Identifikasi CSF Pengembangan Strategi Komersialisasi Jagung Hibrida

jagung hibrida hasil invensi Badan Litbangtan melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

4.4.1. Identifikasi CSF Pengembangan Strategi Komersialisasi Jagung Hibrida

Identifikasi kunci sukses kritis critical success factor diperoleh dari jawaban narasumber atas kuesioner dan pernyataan selama wawancara mendalam pada inventor dan mitrainvestor jagung hibrida selaku narasumber, terhadap faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang merupakan kunci sukses kritis yang berdampak penting terhadap kesuksesankegagalan dalam melaksanakan komersialisasi di Badan Litbangtan. Identifikasi ini kemudian dikonfirmasikan pada pakar alih teknologi yang ada di BPATP.

4.4.1.1. Analisis faktor strategi internal

Analisis strategi internal meliputi kekuatan strengths = S dan kelemahan weaknesses = W. Hasil analisis terhadap kekuatan dan kelemahan sebagaimana disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Faktor strategi internal No Faktor Kunci Internal 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. Kekuatan Strengths SDM berpengalaman Lemlit pertanian yang kuat SaranaPrasarana memadai Hasil invensi dibutuhkan Kebijakan alih teknologi Kelemahan Weaknesses Pembiayaan pemerintah Hasil Invensi belum stabil di lapangan Sistem komersialisasi invensi Birokrasi kerjasama Royalti kekayaan intelektual Faktor internal kekuatan yang pertama adalah SDM yang berpengalaman. Faktor ini merupakan faktor yang menjadikan Badan Litbangtan berkompeten dalam menghasilkan benih jagung hibrida yang lebih baik lagi. Investasi Badan Litbangtan untuk peningkatan SDM dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan gelar dan non gelar baik di dalam dan luar negeri. Faktor kekuatan kedua adalah Lembaga Penelitian lemlit pertanian yang kuat. Sampai saat ini lembaga penelitian pemerintah yang khusus menunjang pembangunan pertanian adalah Badan Litbangtan. Kerjasama Badan Litbangtan dengan lembaga penelitian jagung internasional juga tetap dilaksanakan dalam rangka pengembangan potensi jagung lokal. Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, Makassar telah melaksanakan kerjasama dengan CIMMYT Centro Internacional de Mejoramiento de Maiz y Trigo atau International Maize and Wheat Improvement Center yang berpusat di Meksiko. Faktor kekuatan ketiga adalah saranaprasarana. Badan Litbangtan dalam dalam melaksanakan komersialisasi didukung oleh adanya undang-undang dan peraturan pemerintah melalui fasilitasi lembaga pengelola alih teknologi yaitu Balai Pengelola Alih Teknologi BPATP yang terus berupaya melengkapi pedoman, petunjuk teknis dalam pelaksanaan komersialisasi termasuk berupaya mensosialisasikan aturan-aturan mengenai KI, paten, Perlindungan Varietas Tanaman PVT dan royalti. Faktor kekuatan keempat adalah hasil invensi yang dibutuhkan. Sampai saat ini sudah dilepas 11 varietas jagung hibrida yang dihasilkan oleh peneliti jagung hibrida Badan Litbangtan dari Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, Makassar. Dan hasil invensi jagung hibrida tersebut akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan tuntutan akan kebutuhan jagung nasional. Faktor kekuatan kelima adalah kebijakan alih teknologi, dengan dukungan UU No. 182002 dan PP No. 202005 maka pelaksanaan alih teknologi dengan mekanisme komersialisasi melalui industriinvestor dapat terus berkembang. Faktor kelemahan pertama bagi Badan Litbangtan dalam hal pembiayaan pemerintah. Sifat penelitian yang dibiayai pemerintah adalah penelitian yang memiliki keterbatasan dana dan waktu pelaksanaan penelitiannya juga disesuaikan dalam jangka waktu anggaran pemerintah, bisa dilaksanakan hanya setahun atau dapat berlanjut pada tahun penganggaran berikutnya melalui mekanisme DIPA. Faktor kelemahan kedua adalah hasil invensi yang belum stabil di lapangan. Sebagaimana aturan Permentan 612011 bahwa untuk pengujian kestabilan sebuah varietas sebelum dilepas ke masyarakat luas harus melalui pengujian uji multilokasi di 16 lokasi yang berbeda dan di lakukan pada 2 dua musim yang berbeda. Oleh karenanya, kestabilan varietas jagung hibrida hasil invensi masih harus diuji pada skala yang lebih besar lagi. Faktor kelemahan ketiga adalah sistem komersialisasi invensi. Sistem ini masih merupakan kelemahan dan masih terus akan diperbaiki. Oleh karena upaya komersialisasi ini baru dimulai pada tahun 2007 maka upaya-upaya penyempurnaan aturan-aturan komersialisasi masih harus terus dilakukan oleh Badan Litbangtan melalui peran aktif BPATP. Faktor kelemahan keempat adalah birokrasi kerjasama. Birokrasi kerjasama ini terkait dengan proses panjang yang harus dilalui oleh pihak mitrainvestor dengan aturan yang mengikat pada masing-masing pihak termasuk guna melindungi institusi yang terlibat, inventor dan investornya. Faktor kelemahan kelima adalah royalti kekayaan intelektual. Kejelasan aturan untuk pembebanan royalti bagi pihak mitrainvestor juga masih belum ditentukan secara jelas dengan Peraturan Pemerintah. Oleh karenanya peraturan- peraturan ini perlu diikuti perkembangannya dan tentunya perlu juga disosialisasikan, sehingga baik inventor sebagai pemilik lisensi atau paten maupun mitrainvestor sebagai pihak yang menjadi pelisensor dapat berlaku sesuai dengan aturannya dalam melaksanakan komersialisasi invensi tersebut. Keseluruhan faktor kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel 19.

4.4.1.2. Analisis faktor strategi eksternal

Analisis faktor strategi eksternal meliputi peluang opportunities = O dan ancaman threats = T yang keduanya perlu diketahui untuk formulasi pengembangan strategi komersialisasi jagung hibrida hasil invensi. Keseluruhan faktor kunci internal yang diperoleh dari narasumber inventor dan investor dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Faktor strategi eksternal No Faktor Kunci Eksternal 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. Peluang Opportunities Potensi pasar Pasar Kebijakan alih teknologi Ancaman Threats Persaingan Hasil Invensi Risiko Birokrasi kerjasama Royalti kekayaan intelektual Faktor eksternal peluang O utama yang mendukung pengembangan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi, antara lain : pertama, potensi pasar. Potensi pasar benih jagung hibrida masih tinggi, terutama untuk mendukung peningkatan produktivitas jagung nasional. Sesuai dengan roadmap Kementerian Pertanian, untuk komoditas jagung, pemerintah menargetkan produksi 22 juta ton pada 2011. Berikutnya 24 juta ton 2012, 2,25 juta ton 2013, dan 2,7 juta ton 2014. Target produksi ini masih memanfaatkan impor benih jagung yang hingga 7 bulan terakhir hingga Juli 2011 telah mencapai nilai transaksi 5,23 juta dollar AS dengan jumlah benih impor jagung pada periode tersebut mencapai 3.800 ton Republika, 2011. Faktor peluang kedua, pasar. Pasar benih jagung hibrida masih perlu diisi dengan benih lokal yang sudah teradaptasi dengan lingkungan. Pasar masih membutuhkan benih jagung lokal yang murah dan mudah diperoleh. Saat ini harga benih jagung hibrida dapat mencapai Rp 35.000 – Rp 40.000 per kg. Tingginya harga disebabkan oleh kelangkaan benih jagung Republika, 2011. Oleh karenanya, guna memudahkan dalam memperoleh benih jagung hibrida yang berkualitas maka benih jagung hibrida hasil invensi Badan Litbangtan dapat mengisi kebutuhan benih jagung masyarakat sehingga tidak terjadi lagi kelangkaan benih jagung hibrida. Faktor peluang ketiga yaitu kebijakan alih teknologi. Kebijakan untuk pelaksanaan alih teknologi dilaksanakan dalam rangka melaksanakan UU No. 18 Tahun 2002 dan PP No. 20 Tahun 2005 telah resmi dilaksanakan oleh Badan Litbangtan melalui pendirian BPATP di tahun 2007. Alih teknologi yang dilakukan kepada investor dilakukan melalui kerjasama lisensi. Kerjasama lisensi merupakan salah satu mekanisme kerjasama dalam rangka alih teknologi. Faktor eksternal yang menjadi ancaman Threats = T yaitu persaingan pasar, hasil invensi yang belum stabil, risiko, birokrasi kerjasama dan royalti kekayaan intelektual Tabel 20. Faktor eksternal ancaman yang pertama adalah persaingan. Produk pesaing benih jagung hibrida hasil invensi antara lain, yaitu benih jagung komposit dan benih jagung import. Ancaman juga berasal dari produsen penghasil benih jagung hibrida lainnya yang kuat sistem perdagangannya di kalangan petani seperti PT. BISI International, PT. DuPont Indonesia, PT. Syngenta Seed Indonesia. Ketiga perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang kuat permodalannya karena merupakan PMA Perusahaan Modal Asing dan kuat bidang riset dan pengembangannya. Faktor ancaman yang kedua adalah hasil invensi yang belum stabil. Sebuah hasil invensi jagung hibrida memerlukan beberapa tahapan sebelum dilaksanakan pelepasan varietas. Tahapan-tahapan tersebut, antara lain 1 inventarisasi tanaman, uji adaptasi dan observasi; 2 identifikasi morfologi, sitologi, genetik analisis DNA; 3 analisis usaha tani tanaman; 4 penentuan pohon induk tunggal PIT; 5 pengajuan proposal usulan pelepasan varietas kepada Menteri Pertanian melalui BBN Badan Benih Nasional cq. Tim Penilaian dan Pelepasan Varietas TP2V di Direktorat Perbenihan dan Sarana Hortikultura; 6 penilaian melalui sidang TP2V; dan 7 pelepasan varietas unggul melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian. Uji multilokasi atau uji adaptasi merupakan syarat akhir sebelum sebuah varietas bisa dilepaskan untuk dimanfaatkan. Uji multilokasi mempersyaratkan 16 lokasi yang berbeda di 2 musim yang berbeda Badan Litbangtan, 2011. Selain daripada itu sebuah invensi dibidang pertanian memerlukan tahapan yang lebih panjang didalam komersialisasi spin off sehingga produk invensi tersebut akhirnya dapat dimassalisasi. Faktor ancaman yang ketiga, risiko. Risiko ini mencakup kegagalan, termasuk didalamnya adanya gangguan iklim dan kemungkinan ketidak berhasilan dalam rangkaian uji adaptasi. Faktor ancaman yang keempat, birokrasi kerjasama. Birokrasi kerjasama ini dimaksudkan pada peraturan-peraturan yang mengikat bagi pihak investor sebelum akhirnya dapat melisensi sebuah invensi. Tahapan seleksi dan evaluasi selama investor terlibat dalam sebuah kerjasama lisensi harus terus dilakukan oleh karena kegiatan kerjasama lisensi ini juga merupakan obyek pemeriksaan bagi BPK Badan Pemeriksa Keuangan dan menunjukkan performa kinerja BPATP sebagai unit pelayanan yang langsung berhubungan dengan mitrainvestor. Faktor ancaman kelima, yaitu royalti kekayaan intelektual. Mekanisme pembayaran royalti sampai saat ini masih dalam tahap penyesuaian, oleh karena aturan yang belum lengkap dari Kementerian Keuangan dan tentunya dalam perkembangannya memerlukan waktu untuk mensosialisasikannya.

4.4.2. Prioritas Strategi Pengembangan Jagung Hibrida Hasil Invensi