Faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

5.2 Faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

a. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, produksi padi dan tingkat kebutuhan pangan Gambar 10 menunjukkan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor selama sebelas tahun 2000 –2010.Gambar 5.3 menunjukkan produksi padi di Kabupaten Bogor selama lima tahun 2006 –2010. Serta Gambar 5.4 menunjukkan tingkat kebutuhan pangan di Kabupaten Bogor selama lima tahun 2006-2010. Sebagaimana teori yang disampaikan oleh Robert Thomas Malthus bahwa, jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pada pertambahan subsisten pangan. Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan subsisten pangan akan mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun. Sumber :BPS Kabupaten Bogor, 2012; diolah Gambar 10. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bogor Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus mengalami pertambahan.Selama sebelas tahun terakhir yakni tahun 2000-2010 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10 Pertambahan terkecil terjadi pada tahun 2007 sebesar 0.86 persen 36 402 jiwa.Sedangkan pertambahan jumlah penduduk terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 12.20 persen 515 229 jiwa. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010 sebanyak4763209 jiwa, lebih tinggi dari pada jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 4477344 jiwa, atau meningkat sebanyak 285865 jiwa. Kondisi ini disebabkan tingginya pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten Bogor. Adapun rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama sebelas tahun terakhir 2000 sampai 2010 adalah sebesar 4.05 Jumlah penduduk sebanyak 4763209 jiwa, sama dengan 11.07 dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat 43021826 jiwa, dan merupakan jumlah penduduk 3.000 3.200 3.400 3.600 3.800 4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 ju m lah p en d u d u k rib u j iw a 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah penduduk Juta Jiwa 3.100 3.170 3.250 3.399 3.438 3.700 4.215 4.215 4.340 4.477 4.763 LPP 3,10 2,21 2,46 4,38 1,13 7,08 12,22 - 2,88 3,06 6,00 terbesar di antara kabupatenkota di Jawa Barat. Komposisi penduduk tersebut, terdiri dari 2446251 jiwa penduduk laki-laki dan 2316958 jiwa penduduk perempuan atau rasio jenis kelamin sex ratio sebesar 106. Sumber : Distanhut, 2012; diolah Gambar 11. Produksi Padi di Kabupaten Bogor Gambar 11 menunjukkan produksi padi di Kabupaten Bogor tahun 2006 hingga 2010. Produksi padi pada tahun 2006 sebanyak 401065.6 ton meningkat menjadi 479 754.8 ton pada tahun 2007. Hingga tahun 2010, produksi padi mencapai 542893 ton.Peningkatan produksi pangan di Kabupaten Bogor terus diupayakan guna memenuhi tingkat pemenuhan pangan.Salah satu usaha untuk peningkatan produksi melalui peningkatan intensifikasi pertanian. Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2012; diolah Gambar 12. Tingkat pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bogor 2006 2007 2008 2009 2010 Produksi ton 401.065,6 479.754,8 480.211 505.978 542.893 400.000,00 420.000,00 440.000,00 460.000,00 480.000,00 500.000,00 520.000,00 540.000,00 560.000,00 Ju m lah P ro d u k si to n 2006 2007 2008 2009 2010 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pangan 59,81 69,34 69 64,34 69,21 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 T in g k at p em en u h an k eb u tu h an p an g an Sebagaimana dilihat pada Gambar 12 tingkat pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bogor belum mencapai 100 persen.Pada tahun 2006 tingkat pemenuhan kebutuhan pangan sebesar 59.81 persen. Pada tahun 2007 mencapai 69.34 persen dan pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan yakni sebesar 69 persen dan 64.34 persen. Baru kemudian pada tahun 2010 terjadi kenaikan kembali tingkat pemenuhan kebutuhan pangan sebesar 69.21 persen.Penurunan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya terjadinya alih fungsi lahan, pengaruh musim maupun yang dapat menyebabkan gagal panen.Sedangkan untuk menaikkan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan pada tahun 2010 telah dilakukan program yang berfokus pada sektor pertanian yakni revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan dimana intensifikasi sebagai salah satu daya ungkit peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas. b. Luas lahan Sawah dan Laju Alih Fungsi Sawah Sumber : Distanhut Kabupaten Bogor, 2012; diolah Gambar 13. Luas Lahan Sawah dan Laju Alih Fungsi Sawah di Kabupaten Bogor Gambar 13menunjukkan jumlah luas lahan sawah yang terdapat di Kabupaten Bogor.Pada tahun 2006, luas lahan sawah mencapai 48 425 ha.Kemudian pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi seluas 48321 ha.Pada tahun 2008 luas lahan sawah terjadi kenaikan menjadi 48849 ha.Kemudian terjadi penurunan kembali pada tahun 2009 dan 2010 yakni menjadi sebesar 48766 ha dan 48484 ha.Penurunan luas lahan sawah, salah satunya dipengaruhi oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. c. Share sektor pada produk domestik regional bruto Salah satu indikator makro pembangunan suatu wilayah dapat diketahui melalui produk domestik regional bruto.Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan 48.300 48.400 48.500 48.600 48.700 48.800 48.900 2006 2007 2008 2009 2010 Ju m lah L ah an s aw ah Ha 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah lahan sawah 48.425 48.321 48.849 48.766 48.484 Laju Alih Fungsi -0,215 1,093 -0,170 -0,578 oleh seluruh unit produksi di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan kepemilikan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.Gambar 14 di bawah menunjukkan share Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010. Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2012; diolah Gambar 14. Share PDRB Kabupaten Bogor ADHK Tahun 2010 Jika dilihat proporsi atau share dari masing-masing sektor, maka sektor industri pengolahan memiliki persentase terbesar, yakni sebesar 61 persen dari total PDRB. Sementara sektor dengan persentase share terendah, dikontribusikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1 persen dari total PDRB. Sementara untuk sektor pertanian memiliki share sebesar 5 persen dari total PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi makro di Kabupaten Bogor digerakkan mayoritas oleh sektor industri pengolahan. d. Property rights terhadap lahan. Property rights atau hak kepemilikan atas sesuatu mengandung pengertian hak untuk mengakses, memanfaatkan, mengelola atas sesuatu, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada pihak lain. Sesuatu yang dimaksud dapat berupa barang, jasa atau pengetahuaninformasi yang bersifat intangible.Property rights ini, tentu saja sangat penting dalam ekonomi karena berkaitan dengan kepastian penguasaan-penguasaan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tentu harus mendapatkan prioritas utama dalam memperoleh kepastian, karena akan mendukung proses produksi guna menunjang perkembangan ekonomi. Berkaitan dengan rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, perlu adanya masukan dari masyarakat terlebih pihak-pihak yang 5 1 61 4 3 17 3 2 4 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL RESTORAN 7. PENGANGKUTAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JS. PRSH. 9. JASA-JASA memiliki hubungan property rights atas lahan. Sehingga pemerintah yang bertanggung jawab atas ketersediaan kebutuhan pangan dapat mempertimbangkan kebijakan-kebijakan yang akan diambil dengan semakin langkanya lahan pertanian. 6PENGELOLAAN KEPENTINGAN PARA PIHAK TERHADAP KEBIJAKAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pengelolaan kepentingan para pihak terhadap perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan informasi tentang dukungan maupun penolakan dari para pemangku kepentingan terhadap kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, pengelolaan kepentingan para pihak diwujudkan dalam model persamaan : = � + � 1 + � 1 2 + � 2 3 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 15, diperoleh informasi sebagai berikut :

6.1 Ketepatan Kategori