pada model bisnis. Dan nilai ini menjadi masukan yang penting dalam proses penciptaan kerjasama; 2 risiko sebuah kerjasama adalah risiko ketidakpastian
hasil. Oleh karenanya melalui kerjasama, risiko dapat dikonversi pada kedua belah pihak sehingga akan mengurangi risiko dari hubungan bisnis tersebut; dan
3 akan ditemukan nilai yang signifikan atas mitra yang mengerti aspek kunci dari model bisnis yang diinginkan perusahaan.
Menurut PricewaterhouseCoopers’s Transaction Service Group dalam DRN 2010 ada 6 enam langkah penting yang dapat diikuti oleh perusahaan
untuk meningkatkan peluang keberhasilan aliansi Gambar 7.
Gambar 7. Langkah Pengembangan Kemitraan Iptek
2.7. Penerapan Komersialisasi Hasil Invensi Saat Ini
Pemasaran merupakan kegiatan akhir dalam komersialisasi produk. Tanpa komersialisasi dan tim pemasar yang tangguh produk sebaik apapun dipastikan
tidak dapat mencapai sasaran konsumen yang tepat. Oleh karenanya, rencana komersialisasi dan strategi pemasaran yang baik juga perlu disusun, mulai dari
target konsumen yang dituju dilengkapi dengan perencanaan sumberdaya manusia, perencanaan fasilitas komersialisasi dan perencanaan fasilitas investasi dan
pembiayaan. Upaya penerapan hasil litbang, pemasaran hasil litbang yang didukung kebijakan ataupun peraturan yang mendorong litbang akan mendukung
berkembangnya komersialisasi hasil riset Hartiningsih, 2010. Permasalahan pemasaran invensi Badan Litbangtan, antara lain 1 kualitas
jumlah pegawai untuk bidang manajemen alih teknologi; legal aspek HKI, lisensi
dan kerjasama Public Private Partnership; marketing teknologi serta teknologi informasi belum memadai sehingga perlu dilakukan prioritas penempatan ataupun
outsourcing; 2 sarana, bahan, dana dan sistem promosi yang belum memadai; 3 invensi yang dihasilkan belum sepenuhnya berorientasi pasar dan belum matang,
sehingga terjadi ketidaksesuaian antara hasil penelitian dan permasalahannya sehingga perlu dilakukan pra-lisensi, round table meeting per klaster dengan
metode 4 empat Tepat Tepat WaktuMoment, Tepat Harga, Tepat Kualitas dan Tepat TargetCalon lisensor; 4 kesadaran akan manfaat HKI, lisensi dan Public
Private Partnership yang masih perlu ditingkatkan melalui sosialisasi; 5 Belum adanya kebijakan alih teknologi yang terpusat dan terkoordinasi, agar tidak terjadi
duplikasi tugas dan fungsi; 6 penyelesaian tata cara penerimaan dan penggunaan royalti hasil alih teknologi masih belum dapat dilakukan. Oleh karena tata cara
penggunaan royalti masih belum diatur; dan 7 belum adanya panduan umum penetapan harga jual teknologi valuasi invensi atau pricing technology dalam
rangka alih teknologi Balai PATP, 2010. Perangkat kebijakan yang mengatur komersialisasi telah disediakan melalui
berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Seperti UU No. 292000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU Nomor 142001 tentang Paten, UU
No. 152001 tentang Merek, UU Nomor 182002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PP
No. 202005 Pasal 16, UU No. 182002 tentang Kewajiban alih teknologi kekayaan intelektual hasil litbang oleh Lembaga Litbang. PP 232005 tentang
Badan Layanan Umum BLU dan PP 352007 tentang Pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk kegiatan perekayasaan, inovasi dan difusi
teknologi. Sedangkan kurang berkembangnya transfer teknologi di Indonesia juga dapat disebabkan oleh kurang berminatnya investor terhadap hasil litbang dari
negeri sendiri dan masih minimnya pengaturan tentang royalti bagi penelitiinventor sehingga dapat memperoleh penghasilan yang layak.
Berbeda keadaannya dengan di negara-negara seperti China, Korea, Jepang dan Taiwan di mana inventor telah diwajibkan memiliki saham pada perusahaan
yang telah menggunakan hasil inovasinya, sebaliknya di Indonesia inventor yang terikat pada sebuah lembaga pemerintah adalah pegawai negeri yang wajib
mendedikasikan seluruh waktu dan hasil karyanya pada negara dan belum diatur mengenai penghasilan yang dapat diperoleh dari paten invensiinovasi yang telah
komersial bahkan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan pemerintah Australia telah merancang suatu lembaga yang bekerja di bawah koordinasi Department of
Innovation, Industry, Science and Research DIISR dengan berbagai lembaga milik pemerintah negara bagian bahkan tingkat kota. Australia membangun
kelembagaan tersebut demi menunjang kerjasama yang harmonis antara pihak swasta dengan pihak intelektual. Termasuk didalamnya berkontribusi dalam
insentif inovasi, penanaman modal dan mitra pembina akademisi hingga aktivitas bisnis Hartiningsih, 2010.
2.8. Kerjasama Lisensi dalam Komersialisasi Hasil Invensi