Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah diklin dalam satu tanaman monoecious. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga inflorescence. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini daripada bunga betinanya protandri James, 1995.
2.2. Benih Jagung Hibrida
Benih jagung dapat diperoleh dengan 3 tiga cara, yaitu 1 komposit varietas bersari bebas; 2 hibrida persilangan; dan 3 transgenik. Di negara
berkembang seperti Indonesia penggunaan benih jagung unggul masih didominasi oleh varietas bersari bebas atau jagung komposit. Jagung komposit lebih mudah
ditanam di beberapa lingkungan dan pengembangannya sederhana, benih jagung komposit juga dapat secara cepat diperbanyak oleh petani atau kelompok tani,
sehingga memungkinkan menyebar dan dapat mengurangi ketergantungan petani kepada pihak lain, karena dapat menyimpan benih sendiri, sehingga biaya
produksi lebih murah. Selain itu, petani masih menggunakan varietas unggul jagung komposit, antara lain oleh karena daya adaptasinya yang luas, dapat
dikembangkan pada lahan marjinal maupun lahan subur, harga benihnya relatif murah, benihnya juga dapat digunakan beberapa generasi tanpa mengalami
degenerasi kemunduran hasil, umur genjah dan daya hasil cukup tinggi Pangaribuan, 2010.
Suwarno 2008 menjelaskan bahwa jagung jenis hibrida diperoleh dari generasi F
1
hasil persilangan dua atau lebih galur murni dan memiliki perbedaan keragaman antar varietas, tergantung dari tipe hibridisasi dan stabilitas galur
murni. Komersialisasi jagung hibrida sudah dimulai sejak tahun 1930, namun penanaman jagung hibrida secara luas ekstensif di Asia baru dimulai pada tahun
1950-1960. Di sebagian besar negara berkembang, 61 dari lahan pertanaman jagung masih ditanami varietas bersari bebas. Hal ini dimungkinkan karena
varietas bersari bebas lebih mampu beradaptasi pada kondisi lahan marjinal. Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari
varietas jagung bersari bebas. Secara umum, varietas hibrida lebih seragam dan mampu berproduksi lebih tinggi 15 - 20 dari varietas bersari bebas. Selain
itu, varietas hibrida menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan varietas bersari bebas Suwarno, 2008. Tiga tipe hibrida sudah digunakan secara
komersial, yaitu hibrida silang tunggal single cross hybrid, hibrida silang ganda double cross hybrid, dan hibrida silang tiga three-way cross hybrid Sprague
dan Dudley dalam Suwarno, 2008. Benih jagung hibrida varietas Bima 2 Bantimurung, varietas Bima 3,
varietas Bima 4, varietas Bima 5 dan varietas Bima 6 keseluruhannya 5 varietas yang telah dilisensi adalah jenis benih hibrida silang tunggal. Hibrida silang
tunggal adalah hibrida dari persilangan antara 2 dua galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Galur-galur murni yang digunakan dalam silang
tunggal diasumsikan telah homozigot. Oleh karena itu, tanaman hibrida silang tunggal bersifat heterozigot. Tidak semua kombinasi galur murni akan
menghasilkan silang tunggal yang superior. Pada kenyataannya, agak jarang kombinasi galur murni yang menghasilkan silang tunggal dengan hasil yang
superior. Kombinasi galur murni harus diuji daya gabungnya untuk menemukan kombinasi mana yang akan berguna untuk produksi benih hibrida Poehlman
dalam Suwarno, 2008. Sejumlah varietas jagung hibrida yang telah dirilis oleh Badan Litbangtan di
tahun 2011, 2 dua varietas tergolong berumur genjah umur ≤ 90 hari yaitu
varietas Bima 7 dan Bima 8. Jagung umur genjah merupakan salah satu program strategis Badan Litbangtan untuk menghadapi perubahan iklim global. Hal ini
penting karena pertanaman jagung di Indonesia sekitar 79 terdapat di lahan tegal dan 10 di lahan sawah tadah hujan yang memerlukan varietas umur genjah 90
hari toleran kekeringan Sinartani, 2011.
2.3. Produksi dan Kebutuhan Benih Jagung Nasional