Kerjasama Lisensi dan Alih Teknologi

litbangyasa iptek. Ada beberapa pengertian tentang aliansi strategis yang ditemukan dalam berbagai literatur. Teece 1992 diantaranya mendefinisikan aliansi strategik sebagai suatu rantai perjanjian antara dua atau lebih mitra dalam berbagi komitmen untuk mencapai tujuan dengan menggabungkan sumber daya dan mengkoordinasikan kegiatan secara bersama. Dalam konsep aliansi strategis, terdapat 2 dua tipe aliansi strategik, yaitu 1 Alih teknologi yang dilakukan dengan perjanjian pengalihan lisensi dari satu institusi ke institusi lainnya; dan 2 Pengembangan teknologi dalam rangka pengembangan fasilitas litbang bersama dan pengembangan aktifitas lanjutan untuk pengembangan pada produk, produksi, distribusi dan penjualan. Dari perspektif legal, dalam pengembangan kemitraan iptek yang saling menguntungkan perlu diketahui pola aliansi strategis, terutama menyangkut 1 sifat hubungan yang terjadi dan dikehendaki bersama; 2 batasan hubungan antarpihak; dan 3 hak berpartisipasi setiap pihak DRN, 2010.

2.6. Kerjasama Lisensi dan Alih Teknologi

Kerjasama lisensi adalah kerjasama yang dilakukan dengan perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi adalah perjanjian pengalihan pengelolaan dan pendayagunaan invensi dari pemilik invensi inventor kepada pengguna invensi industriinvestor. Invensi adalah hasil gagasan, ide, dan konsep yang sudah berupa proses, model, prototipe ataupun menurut karakteristik invensi Badan Litbangtan yaitu berupa varietas, prototipe, formula, proses dan produk. Invensi teknologi hasil litbang yang dibiayai pemerintah wajib diinovasikan dalam rangka pengembangan, baik secara komersial maupun non komersial kepada pihak lain. Komersialisasi invensi hasil litbang pertanian dalam rangka inovasi teknologi dilaksanakan dengan memberikan hak “lisensi” kepada pihak lain untuk melaksanakan produksi massal yang dilandasi dengan kerjasama lisensi Gambar 5. Kerjasama lisensi baru dapat dilakukan setelah hasil invensi teknologi hasil litbang tersebut mendapatkan perlindungan HKI hak kekayaan intelektual maupun PVT perlindungan varietas tanaman Badan Litbangtan, 2010. Kerjasama lisensi komersial umumnya diarahkan untuk industri dengan modal kuat, sehingga nilai komersial invensi teknologi tersebut juga harus tinggi dengan nilai 0 royalti 10 atau bila dimungkinkan 10, dari keuntungan bersih hasil pengembangan, tergantung pada kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama lisensi non komersial dilaksanakan memiliki nilai royalti 0, artinya bahwa telah ada pengakuan HKI atas invensi yang dilisensikan kepada pihak lain. Royalti adalah kompensasi bernilai ekonomis dalam rangka alih teknologi yang diberikan oleh penerima alih teknologi kepada pemilik invensi Badan Litbangtan, 2010. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pasal 16 menyebutkan bahwa perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektualnya dan berhak menggunakan pendapatan yang diperolehnya untuk mengembangan diri. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih teknologi, Kekayaan Intelektual serta hasil penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang, disebutkan pada pasal 20 bahwa mekanisme alih teknologi dilaksanakan melalui lisensi, kerjasama, pelayanan iptek dan publikasi. Selanjutnya pada pasal 38 disebutkan bahwa pendapatan dari hasil alih teknologi dapat digunakan langsung untuk meningkatkan anggaran UKUPT, memberi insentif kepada inventor, memperkuat unit pengelola alih teknologi, memperkuat sumber daya iptek, dan memperluas jaringan kerjasama iptek. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan atau orang, baik yang berada dalam lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri atau sebaliknya. Strategi kerjasama cooperative strategy sebagaimana digambarkan oleh Wheelen dan Hunger 2004 dapat dilihat bahwa tujuan untuk melaksanakan aliansi strategik diantaranya yaitu 1 mendapatkan teknologi; 2 dapat mengakses pasar; 3 dapat mengurangi risiko keuangan; 4 mengurangi risiko politis; dan 5 mencapai daya saing tertentu Gambar 6. Gambar 6. Strategi Kerjasama Wheelen dan Hunger, 2004 Jenis aliansi strategik pada tingkat bisnis dibagi kedalam 4 empat jenis, yaitu 1 aliansi komplementer: dimana kemitraan dibangun untuk saling melengkapi antar perusahaan yang membuat masing-masing lebih kompetitif mencakup distribusi, pemasok atau aliansi outsourcing; 2 aliansi untuk mengurangi persaingan: dimana kemitraan dibangun untuk menghindari persaingan dengan menggunakan kolusi diam-diam seperti penetapan harga; 3 aliansi untuk merespon persaingan: dimana perusahaan menggabungkan kekuatan untuk merespon tindakan strategik pesaing lainnya; dan 4 aliansi untuk mengurangi ketidakpastian dimana aliansi digunakan untuk melindungi risiko dari ketidakpastian. Mendorong kepercayaan investor untuk mau bekerjasama dalam melakukan pemasaran produk hasil invensi pada dasarnya menjadi masalah utama bagi lembaga penelitian lainnya. Sebagian investor di Indonesia beranggapan bahwa litbang membutuhkan investasi relatif besar dan risiko tinggi, berbeda dengan negara-negara maju, di mana alokasi dana litbang mendapat perhatian besar. Hubungan kerjasama dalam penelitian banyak dilakukan dalam proses inovasi. Hubungan kerjasama ini dilakukan untuk dapat mengakses sumber- sumber teknologi atau aset lain dan mengintegrasikannya kedalam produk atau jasa suatu perusahaan Hummel, et al, 2010. Hummel, et al 2010 menyebutkan 3 tiga temuan yang menarik yang melatarbelakangi timbulnya kerjasama dalam penelitian, yaitu 1 nilai sebuah kerjasama diidentifikasi dari mitra yang potensial Strategic Alliance Access to markets Achieve competitive advantage Obtain technology Reduce financial risk Reduce political risk pada model bisnis. Dan nilai ini menjadi masukan yang penting dalam proses penciptaan kerjasama; 2 risiko sebuah kerjasama adalah risiko ketidakpastian hasil. Oleh karenanya melalui kerjasama, risiko dapat dikonversi pada kedua belah pihak sehingga akan mengurangi risiko dari hubungan bisnis tersebut; dan 3 akan ditemukan nilai yang signifikan atas mitra yang mengerti aspek kunci dari model bisnis yang diinginkan perusahaan. Menurut PricewaterhouseCoopers’s Transaction Service Group dalam DRN 2010 ada 6 enam langkah penting yang dapat diikuti oleh perusahaan untuk meningkatkan peluang keberhasilan aliansi Gambar 7. Gambar 7. Langkah Pengembangan Kemitraan Iptek

2.7. Penerapan Komersialisasi Hasil Invensi Saat Ini