Analisis Masalah Pengumpulan Data

Mitrainvestor jagung hibrida ini umumnya baru sekitar 3 tiga tahun melaksanakan kerjasama lisensi dan secara keseluruhan ketiga mitrainvestor merupakan perusahaan perdagangan di bidang pertanian. Sedangkan narasumber inventor keseluruhannya adalah pemulia jagung yang bertugas di Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, Makassar dengan latar belakang pendidikan S1, S2 dan S3.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui 2 dua cara, yaitu : a. Data primer : diperoleh dari jawaban kuesioner Lampiran 1 dan 2 atas permasalahan dan kebutuhan strategi komersialisasi jagung hibrida hasil invensi dan hasil wawancara, serta diskusi kepada inventor dan pihak mitrainvestor yang telah menjadi pelisensor jagung hibrida hasil invensi. Hasil interview fokus pada masalah, kebutuhan dan keputusan yang tepat terkait dengan pendapat narasumber, baik mitrainvestor dan inventor serta pakar alih teknologi mengenai mekanisme kerjasama yang dibutuhkan. b. Data sekunder : diperoleh melalui studi kepustakaan pada disertasi, tesis dan jurnal ilmiah ataupun populer terkait upaya komersialisasi melalui kerjasama ataupun kemitraan iptek ataupun pemberian hak lisensi pada produk hasil invensi di bidang pertanian, khususnya pengembangan varietas. Data sekunder lainnya yaitu data-data penunjang yang diperoleh secara tidak langsung seperti riwayat kerjasama dan catatan proses partnership komersialisasi. Untuk mengetahui permasalahan, kebutuhan dan keputusan yang diperlukan baik bagi inventorpeneliti jagung hibrida maupun mitrainvestor sebagai pelisensor dilakukan 3 tiga analisis pendahuluan, yaitu analisis masalah, analisis kebutuhan dan analisis keputusan.

3.4.1. Analisis Masalah

Tahapan analisis ini adalah analisis awal yang dilakukan guna mengidentifikasi masalah, termasuk kelemahan dan kekurangan sistem kerjasama yang telah terlaksana yaitu melalui pemberian hak lisensi terhadap mitrainvestor selaku mitra kerjasama dan inventor selaku pemilik lisensi. Hasil analisis masalah yang ada pada mitrainvestor dan inventor, kemudian disusun menjadi suatu rumusan kebutuhan mekanisme kerjasama. Pernyataan kebutuhan yang diperlukan menjadi masukan bagi pengembangan strategi komersialisasi. Jumlah narasumber dari mitrainvestor selaku pelisensor yang masih melanjutkan lisensi adalah 3 tiga perusahaan dan 9 sembilan penelitiinventor jagung hibrida kemudian didata masalah sistem komersialisasinya. Dari kedua belah pihak mitrainvestor dan inventor yang “Tidak Puas” dengan strategi yang ada saat ini, maka dapat disimpulkan dibutuhkan suatu pengembangan strategi komersialisasi yang dapat lebih meningkatkan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi agar dapat lebih banyak lagi dilisensikan kepada mitrainvestor. Penilaian atas identifikasi mekanisme kerjasama tersebut dibagi atas : a Sangat penting very important dengan skor 5; b Penting important dengan skor 4; c Ragu-ragu average dengan skor 3; d Kurang penting not that important dengan skor 2; e Tidak penting not important dengan nilai 1. Adapun faktor yang akan menjadi kriteria penentu dalam strategi komersialisasi akan menjadi pertanyaan dalam kuesioner Tabel 8. Tabel 8. Daftar faktor yang akan dinilai dalam kuesioner Faktor Sumber Daya Manusia SDM Profil Investor Profil Inventor Profil Pelaksana Alih Teknologi SaranaPrasarana Sistem Komersialisasi Kebijakan Alih Teknologi Valuasi Invensi Pricing Technology Tata cara Royalti TeknologiHasil Invensi Kedudukanposisi invensi pada daur teknologi Kebaruan dan langkah inventif Tahap pengembangan teknologi Kemudahan pengembangan produksi Daya saing produk

3.4.2. Analisis Kebutuhan