Sempadan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi
Hutan kota yang berada pada sempadan sungai berfungsi sebagai konservasi air disepanjang sungai dalam menjaga mekanisme inflow ke sungai
dan outflow ke air tanah. Proses inflow-outflow tersebut merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah. Komponen vegetasi sungai secara
hidrolis berfungsi sebagai retensi alamiah sungai. Dengan demikian, air sungai dapat secara proporsional dihambat lajunya ke hilir. Dampaknya dapat
mengurangi banjir dan erosi disepanjang sungai Anonim, 2007. 5.5.1.4
Sempadan Jalan
Kawasan sempadan jalan adalah jalur hijau di sepanjang kanan-kiri jalan terutama jaringan jalan primer dan arteri sekunder. Jalur sempadan ini dapat
digunakan sebagai areal hutan kota yang berfungsi juga sebagai koridor jalan. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota Sintang tahun 2006 maka hasil
perhitungan pemanfaatan sempadan jalan diperoleh luasan total hutan kota sebesar 273 ha.
Lebar jalur hijau sempadan jalan yang ditetapkan di dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Sintang sebagai berikut:
− Untuk jaringan jalan primer yang menghubungkan Kota Sintang dengan wilayah eksternal, direncanakan jalur hijau selebar 50 meter di setiap sisi
jalan dihitung dari batas luar ROW jalan sehingga diperoleh 81 ha lahan yang potensial untuk pembangunan hutan kota.
− Untuk jaringan jalan internal kota jaringan sekunder jalur hijau sempadan jalan ditetapkan 25 meter di setiap sisi jalan arteri sekunder,
dihitung dari batas luar ROW jalan sehingga diperoleh 192 ha lahan yang potensial untuk pembangunan hutan kota.
5.5.1.5
Lahan Terbuka Bekas Tambang
Kota Sintang terdapat beberapa lokasi seperti di Kapuas Kanan Hulu, Baning Kota dan Tanjung Puri. Bekas kegiatan penambangan emas tersebut sudah
ditinggalkan. Keberadaan lahan ini sangat potensial untuk dikelola pemerintah agar dapat dikembalikan fungsinya menjadi hutan. Luas total lahan bekas
penambangan emas tersebut adalah 205 ha.
Total luas hutan kota yang dapat disediakan baik yang sudah ada maupun berupa lahan potensial yang dapat dibangun menjadi hutan kota dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Potensi hutan kota di Kota Sintang No
Potensi Lahan Luas Lahan
ha Persen
1 2
3 4
5 Hutan Kota Baning
Hutan alami Sempadan sungai
Sempadan jalan Lahan bekas tambang
213 574
251 273
205 5
13 5
6 4
Total 1.516
33 Luas Kota Sintang 4.587 ha
Sumber: Hasil Analisis 2009
Dari Tabel 13 diketahui bahwa luas hutan kota yang dapat disediakan sekitar 1.516 ha 33. Sesuai dengan UU No. 26. Tahun 2007, kuota 30 dapat
terpenuhi. Luas hutan kota seluas 1.516 ha dapat menambah persediaan air kota sebesar 2.728.800 m
3
sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan air 101.706 jiwa di tahun 2035. Sedangkan diperkirakan penduduk Kota Sintang akan terus
bertambah dan akan mencapai puncaknya sekitar 114.432 jiwa pada tahun 2042. Tentunya dengan hanya mengandalkan hutan kota untuk pemenuhan kebutuhan
air hingga tahun 2042 tidak bisa mencukupi.
Selain melakukan penambahan luas hutan kota, pemerintah juga harus melakukan tindakan lainnya seperti usaha menurunkan angka pertambahan
penduduk serta melakukan perbaikan pengolahan air bersih sehingga tekanan penduduk terhadap pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar dapat dikurangi.
Pembangunan hutan kota bukan satu-satunya cara dalam mengatasi masalah ketersedian air di Kota Sintang namun dengan mengalokasikan hutan kota dari
sekarang merupakan suatu tindakan preventif terhadap masalah lingkungan lainnya yang akan timbul seperti pencemaran udara, kebutuhan oksigen dan
tempat melepas lelah bagi masyarakat Kota Sintang. Hal ini sangat perlu karena Kota Sintang akan terus mengalami perkembangan.
Usaha yang dapat dilakukan selain membangun hutan kota adalah dengan menurunkan angka pertambahan penduduk lebih kecil dari 3,8. Pemerintah
Daerah Kota Sintang dapat mempromosikan dan menggiatkan program Keluarga Berencana sehingga peningkatan jumlah penduduk kota dapat dikendalikan.
Kemampuan kota menyediakan air bersih bagi warganya sesuai dengan perencanaan adalah sebanyak 101.706 jiwa, sedangkan saat ini penduduk Kota
Sintang diperkirakan 53.960 jiwa. Jika program ini berhasil maka rentang pemenuhan kebutuhan air bersih dapat diperpanjang.
Pemerintah dapat melakukan perbaikan jaringan untuk memperkecil tingkat kebocoran. Meningkatan produksi air bersih karena dari kapasitas total
produksi PDAM saat ini berkisar 3.815.856 m
3
tahun, namun produksi air hanya 2.349.450 m
3
tahun. Meningkatkan waktu pengaliran air menjadi 24 jam sehari. Dengan meningkatnya pelayanan PDAM maka dapat memperkecil penggunaan
air tanah oleh masyarakat.
Pengembangan infrastruktur air bersih di Sintang dapat dikembangkan dari konsep dan pendekatan yang telah digariskan oleh Ditjen Perkotaan dan Perdesan
Departemen Pekerjaan Umum untuk penyediaan prasarana dasar perkotaan seperti terlihat pada Tabel 14. dibawah ini.
Tabel 14. Strategi penge mbangan prasarana dasar perkotaan: Air bersih pada berbagai skala Kota Di Indonesia
Skala Kota Strategi Pengembangan
Metro + Besar -
Peningkatan pelayanan -
Penambahan sambungan rumah -
Penambahan hidran umum -
Penambahan kapasitas Sedang + Kecil
- Peningkatan pelayanan
- Penambahan sambungan rumah
- Penambahan hidran umum
- Penambahan kapasitas
- Penambahan kran umum
- Penambahan IPA
Sumber: Ditjen Perk otaan dan Perdesaan Dep. Pek erjaan Umum
Dengan melihat pada arahan diatas, maka untuk Kota Sintang yang termasuk dalam kategori kota kecil mengarah menjadi kota sedang dalam artian
ukuran penduduk, konsep yang digunakan untuk pengembangan prasarana dasar air bersih dan sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas dan pelayanan
2. Penambahan sambungan rumah, kran dan hidran umum
3. Penambahan IPA
Untuk mengatasi kelangkaan sumber air dan kurangnya air bersih terutama saat musim kemarau, strategi yang perlu ditempuh yaitu :
1. Pencarian atau penelusuran sumber air yang baru non sungai untuk
menambah kapasitas produksi sumber air yang ada 2.
Pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana air bersih seperti perluasan daya jangkau pipa air bersih agar dapat menjangkau seluruh
kawasan 3.
Pemeliharaan dan operasi instalasi air bersih oleh PDAM untuk meminimalisasi kebocoran
4. Menjaga dan meningkatkan ketersediaan air dari sumber air yang telah ada