Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002

KabupatenKota. Rencana pembangunan hutan kota merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan, dan disusun berdasarkan kajian dari aspek teknis, ekologis, ekonomis, sosial, dan budaya setempat. Biaya penyelenggaraan hutan kota berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber dana lainnya yang sah, ketentuan ini diatur dalam pasal 36. Tabel 2. Kebutuhan luas RTH Hutan Kota berdasarkan peraturan dan undang-undang No Kebijakan Pasal dan Ayat Luas 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Pasal 9 ayat 1 Luas ideal ruang terbuka hijau kawasan perkotaan minimal 20 dari luas kawasan perkotaan 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 dan ayat 3 - Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota - Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah kota 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 - Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar - Persentase luas hutan kota paling sedikit 10 dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat

3.3.4 Analisis Kebutuhan Hutan Kota berdasarkan Kebutuhan Air

Luas hutan kota yang dibangun untuk menjaga ketersedia air dihitung berdasarkan beberapa parameter meliputi jumlah penduduk, konsumsi air per kapita, laju peningkatan pemakaian air, faktor pengendali besarannya tergantung kepada usaha pemerintah dalam menekan laju pertambahan penduduk, kapasitas suplai air oleh PDAM Kota Sintang, potensi air tanah Kota Sintang, dan kemampuan hutan kota dalam menyimpan air. Data konsumsi air bersih diperoleh dari hasil kuisioner. Responden kuisioner tersebut dibagi menjadi tiga yaitu: perumahan mewah, perumahan sedang dan perumahan sederhana. Hasilnya akan dirata-ratakan sehingga diperoleh data konsumsi air bersih masyarakat Kota Sintang. Sedangkan kapasitas produksi PDAM dihitung dari total ketiga instalasi pnegelolaan air pada masing- masing BWK. Kapasitas produksi PDAM Kota Sintang adalah 2.045.510 m 3 tahun. Potensi air tanah pada Kota Sintang mengacu kepada hasil pengukuran yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa potensi air tanah di Kota Sintang adalah 4.279.288 m 3 tahun. Rumus penghitungan luas kebutuhan hutan kota yang harus dibangun di Kota Sintang adalah sebagai berikut ini Sutisna et al., 1987 dalam Dahlan, 2004. = . 1 + − − − Keterangan: La = Luas hutan kota yang harus dibangun Po = Jumlah penduduk pada tahun ke 0 K = Konsumsi air per kapita r = Laju peningkatan pemakaian air c = Faktor pengendali PAM = Kapasitas suplai air perusahaan air minum t = Tahun Pa = Potensi air tanah z = Kemampuan hutan kota dalam menyimpan air Untuk memproyeksikan jumlah penduduk hingga 20 tahun yang akan datang menggunakan metode Arithmatik. Rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk Aritmatik adalah: = + − = − − Dimana: Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke- n Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar Ka : Konstanta aritmatik Pa : Jumlah penduduk pada tahun terakhir P 1 : Jumlah penduduk pada tahun ke-1 T 2 : Tahun terakhir T 1 : Tahun ke-1

3.3.5 Rekomendasi Kebutuhan Hutan Kota Di Kota Sintang

Langkah terakhir adalah pembuatan rekomendasi luas kebutuhan hutan kota berdasar perhitungan kebutuhan air yang diselaraskan dengan kondisi ruang terbuka hijau, undang-undang dan Rencana Detail Tata Ruang Kota Sintang.