dikumpulkan dari peta-peta tematik penggunaan lahan pada tempat tertentu. Kunjungan lapangan dilakukan pada objek-objek yang tidak dikenali identitasnya
dengan bantuan alat penunjuk posisi GPS. Pengkelasan penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dibagi
menjadi enam kelas yaitu: hutan, perkebunan, semakbelukar, tanah terbuka, pemukimanan, dan badan air. Data citra setiap tahun perek aman ak an d iuraikan
menjad i nilai d ijital yang akan d iband ingk an perubahannya secara temporal. Tampilan SIG dengan perangkat lunak Arcview versi 3.2 akan digunakan
untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisis, dan menyajikan kembali semua bentuk informasi tersebut Prahasta, 2002. Diagram alir pengolahan data
penginderaan jauh untuk produksi informasi spasial liputan lahan disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir pengolahan data penginderaan jauh untuk produksi informasi spasial liputan lahan
3.3.3 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan dilakukan untuk menentukan luas kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
01 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota.
Bentuk RTH yang akan dibangun di sebuah kota harus memperhatikan tujuan pembangunan dan aspek biogeografis kota. Pada penelitian ini bentuk RTH
yang akan di bangun di Kota Sintang adalah RTH Hutan Kota, karena tujuan dari pembangunan hutan kota tersebut sebagai pengaman untuk mengkonservasi air
atau daerah tangkapan hujan sehingga ketersediaan air Kota Sintang dapat terjaga.
3.3.3.1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Di dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007 yang dimaksud Ruang Terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk
areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Sedangkan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Dimana Kawasan Perkotaan disini adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Tujuan penataan RTHKP adalah menjaga keserasian dan keseimbangan
ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan
perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Fungsi RTHKP adalah pengamanan keberadaan kawasan lindung
perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; tempat
perlindungan plasma
nuftah dan
keanekaragaman hayati;
pengendali tata air; dan sarana estetika kota.
Bentuk RTHKP seperti yang diatur pada BAB III tentang Pembentukan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan pada Pasal 5 dan Pasal 6.
Pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa pembentukan RTHKP disesuaikan dengan bentang alam berdasarkan aspek biogeografis dan struktur ruang kota dan estetika.
Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa pembentukan RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencerminkan karakter alam danatau budaya setempat yang
bernilai ekologis, historik, panorama yang khas dengan tingkat penerapan teknologi. Jenis-jenis RTHKP disebutkan pada Pasal 6 diantaranya hutan kota.
Standar kebutuhan di kawasan perkotaan diatur pada pasal 9 ayat 1, yaitu luas ideal Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan minimal 20 dari luas kawasan
perkotaan.
3.3.3.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang
Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota merupakan bagian dari penataan ruang. Hal ini terlihat dari adanya aturan Undang-undang penataan ruang yang mengatur
tentang RTH ini. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 yang dimaksud Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan N usantara dan Ketahanan Nasional dengan: terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tersebut, rencana penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau merupakan bagian dari perencanaan tata ruang wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota diatur pada Pasal 29
Ayat 1, proporsi ruang terbuka hijau paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.