3.3.3.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002
tentang Hutan Kota
Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Lahan-
lahan bertumbuhan banyak dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan, kawasan permukiman, kawasan industri, jaringan transportasi jalan, jembatan,
terminal serta sarana dan prasarana kota lainnya. Pembangunan kota pada masa lalu sampai sekarang cenderung untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan
menghilangkan wajah alam. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan secara ekologi,
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. PP yang ditetapkan tanggal 12 November 2002 ini dimaksudkan sebagai
pedoman dan arahan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Hutan Kota, serta untuk memberikan kepastian hukum tentang
keberadaan hutan kota.. Adapun penyelenggaraan hutan kota dimaksudkan untuk kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi
unsur lingkungan, sosial dan budaya. Sesuai tujuannya penyelenggaraan hutan kota lebih ditekankan kepada
fungsinya, yaitu untuk memberbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota,
serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Untuk itu di dalam setiap wilayah perkotaan ditetapkan kawasan tertentu dalam rangka penyelenggaraan
hutan kota. Di dalam PP No. 63 Tahun 2002 disebutkan bahwa alokasi hutan kota
merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau RTH Wilayah Perkotaan. Yang dimaksud dengan Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota yang diatur dalam PP RI No. 63
Tahun 2002 pasal 8 ayat 1 dapat berdasarkan pada luas wilayah dan jumlah penduduk dengan persentase luas hutan kota paling sedikit 10 dari wilayah
perkotaan. Pembangunan
hutan kota
dilaksanakan oleh
Pemerintah
KabupatenKota. Rencana pembangunan hutan kota merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan, dan disusun berdasarkan kajian dari
aspek teknis, ekologis, ekonomis, sosial, dan budaya setempat. Biaya penyelenggaraan hutan kota berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau sumber dana lainnya yang sah, ketentuan ini diatur dalam pasal 36.
Tabel 2. Kebutuhan luas RTH Hutan Kota berdasarkan peraturan dan undang-undang
No Kebijakan
Pasal dan Ayat
Luas
1 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 01 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Pasal 9 ayat 1
Luas ideal ruang terbuka hijau kawasan perkotaan
minimal 20 dari luas kawasan perkotaan
2 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 29 ayat 2 dan
ayat 3 -
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas
wilayah kota
- Proporsi ruang terbuka
hijau publik pada wilayah kota paling
sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah
kota
3 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota
Pasal 8 ayat 2 dan
ayat 3 -
Luas hutan kota dalam satu hamparan yang
kompak paling sedikit 0,25 hektar
- Persentase luas hutan
kota paling sedikit 10 dari wilayah perkotaan
dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat