1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pihak pemerintah daerah
dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Sintang. Kemudian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding bagi kota-kota lain yang
mengalami permasalahan pembukaan lahan hutan dan ketersediaan air.
1.5 Kebaharuan Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan di Kota Sintang yaitu penentuan luas Ruang Terbuka Hijau menggunakan standar yang ditetapkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah dan tidak melakukan analisis perubahan penutupan lahan. Kebaharuan penelitian ini adalah menentukan kebutuhan luasan hutan kota
berdasarkan kebutuhan air masyarakat Kota Sintang, menganalisis perubahan lahan dan memperhitungkan daya dukung jumlah penduduk dan luasan lahan
terbangun.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan LahanPenggunaan Lahan di Kota
Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari- hari berdampak pada perubahan penutuppenggunaan lahan.
Di perkotaan, perubahan umumnya mempunyai pola yang relatif sama, yaitu bergantinya penggunaan lahan lain menjadi lahan urban. Sawah atau lahan
pertanian umumnya berubah menjadi pemukiman, industri atau infrastruktur kota. Pola demikian terjadi karena lahan urban mempunyai nilai sewa lahan land rent
yang lebih tinggi dibanding penggunaan lahan sebelumnya Grigg, 1984 dalam Sitorus, 2004.
Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek
yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek- obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup
lahan alami. Penelitian yang membahas tentang perubahan penggunaan lahan dan
dampaknya terhadap biofisik dan sosial ekonomi telah banyak dilakukan. Penelitian terhadap struktur ekonomi, yang dilakukan Somaji 1994 menyatakan
bahwa pada tahun 1984 wilayah industri berperan sebanyak 13,05 dan meningkat menjadi 14,65 pada tahun 1990. N ilai ini dicapai akibat dari
kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian selama kurun waktu 1981-1990 sebanyak 0,46. Penelitian Janudianto 2003 menjelaskan perubahan
penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh kecenderungan perubahan lahan pertanian sawah menjadi lahan pemukiman dan perubahan
hutan menjadi lahan perkebunan kebun teh. Hasil penelitian Heikal 2004 menunjukkan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu berpengaruh nyata
terhadap peningkatan selisih debit maksimum- minimum sungai. Penurunan luas hutan dan luas sawah meningkatkan selisih debit maksimum- minimum,
sedangkan peningkatan luas pemukiman dan kebun campuran meningkatkan selisih debit.