007, kebijakan dan pengembangan industri hilir CPO Indonesia dianggap masih jalan di tempat. Selain itu, penguasaan research and development produk hilir turunan CPO masih lemah, serta perbedaan perlakuan terhadap bahan bakar minyak bersubsidi dengan biodisel tanpa subsidi, sehingga produsen cenderung mengekspor biodiesel karena tidak mampu bersaing secara keekonomian dengan BBM bersubsidi. Menurut Arifin, beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya meningkatkan produksi kelapa sawit, memberikan intensif fiskal bagi investor baru, kemudahan kredit dan keringanan bunga, melengkapi fasilitas pelabuhan, dan pembangunan sistem informasi kegiatan usaha perkelapasawitan dari hulu hingga hilir 18 . Menurut Direktur Budidaya Tanaman Tahunan, Sardjono 2007, mengatakan pengembangan industri hilir CPO hendaknya tetap memperhatikan kelangsungan industri hulunya. Masalah lainnya, Sardjono juga menyebutkan masalah transportasi, prasarana jalan, pelabuhan, masalah peraturan daerah, dan pungutan liar masih menjadi kendala. Namun demikian, sebagian peserta diskusi yang merupakan stakeholder dunia industri hilir CPO ini menyuarakan pajak ekspor PE untuk CPO hendaknya dapat ditekan, mengingat negara lain sudah 18 http:www.antara.co.id [5 Februari 2008]