Sejalan dengan peraturan pemerintah

Luasnya lahan sawah di Kabupaten Bogor belum diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya manusia bidang penyuluhan maupun sumberdaya lainnya.Ketersediaan penyuluh masih sangat dibutuhkan dalam hal kuantitasnya.Salah satu upaya mengatasi permasalahan ini yakni dengan dilakukannya penambahan tanaga penyuluhan melalui tenaga harian maupun pemanfaatan penyuluh swadaya yang ada di masyarakat. 4. Kelompok tani belum efektif Belum dikelolanya organisasi kelompok tani secara professional, membuat keberadaan organisasi kelompok tani hanya sebatas pemenuhan kebutuhan sementara.

5. Ketersediaan sarana produksi pertanian kurang tepat waktu

Kurangnya ketersediaan sarana produksi pertanian ketika musim tanam tiba menyebabkan kelangkaan.Hal ini menyebabkan tingginya biaya dalam usaha pertanian. 6. Akses permodalan dan pembiayaan Terbatasnya akses permodalan dan pembiayaan bagi petani sebagai salah satu kelemahan yang ada.Hal ini dipengaruhi oleh hambatan adanya agunan jika akses permodalan melalui perbankan.

7. Kepemilikan lahan pertanian pangan berkelanjutan terbatas

Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tingginya alih fungsi lahanmenyebabkan semakin terbatasnya tingkat kepemilikan lahan sawah di Kabupaten Bogor. Berkaitan dengan adanya property right atas lahan serta adanya kemungkinan terjadi alih kepemilikan lahan, berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa : a. 32.28 persen responden memberikan pilihan prioritas bahwa Negara atau pemerintah bisa melakukan pembelian atas tanah sawah dengan alasan, jika Negara melakukan pembelian lahan sawah, maka keberadaan lahan pertanian pangan yang dilindungi akan tetap terjaga dan masih adanya peluang untuk penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. b. 1.57 persen responden memberikan pilihan prioritas bahwa swastaperusahaan melakukan pembelian lahan sawah dikarenakan adanya kemungkinan harga jual yang lebih tinggi. c. 66.14 persen responden memberikan pilihan prioritas bahwa perorangan dalam melakukan pembelian lahan sawah lebih memudahkan dan lebih cepat prosesnya.

8. Rencana Detil Tata Ruang kecamatan belum tersedia lengkap dan

belum memiliki legalitas Belum tersedianya rencana detil tata ruang kecamatan secara keseluruhan merupakan salah satu kelemahan yang dihadapi. Dengan tersedianya rencana detail tata ruang kecamatan, akan memberikan kekuatan dalam pemanfaatan ruang.

8.1.3 Identifikasi Faktor Peluang Opportunities

Identifikasi faktor peluang diantaranya mencakup :

1. Sejalan dengan peraturan pemerintah

Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa program perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah propinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari diberlakukannya melalui undang- undang dan peraturan pemerintah yang mengatur tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.Serta ditetapkannya Peraturan Daerah Jawa Barat tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. 2. Rencana perubahan RTRW Kabupaten Bogor Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu produk hukum tentang hasil perencanaan tata ruang wilayah yang digunakan untuk mengarahkan pembangunan dengan memanfaatkan ruang dalam rangka mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan pembangunan antar daerah serta keserasian antar sektor. Perubahan RTRW Kabupaten Bogor dilakukan mengingat kondisi eksisting dari wilayah Kabupaten Bogor telah mengalami perubahan. Salah satu perubahan yakni perubahan guna lahan basah yang semula 56 888 hektar pada tahun 1996 menjadi 52349 hektar pada tahun 2000. Pada tahun 2005 perubahan guna lahan basah menjadi 47504 hektar. Serta munculnya isu proses transformasi dari struktur sosial ekonomi yang berorientasi kepada wilayah pedesaan ke struktur perkotaan melalui industrialisasi dan daya tarik kota sebagai penghasil produktivitas yang tinggi. 3. Kebijakan agropolitan dan minapolitan Agropolitan dan minapolitan merupakan salah satu peluang dalam pengembangan wilayah. Di Kabupaten Bogor, pengembangan agropolitan telah dimulai pada tahun 2004 dengan lokasi rintisan pengembangan kawasan agropolitan yang terdiri dari Desa Karacak, Desa Barengkok, Desa Pabangbong, Desa Cibeber II dan Desa Karyasari di Kecamatan Leuwiliang. Hingga saat ini telah dikembangkan meliputi beberapa kecamatan di sekitar leuwiliang dengan tingkat pos koordinasi sebanyak tiga unit. 4. Kebijakan pembangunan sektor pertanian melalui revitalisasi pertanian dan pembangunan pedesaan Salah satu kebijakan daerah di sektor pertanian yakni revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan.Dalam kebijakan tersebut, kebijakan skala zonasi lahan merupakan salah satu komponen yang dikembangkan dengan mengorientasikan bagi lumbung pangan melalui peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukiman. 5. Perbaikan infrastruktur pertanian dan pendukungnya Peningkatan infrastruktur pertanian melalui perbaikan sarana pendukung pertanian difokuskan pada infrastruktur.Peningkatan jalan usaha tani, saluran irigasi, peningkatan sarana pasca panen dan lain sebagainya.

6. Permintaan produk pertanian yang besar untuk wilayak Jakarta dan