Sedangkan batas-batas administrasi Kecamatan Sintang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Hulu dan Kecamatan Kelam Permai.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Tebelian. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dedai, dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Tempunak.
4.2 Topografi
Kota Sintang berada pada ketinggian antara 15 sampai 50 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan antara 0 – 15. Daerah-daerah terbangun
yang mempunyai ketinggian di atas 30 meter umumnya terdapat di bagian tenggara kota sebelah timur dan tenggara hutan wisata Baning. Sedangkan pada
kawasan lainnya seperti sebagian besar kawasan utara kota di wilayah Kelurahan Kapuas Kanan Hulu dan bagian barat kota di Kapuas Kanan Hilir serta wilayah
Kelurahan Kapuas K iri Hilir dan Kapuas K iri Hulu merupakan kawasan-kawasan yang relatif datar. Bagian kota di sebelah timur aliran Sungai Melawi umumnya
memiliki topografi yang bergelombang sampai berbukit.
4.3 Geohidroklimatologi
Geologi Kota Sintang termasuk pada grup aluvial jalur aliran sungai. Wilayah sepanjang aliran sungai sempit, yang terletak di sepanjang kanan-kiri
Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. bahannya berupa endapan halus dan kasar campuran.
Sebagaimana umumnya Kabupaten Sintang, kondisi klimatologi Kota Sintang tergolong dalam tipe A menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson,
karena hampir tidak memiliki bulan kering dalam setahun. Suhu di Kota Sintang umumnya berkisar antara 21°C sampai 33°C, dengan tingkat kelembaban rata-rata
86,6 , kecepatan angin rata-rata 27 – 34 kmjam dan penyinaran matahari rata- rata 57 .
Curah hujan rata-rata 10 tahun yang terukur dari stasiun iklim Bandara Susilo Sintang adalah 260,90 mmbulan dengan jumlah hari hujan 19,20 hhbulan.
Pada tahun 2007 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 447,40 mm dengan jumlah hari hujan 25 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Juni dengan sebesar 20,50 mmbulan dengan jumlah hari hujan 6 hari.
Tabel 4. Data iklim Kota Sintang tahun 1998 - 2007
Tahun Unsur Iklim
Curah hujan Rata-
rata mm Hari
Hujan Rata-
rata Suhu
Udara Rata-rata
o
C Kelembaban
Udara Rata-rata
Penyinaran Matahari
Tekanan Udara Rata-
rata mb Kec.Angin
Rata-rata kmjam
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
301,5 250,8
280,4 216,4
243,1 253,3
262,3 274,8
214,4 312,4
21,3 18,9
30,0 18,0
16,5 18,0
18,0 19,0
16,0 16,6
27,1 26,7
26,7 26,7
26,9 26,9
26,8 26,9
27,0 26,8
86,8 85,7
86,7 86,1
86,2 87,6
86,9 86,8
86,0 87,2
49,6 60,8
57,7 58,6
51,3 52,0
57,5 53,9
54,3 57,2
1.010,6 1.009,9
1.009,9 1.010,3
1.011,6 1.010,9
1.011,8 1.009,6
1.011,9 1.010,8
3,14 3,33
3,14 3,14
3,33 3,14
3,70 3,89
3,52 3,33
Rerata 260,9
19,2 26,9
86,6 55,3
1.010,7 3,33
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika BMG Kabupaten Sintang 2008 Kecepatan angin rata-rata bulanan berkisar antara 5,56 sampai
11,11 kmjam. Secara umum, pada bulan Januari sampai Maret angin bertiup ke arah utara dan timur laut dengan kecepatan maksimum 14,82 – 25,93 kmjam.
Pada bulan April arah angin kebanyakan menuju arah barat dengan kecepatan rata-rata 9,26 kmjam, maksimum 22,22 kmjam. Tiga bulan berikutnya yaitu
Mei, Juni dan Juli angin umumnya berubah arah ke tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,56 – 9,26 kmjam dengan kecepatan maksimum antara 12,96 – 18,52
kmjam. Pada bulan Agustus, dominasi arah angin kembali ke barat dan kembali lagi ke tenggara pada bulan September. Bulan berikutnya, yaitu bulan Oktober
sampai Desember, angin umumnya bertiup ke arah barat dan barat daya dengan kecepatan maksimum 14,82 – 18,52 kmjam atau rata-rata antara 7,81– 9,26
kmjam. Kondisi hidrologi Kota Sintang sangat dipengaruhi oleh topografi kota
yang sangat datar dan keberadaan dua buah sungai utama Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang melintas di tengah kota. Aliran kedua sungai ini membagi
Kota Sintang menjadi 3 bagian utama. Keberadaan sungai-sungai ini sangat membantu sistem drainase kota yang ditunjang dengan adanya banyak
paritsaluran sekunder yang bermuara ke kedua sungai tersebut. Air pasang sungai juga tidak terlalu bermasalah bagi sistem hidrologi kota, karena hanya kawasan-
kawasan sempit di sepanjang pinggiran sungai yang tergenang selama pasang.