Identifikasi Permasalahan Aspek Produksi dan Ekspor CPO

VI. ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA

INDUSTRI KELAPA SAWIT

6.1 Identifikasi Permasalahan Aspek Produksi dan Ekspor CPO

Indonesia Tingkat produksi Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup meningkat. Hal ini berdampak terhadap harga kelapa sawit dan produk olahannya yang mengalami peningkatan. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh bertambahnya luas lahan perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produktivitas tanaman sebagai hasil dari upaya peremajaan tanaman yang dilakukan. Masalah yang perlu diantisipasi adalah menurunnya produksi CPO. Masalah lain adalah melemahnya mekanisme harga pasar, sulitnya memberikan petunjuk teknik budidaya sehingga perkebunan tersebut dapat dikelola dengan baik terutama dalam penyediaan maupun pemakaian pupuk. Selain itu, masalah yang diduga akan sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit adalah peremajaan tanaman kelapa sawit agar lebih terencana dengan baik. Peningkatan porsi ekspor CPO secara tajam dan konsisten dalam lima tahun terakhir mencerminkan masih rendahnya penyerapan CPO di dalam negeri terkait dengan terbatasnya kapasitas industri hilir CPO. Industri minyak goreng yang menyerap sebagian besar pasokan CPO domestik hanya memiliki kapasitas sekitar 1,9 juta ton per tahun AIMMI, 2007 22 . Pengekangan ekspor melalui kebijakan peningkatan PE CPO bukan saja merupakan disinsentif bagi sebagian besar pelaku industri, namun dapat menurunkan penerimaan keuangan negara dan terhambatnya kegiatan investasi dan perdagangan internasional dalam industri sawit. 22 www.asosiasi minyak sawit.com [14 Maret 2007] Tantangan bagi pengembangan industri hilir minyak sawit lainnya adalah masih lemahnya dukungan lembaga penelitian termasuk pembangunan riset yang kuat secara nasional, serta kurangnya penggalian informasi untuk memperkokoh strategi pengembangan industri kelapa sawit baik dari hulu mapun ke hilir. Tantangan yang dihadapi pengembangan industri hilir juga terdapat pada kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah menyangkut kelapa sawit belum terorganisasi dengan baik dan belum mendorong ke arah pengembangan lebih jauh dari industri sawit yang kompetitif. Malaysia membebaskan pajak ekspor CPO ke Belanda, sementara Indonesia menerapkan pajak ekspor US 5.5 per ton CPO pada Desember 2005. Malaysia juga memiliki safety net fund untuk mengendalikan harga minyak goreng dalam negeri, sementara di Indonesia tidak ada. Efek lanjutan dari kebijakan larangan ekspor sawit pada tahun 1998 juga membuat ekspor kelapa sawit Indonesia belum sebaik Malaysia Media Indonesia, 2004. Beberapa peraturan pemerintah masih membebankan industri minyak sawit, maupun menghambat investasi di industri minyak sawit. Menurut Direktur Eksekutif KPPOD, dari 1.600 peraturan daerah Perda yang diteliti Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah KPPOD, sebanyak 500 atau 31 persen diusulkan untuk dicabut karena masih menghambat masuknya investasi di daerah dan menimbulkan ketidakpastian hukum.

6.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Kelapa Sawit