Tingkat kepemilikan lahan pertanian rendah Kebijakan yang dihasilkan, dalam implementasinya sering berlawanan

data ini sangat penting sebagai bahan dari penetapan kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

8. Harga komoditas pertanian dapat dinikmati petani

Terserapnya produk pertanian dari Kabupaten Bogor, membuat petani terus mengusahakan lahan pertanian yang dimiliki.Dari informasi responden, menunjukkan bahwa 52.76 memberikan informasi bahwa harga produk pertanian bisa dinikmati oleh para petani.

8.1.4 Identifikasi Faktor Ancaman Threats

1. Tingkat kepemilikan lahan pertanian rendah

Peningkatan jumlah penduduk, baik secara alami maupun migrasi dari wilayah lain akan menyebabkan permintaan perumahan meningkat. Dengan meningkatnya permintaan kebutuhan perumahan. Sementara luas guna lahan sawah yang semakin sempit dengan 39817.91 hektar pada tahun 2012 dari seluas 56 888 hektar pada tahun 1996. Berdasarkan wawancara dengan para petani menunjukkan bahwa rata-rata para petani merupakan petani penggarap lahan sawah, dimana kepemilikan lahan merupakan milik warga diluar wilayah Desa setempat. 2. Ketidaksiapan selain sektor pertanian Permintaan akan pemenuhan pemanfaatan lahan baik lahan basah maupun lahan yang bersifat strategis oleh sektor selain pertanian, menjadikan salah satu ancaman pada lahan pertanian pangan berkelanjutan. Hal ini dapat terjadi pada lokasi sekitar pusat-pusat pertumbuhan, misalnya disekitar pasar. 3. Berkembangnya sektor bangunan Sektor bangunan merupakan salah satu sektor dalam pembentukan PDRB.Permbangunan yang terus berkembang dan permintaan sektor bangunan yang juga terus meningkat menyebabkan sektor ini harus menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Bogor. Perkembangan sektor bangunan dapat dilihat pada Gambar 19 : Sumber :PDRB, diolah Gambar 19. Perkembangan Output Sektor bangunan di Kabupaten Bogor

4. Kebijakan yang dihasilkan, dalam implementasinya sering berlawanan

Kebijakan pemerintahpemerintah daerah yang diimplementasikan dalam rangka pembangunan, didalam pelaksanaannya sering tidak berjalan dengan baik bahkan terjadi arah yang berlawanan.Hal ini memungkinkan karena adanya peluang yang belum diatur secara detail.Dimana hal ini juga ditunjukkan Made Esti Nurmani 2007, terdapat inkonsistensi dalam pemanfaatan ruang terhadap 2006 2007 2008 2009 2010 output sektor bangunan 802.808,8 855.403,5 908.270, 989.630, 1.075.48 750.000,00 850.000,00 950.000,00 1.050.000,00 1.150.000,00 R p J u ta rencana detail tata ruang kecamatan di Kecamatan Cibinong dimana sebagian besar terjadi pada kawasan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan terbangun sebesar 303.4 Ha dan kawasan lindung berubah menjadi kawasan terbangun sebesar 246.6 Ha.

8.2 Perumusan Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

Strategi merupakan sekumpulan sasaran yang disertai dengan metode- metode untuk mencapainya Rustiadi, 2011.Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dijelaskan pada Tabel 8.1.

8.2.1 Strategi S-O

Aggressive Strategies Menurut Rangkuti 1997, strategi disusun dengan memanfaatkan seluruh kekuatan agar dapat memanfaatkan seluruh peluang yang ada. Aggressive strategy ini merupakan strategi yang bernuansa pengembangan atau ekspansi. Berdasarkan enam kekuatan yang dimiliki dan sebelas peluang yang ada, maka dapat dirumuskan lima strategi yang bersifat ekspansif. 1. Penetapan PERDA perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan Penetapan PERDA perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bentuk produk hukum tertinggi di daerah yang dilakukan para pihak melalui pemerintah dan DPRD.Dengan ditetapkannya melalui Perda, diharapkan manajemen pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan lebih memiliki posisi tawar yang kuat.

2. Pembentukan sistem informasi tentang perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat. Sistem informasi tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan sebuah sistem yang memberikan informasi sebaran lokasi lahan sawah yang telah dilindungi di 40 kecamatan termasuk didalam sawah yang berada di kawasan lindunghutan produksi. Dengan memuat beberapa karakteristik lahan pertanian pangan dari masing-masing wilayah tersebut antara lain karakter site, karakter lingkungan serta karakter insentif yang diberikan. Karakter site terdiri dari sifat kemampuan lahan, infrastruktur, produktivitas, statsus kepemilikan, serta aspek sosial lainnya. Karakter lingkungan meliputi keterkaitan dengan wilayah lain yakni keberadaan kawasan hutan maupun keberadaan sumber air. Dan karakter insentif yang memuat informasi tentang lahan sawah beserta sarana pendukungnya, pemilikpengelola maupun informasi lainnya.

3. Peningkatan intensifikasi pertanian

Strategi ini merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada. Salah satu usaha peningkatan intensifikasi yakni melalui panca usaha tani yang meliputi : 1 pemilihan dan penggunaan bibit unggul, 2 pengolahan lahan, 3 pengaturan irigasi, 4 pemberian pupuk sesuai aturan, dan 5 pemberantasan hama dengan baik serta pasca panen dan pemasaran.

4. Pemberian insentif bagi petani