X
1
= Variabel insentif dan disinsentif. Faktor-faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni sarana fisik dan
sarana non fisik.Faktor sarana fisik meliputi 1 ketersediaan sarana irigasi; 2 ketersediaan teknologi, dan 3 ketersediaan bibit unggul. Sedangkan
faktor sarana non-fisik meliputi : 1 kemudahan dalam legalisasi kepemilikan lahan, 2 kemudahan dalam pembayaran pajak, 3 kemudahan
dalam ketersediaan akses permodalan dan pembiayaan, 4 penyuluhan dan pelatihan bagi petani; 5 adanya jaminan kepastian harga panen, dan 6
diberikan penghargaan secara khusus.
Variabel insentif dan disinsentif dicirikan oleh nilai kategori “0” yaitu responden lebih memilih insentif berupa non-
fisik dan “1” yaitu responden lebih memilih insentif berupa fisik.
X
2
= Variabel penyuluhan Faktor-faktor yang digunakan dalam variabel ini adalah lembaga tani dan
non-lembaga tani. Faktor lembaga tani meliputi : 1 penguatan kelompok tani, dan 2 pembentukan koperasi bagi petani. Sedangkan faktor non-
lembaga tani meliputi : 1 penyuluhan dan pelatihan petani, 2 fasilitasi kepada sumber permodalanbantuan kredit, dan 3 penyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi oleh penyuluh.
Variabe l penyuluhan dicirikan oleh nilai kategori “0” yaitu responden
lebih memilih penyuluhan yang berkaitan dengan kelembagaan tani dan “1” yaitu responden lebih memilih penyuluhan yang berkaitan dengan
non-kelembagaan. X
3
= Variabel mekanisme perizinan Dimen
si perizinan dicirikan oleh nilai kategori “0” yaitu responden lebih memilih tidak setuju jika alih fungsi lahan dilakukan dengan ganti rugi
ruang lahan dan sarana pendukungnya dan “1” yaitu responden lebih memilih atau setuju jika alih fungsi lahan dilakukan dengan ganti ruang
lahan dan sarana pendukungnya.Alih fungsi lahan dengan ganti ruang lahan dan sarana pendukungnya meliput kesediaan bagi pelaku alih fungsi
lahan pertanian pangan untuk memenuhi kewajibannya mengganti lahan sawah yang dialihfungsikan beserta penggantian sejumlah nilai investasi
yang terdapat pada lahan pertanian pangan tersebut.
3.4.3 Analisis Manajemen Kolaborasi
Analisis manajemen kolaborasi digunakan untuk mengidentifikasi berbagai peran dari parapihak antar lain meliputi pihak yang berkepentingan, peran
parapihak, motif atau kepentingan, pengaruh, sumber daya yang dimiliki, tempat kedudukan parapihak serta adanya konflik kepentingan antar parapihak yang
mungkin akan terjadi.
3.5 Metode Perumusan Strategi Metode perumusan strategi digunakan untuk menganalisis alternatif strategi
yang mungkin muncul dari faktor-faktor hasil analisis data primer dan data sekunder.
3.5.1 Analisis SWOT
Analisis ini mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian peneliti harus menganalisa faktor-faktor strategis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam kondisi yang ada saat ini.
Identifikasi faktor terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.Faktor- faktor internal tersebut merupakan semua unsur yang berhubungan dengan objek
sasaran kebijakan pemerintah daerah dan faktor eksternal yang merupakan semua unsur yang berhubungan dengan faktor selain dari sisi sasaran tersebut.Unsur-
unsur internal dan eksternal yang diidentifikasi diperoleh dari hasil analisis terhadap data primer dan sekunder yang digunakan.
Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal disandingkan dalam matrik SWOT seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 6. Matriks SWOT Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats
Faktor Internal Faktor Eksternal
STRENGTHSS WEAKNESSES W
OPPORTUNITIES O STRATEGI S-O
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
THREATS T STRATEGI S-T
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI W-T Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 1997
3.5.2
Road Map Strategy
Strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis SWOT diatas, selanjutnya dipetakan ke dalam bentuk road map strategy. Menurut Baga 2009
pendekatan ini dapat menjelaskan beberapa hal yang mendasar, yaitu : 1. Road map menunjukkan adanya prioritas penanganan suatu strategi
dibandingkan strategi lainnya. Pendekatan road map tetap menganggap penting ke semua strategi yang berhasil dirumuskan pada tahapan
sebelumnya. Adapun prioritas akan terlihat pada urgensi penanganan yang lebih dahulu.
2. Road map menunjukkan adanya hubungan sekuensial antara satu strategi dengan lainnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuran yang
menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas strategi tersebut. 3. Dalam hal-hal tertentu hubungan sekuensial antara satu strategi dapat
mengarah pada hubungan resiprokal, dimana implementasi satu strategi sangat tergantung dan juga sangat mempengaruhi implementasi strategi
lainnya.
4. Satu hal yang tidak kalah pentingnya, bahwa pembuatan road map akan menjelaskan time-frame implementasi masing-masing strategi dalam periode
waktu tertentu.
4 KONDISI UMUM LOKASI
4.1. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah ± 298 939.30 Ha, dan
secara geografis terletak antara 6 º18’0”sampai 6º47’10” Lintang Selatan dan
106º23 ’45”sampai 107º13’30” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten
Bogor berbatasan dengan : 1. Kabupaten Tangerang Selatan, KabupatenKota Bekasi dan Kota Depok di
sebelah Utara; 2. Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di sebelah Timur;
3. Kabupaten Sukabumi dan Cianjur disebelah selatan; dan 4. Kabupaten Lebak Propinsi Banten di sebelah barat; serta
5. Kota Bogor yang terletak di tengah-tengah.
Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah pegunungan di bagian Selatan, hingga daerah dataran rendah di sebelah
Utara.Keberadaan sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bogor posisinya membentang dan mengalir dari daerah pegunungan di bagian Selatan ke arah
Utara. Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 6 Daerah Aliran Sungai DAS, yaitu DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, Sub DAS Kali
Bekasi serta Sub DAS Cipamingkis dan Cibeet. Sungai-sungai pada masing- masing DAS tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu
sebagai sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta berfungsi sebagai drainase utama wilayah.Disamping itu, di Kabupaten Bogor terdapat 91
danau atau situ dengan luas total 496.28 Ha serta 63 mata air.Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoir atau tempat peresapan air dan beberapa diantaranya
dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi dan budidaya perikanan. Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2000 menurut luas
wilayah diatas, yaitu untuk kawasan hutan lindung 42 175 Ha 13.30 , kawasan lahan basah 56 888 Ha 17.94 , kawasan lahan kering 47756 Ha 15.06 ,
kawasan tanaman tahunan 24797 Ha 7.82 , kawasan hutan produksi 51529 Ha 16.25 , kawasan pariwisata 1681 Ha 0.53 , kawasan permukiman
perdesaan 20 326 Ha 6.41, kawasan permukiman perkotaan 52 036 Ha 16.41 , kawasan pengembangan perkotaan 14 527 Ha 4.60 dan kawasan
peruntukan industri 5327 Ha 1.68 .
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 413 desa dan 17 kelurahan 430 desakelurahan, 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup dalam
40 Kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 Kecamatan di tahun 2005, yaitu
dengan membentuk Kecamatan Leuwisadeng pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Tenjolaya pemekaran dari Kecamatan Ciampea,
Kecamatan Tanjungsari pemekaran dari Kecamatan Cariu, Kecamatan Cigombong pemekaran dari Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Tajurhalang
pemekaran dari Kecamatan Bojonggede. Selain itu, pada tingkatan desa, telah dibentuk pula sebuah desa baru pada akhir tahun 2006, yaitu Desa Wirajaya,
sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug pada Kecamatan Jasinga dan pada awal
tahun 2011 telah dibentuk 2 dua desa baru yaitu Desa Gunung Mulya hasil pemekaran dari Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya dan Desa Batu Tulis
hasil pemekaran dari Desa Parakan Muncang Kecamatan Nanggung, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 430 desakelurahan.
Sumber : Bappeda, 2012
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Bogor
Berdasarkan strategi perwilayahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bogor, maka wilayah
Kabupaten Bogor dikelompokkan ke dalam 3 Wilayah Pembangunan, yaitu : 1 Strategi percepatan di wilayah Bogor Barat, yang mencakup 13 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Tenjo dan
Parungpanjang, dengan total wilayah seluas 128750 Ha; 2 Strategi pengendalian di wilayah Bogor Tengah, yang mencakup 20 Kecamatan, yaitu Kecamatan
Dramaga, Ciomas, Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang, Citeureup, Cibinong, Bojonggede,
Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur, dengan total wilayah seluas 87 552 Ha; 3 Strategi pemantapan di
wilayah Bogor Timur, yang mencakup 7 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Cileungsi, Klapanunggal dan
Kecamatan Gunung Putri, dengan total wilayah seluas 100800 Ha.
Sumber :Bappeda, 2012
Gambar 5. Peta Wilayah Pembangunan Kabupaten Bogor
4.2. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berdasarkan estimasi data Badan Pusat Statistik BPS berjumlah 4922205 jiwa angka sementara yang
terdiri dari penduduk laki-laki 2510325 jiwa dan penduduk perempuan 2411880 jiwa. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan bilamana dibandingkan
dengan penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 4771932 jiwa. Kondisi ini menyebabkan tingginya rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor,
laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebesar 3.15 . Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Putri sebesar
6.27, Kecamatan Bojonggede sebesar 5.86, Kecamatan Cileungsi sebesar 5.72 dan Kecamatan Cibinong sebesar 4.62 , Parung sebesar 4.22, Gunung
Sindur sebesar 4.31 dan Tajur halang sebesar 4.16. Pertambahan penduduk di tujuh kecamatan tersebut dapat dikatakan pesat karena merupakan pusat
pengembangan usaha industri dan permukiman. Disana cukup berkembang beragam jenis usaha industri besar maupun sedang, yang menyebabkan tingginya
migrasi masuk penduduk dari luar kecamatan sebagai tenaga kerja untuk bermukim di kecamatan setempat.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Bogor masih bertumpu pada Kecamatan Cibinong yakni
sebesar 6.84, Kecamatan Gunung Putri 6.49 dan Kecamatan Cileungsi sebesar 5.16, sedangkan kecamatan lainnya kurang dari angka 4. Berdasarkan luas
wilayah Kabupaten Bogor sebesar ±298838.30 Ha yang didiami oleh
SKALA 1 : 450.000
PETA WILAYAH PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN BEKASI
KABUPATEN KARAWANG
KABUPATEN CIANJUR KABUPATEN SUKABUMI
KAB. LEBAK
KABUPATEN TANGERANG KOTA
BEKASI DKI JAKARTA
KOTA DEPOK
KOTA BOGOR
Kec. Parung
panjang
Kec. Tenjolaya
Kec. Tenjo
Kec. Tanjungsari
Kec. Tamansari
Kec. Tajur
halang
Kec. Sukaraja
Kec. Sukamakm ur Kec.
Sukajaya Kec.
Rumpin Kec.
Ranca bungur
Kec. Parung
Kec. Pamijahan Kec. Nanggung
Kec. Megamendung
Kec. Leuwisadeng
Kec. Leuwiliang
Kec. Klapanunggal
Kec. Kem ang
Kec. Jonggol Kec. Jasinga
Kec. Gunung
P utri Kec.
Gunung Sindur
Kec. Dramaga
Kec. Citeureup
Kec. Ciseeng
Kec. Cisarua
Kec. Ciomas
Kec. Cileungsi
Kec. Cijeruk Kec. Cigudeg
Kec. Cigom bong
Kec. Cibung-
bulang Kec.
Cibinong
Kec. Ciawi
Kec. Ciampea
Kec. Cariu
Kec. Caringin Kec.
Bojong Gede
Kec. Babakan Madang
6° 4
6 °
4 6°
3 6
° 3
6° 2
6 °
2
106 °30
106 °30
106 °40
106 °40
106 °50
106 °50
107 °00
107 °00
107 °10
107 °10
WILAYAH BARAT WILAYAH
TENGAH WILAYAH TIMUR
BATAS KECAMATAN BATAS WILAYAH
PEMBANGUNAN WILAYAH BARAT
WILAYAH TENGAH WILAYAH TIMUR
KETERANGAN :
4771932orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1791 orangkm². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah
kecamatan Ciomas, yakni sebanyak 9148 orangkm², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjungsari, yakni sebanyak 385 orangkm². Sementara
itu, Kecamatan Cibinong, Gunung Putri dan Cileungsi adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yang masing-
masing berjumlah 326519 orang, 309918 orang dan 246 369 orang. Sedangkan Kecamatan Cariu merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni
sebanyak 46186 orang.
Datasex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di
Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 1, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di
daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya dibawah 1, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 0.99, yang artinya setiap 100 orang
perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak
pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri.
Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan diatas secara ringkas disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 7. Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011
NO INDIKATOR
REALISASI KINERJA 2008
2009 2010
2011
1 Jumlah penduduk jiwa
4 505679 4643186
4771932 4922205
2 Laju pertumbuhan penduduk
3.08 3.05
3.15 3.15
3 Jumlah pengangguran terbuka
org 231561
194221 205032
181880 4
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
63.01 62.99
59.60 62.72
Sumber : LKPJ Bupati Bogor Tahun Anggaran 2011 Angka estimasi
4.3. Kondisi Perekonomian