2.3 Hidrologi
Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap mahluk yang jumlahnya sangat terbatas baik dalam skala waktu maupun ruang sehingga perlu dijaga
keberadaan air tersebut baik kuantitas maupun kualitasnya.
Potensi Air permukaan yang dimiliki oleh Indonesia diperkirakan sebesar 1.789.000 juta m
3
tahun yang berasal dari seluruh pulau-pulau di Indonesia seperti Papua sekitar 401.000 juta m
3
tahun, Kalimantan 557.000 juta m
3
tahun, dan Jawa 118.000 juta m
3
tahun DirJen Pengairan, 1995 dalam Sjarief, 2002. Disamping air permukaan, Indonesia juga memiliki potensi air tanah sebesar 47.000 juta
m
3
tahun yang berasal dari 224 buah cekungan air tanah Sjarief, 2002.
2.3.1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada proses hidrologi. Siklus hidrologi adalah air yang menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau
daratan. Sedangkan siklus hidrologi menurut Sjarief dan Kodoatie 2008 adalah gerakan air ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan
atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir kembali ke laut. Dalam siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara proses
hujan presipitation, penguapan evaporation, transpirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran limpasan runoff, dan aliran bawah tanah. Secara sederhana siklus
hidrologi dapat ditunjukan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Siklus Hidrologi sumber: google image
2.3.2 Air Tanah
Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari
97 terdiri dari air tanah. Semakin berkembangnya industri dan pemukiman dengan segala macam fasilitasnya, maka ketergantungan aktivitas manusia pada
air tanah menjadi semakin terasakan. Selama berlangsungnya musim hujan, sebagian besar air air hujan tersebut
dapat ditampung oleh daerah resapan dan secara gradual dialirkan ke tempat yang lebih rendah sehingga kebanyakan sungai masih mengalir pada musim kemarau,
meskipun besarnya debit air sungai tersebut menurun. Daerah penampungan air tanah terdapat di lapisan bagian bawah tanah,
tepatnya di dalam lapisan padat atau batuan yang sarang yang biasanya terbentuk dari bahan-bahan pasir dan kerikil, tufa vulkanis, batu gamping dan beberapa
bahanlainnya. Lapisan penampung air tanah ini selanjtnya dikenal sebagai lapisan pengandung air atau aquifer, air yang terkempul disini mudah bergerak dari
tempatnya yang lebih tinggi ke tempat-tempat yang lebih rendah Kertasapoetra, 1994.
Berkaitan dengan kondisi dan letaknya di dalam tanah, lapisan mengandung air tersebut biasanya dibedakan menjadi sebagai berikut:
− Lapisan mengandung air tanah yang bebas atau tidak terbatas. Lapisan ini di bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air, sedangkan di sebelah
atasnya berupa muka air yang berhubungan dengan atmosfer. − Lapisan mengandung air anah yang tertekan. Lapisan ini bagian atas dan di
bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air. − Lapisan pengandung air tanah tumpang. Lapisan ini terletak di atas lapisan
kedap air yang tidak begitu luas, berada pada zona aerasi di atas water table. Karena volume air pada lapisan pengandung air tanah ini tidak
banyak maka kurang dapat diandalkan sebagai sumber air.
2.3.3 Infiltrasi
Ketika air hujan jatuh ke permukaan jalan, sebagian air tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air mengalir sebagai run off dan sebagian lainnya
meresap ke dalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka akan terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong void dalam tanah yang terisi
udara soil moisture deficiency sampai mencapai kapasitas lapang field capacity dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat berat sendiri dan
bergerak terus ke bawah pekolasi ke dalam daerah jenuh saturated zone yang terdapat di bawah permukaan air tanah phreatik. Air bergerak perlahan- lahan
melewati akuifer masuk ke sungai atau kadang-kadang langsung ke laut. Analisis perubahan penutupan lahan terhadap laju infiltrasi menunjukkan
bahwa semakin tua umur tegakan hutan, semakin besar kemampuan hutan untuk meresapkan air ke dalam tanah, bahkan total air yang mampu dimasukkan ke
dalam tanah pada tegakan P. merkusii berumur 34 tahun lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tegakan umur 10 tahun. Hal ini membuktikan bahwa
tegakan hutan sangat baik dalam meresapkan air ke dalam tanah. Kemampuan tanah menginfiltrasikan curah hujan pada tegakan tua disebabkan karena pada
tegakan P. merkusii tua banyak dijumpai tumbuhan bawah, serasah, dan kandungan bahan organik yang menutupi lantai hutan, sehingga dapat
memperbaiki struktur tanah yang memungkinkan air hujan masuk ke dalam
tanah Mulyana, 2000. Hal ini serupa dengan hasil yang dijumpai oleh Pudjiharta dan Fauzi 1 981 d imana aliran permukaan pada tegakan P. merkusii, Altingia
excelsa, Maespsis emin ii beserta tumb uhan bahwa d an serasahnya hanya sek itar
0 - 0,04 m
3
hab ln d an erosi tidak terjadi. Ketika tumbuhan bawah dan serasah dari tegakan yang sama dihilangkan, maka aliran permukaan meningkat
mencapai 6,7 m
3
hab ln.
2.3.4 Konservasi Air
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan
berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun dipedesaan. O leh karena itu, ketersediaan air dapat
menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Muis, 2005.
Upaya memelihara keberadaannya dikenal dengan istilah konservasi air. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan
rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan mengakibatkan pencemaraan air. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada
sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan hutan dan kawasan pantai. Konservasi sumber
daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
Sjarief 2002 menyatakan perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan
keberadaanya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan
dan pelestarian sumber air sebagai dimaksud adalah: 1. Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air. 2. Pengendalian pemanfaatan sumber air.
3. Pengisian air pada sumber air. 4. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi. 5. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air, 6. Pengendalian pengelolaan tanah di
daerah hulu. 7. Pengaturan daerah sempadan sumber air. 8. Rehabilitasi hutan dan lahan. dan 8. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam.
2.4 Hutan Kota
Hutan Kota adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua
manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang. Sementara dalam hasil rumusan Rapat Teknis Kementerian Kependudukan
dan Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah
perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan
fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai
Hutan Kota Dirjen PU, 2006. 2.5
Fungsi Hutan Kota sebagai Pengelola Air Tanah
Hujan yang turun ke permukaan bumi dapat menambah ketersedian air di dalam tanah dan juga dapat menyebabkan banjir. Pengamanan air hujan pada
prinsipnya terletak dalam dua pengelolaan teknis, yaitu peningkatan daya serap tanah dan pengendalian mengalirnya air. Meningkatkan daya serap tanah pada
hakekatnya adalah meningkatkan kapasitas penyimpanan air oleh tanah. Hutan kota dapat meningkatkan air tanah, karena akar tanaman yang besar
dapat mengakibatkan terbentuknya rekahan tanah. Air hujan akan dapat masuk melalui rekahan-rekahan tersebut. Selain dari itu, serasah yang dihasilkan oleh
banyak tumbuhan akan mengakibatkan terbentuknya humus tanah yang tebal.
Kemampuan humus dalam mengikat air jauh lebih besar daripada butiran tanah. Oleh sebab itu, air yang dapat diserap dan dikandung di dalamnya akan lebih
banyak Dahlan, 2004. Pada umumnya jenis pohon-pohon yang berakar panjang dan berdaun
kecil memiliki kemampuan yang baik dalam menyimpan air dalam tanah. Walaupun tanaman juga mengalami transpirasi, namun air tidak begitu mudah
keluar dari tanaman karena terdapat hambatan-hambatan atau mekanisme tersendiri. Adanya hambatan pergerakan air tanah dari tanaman dibuktikan dengan
adanya kenyataan bahwa kehilangan air tanah dari tanaman selalu lebih kecil dibandingkan dengan kehilangan air dari tanah terbuka Muis, 2005.
Hutan memilik i neraca air yang baik d ib and ingkan dengan kawasan tid ak berhutan. Hal in i sangat memu ngk ink an karena infiltrasi curah hujan ke
dalam tanah akan meningkat karena struktur tanah yang semakin b aik, karena perakarannya yang b ervariasi mu lai d angkal sampai dalam, tajuk berlap is akan
mengurangi daya hancur butiran hujan sehingga laju erosi akan dapat dikurangi. Demikian juga halnya dengan keberadaan tumbuhan bawah dan serasah serta
humus yang akan semak in memperbesar kemamp uan hutan alam dalam menahan air. O leh karena itu, kandungan air tanah pada hutan alam akan
besar dan akan dikeluarkan secara perlahan- lahan pada musim kemarau Onrizal, 2005.
Pengalihan fungsi lahan di perkotaan cenderung ke arah penutupan tanah dengan bahan-bahan semen yang tidak tembus air, sehingga mengakibatkan
terganggunya keseimbangan hidrologi. Hidrologi kota menjadi masalah yang pelik bagi ahli hidrologi, karena urbanisasi meningkatkan luasan permukaan
tertutup semen, paving, aspal, sehingga air hujan tercegah untuk masuk ke dalam tanah dan menjadi limpasan permukaan Urbanos, 1992 dalam Muis, 2005.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian d ilak uk an d i Ko ta S intang Kalimantan Barat, terletak k urang leb ih 3 95 k m dari K ota Po ntianak Ib u Ko ta P rop insi Kalimantan Barat.
Melip uti tujuh kecamatan yaitu: Kapuas Kanan Hulu, Kapuas Kanan Hilir, Tanjung Puri, Desa Baning Kota, Ladang, Kapuas K iri Hulu, dan Kapuas K iri
Hilir dengan luas wilayah 4.587 hektar. Letak geo grafisnya yaitu 0 °09 ’ LU - 0 °02 ’ LS d an 1 11 °21 ’ BT -
111 °36 ’, d engan batas-b atas ad ministrasi sbb : Utara
: Kec. Binjai Hulu d an K ec. K elam Permai Timur
: Kec. Dedai dan Kelam Permai Selatan
: Kec. Sei Teb elian dan Ded ai Barat
: Kec. Temp unak
Gamb ar 2. Peta ad ministrasi Ko ta S intang Wak tu p enelitian selama 1 0 b ulan sejak b ulan Sep temb er 2008 hin gga
Juni 20 09, melip uti tahap stud i p ustaka, pengamatan lapangan, pengo lahan data d an p enyusunan lapo ran.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang d iperluk an dalam penelitian ini adalah seperangkat ko mp uter beserta perlengkap annya yang berguna untuk p ro ses p engo lahan d an analisis
data, d oub le ring , S oftware Arc View 3.2 beserta extensio n, E RDAS V er 9.1, Glob al Po sit ion in g System
GPS , untuk mengetahui po sisi koo rd inat titik ko ntro l tanah yang berguna menentuk an area co nto h d aerah-d aerah bervegetasi
dengan k lasifik asi hutan, p erk eb unan, semak rump ut, tanah terb uka, pemuk iman dan b adan air. Adap un bahan yang d ip ergunakan d alam
penelitian ini dapat d ilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1. Jenis data yang dibutuhkan untuk penelitian
No Aspek
Jenis Data Bentuk Data
Sumber Data
1 Fisik
- Lokasi Tapak
- Geologi
- Topografi
- Hidrologi
Air Permu kaan Air Tanah
- Jenis Tanah
- Iklim
Curah Hujan Temperatur
- Kualitas Air
- Penggunaan
Lahan -
Landsat 7 ETM+ 2001
- Landsat 7 ETM+
2004 -
Landsat 7 ETM+ 2006
- Landsat 7 ETM+
2008 Peta letak dan luas kota Sintang
Data pola aku ife r Peta Topografi skala 1:25.000
Data potensi air permu kaan Data potensi air tanah
Peta jenis tanah Data curah hujan 10 tahun
Data te mperatur 10 tahun Deskripsi
Data penggunaan lahan Kota Sintang
Citra dijital Citra dijital
Citra dijital Citra dijital
- Bappeda
- Dep. Geologi
- Bappeda
- Depatemen PU,
Dirjen Su mber Daya Air
- Bappeda
- BMG
- Bapedalda
- Bappeda
- PPLH IPB
http:glovis.usgs .gov
- PPLH IPB
http:glovis.usgs .gov
2 Biologi
- Vegetasi:
Deskripsi Survei, Dinas-
dinas terkait 3
Sosial, ekonomi dan
budaya -
Demografi -
Produksi Air -
Konsumsi Air Deskripsi
Deskripsi Deskripsi
- BPS
- PDAM
- Kuisioner