1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya kesadaran kritis tentang semakin terbatasnya sumberdaya alam yang tersedia dan kebutuhan manusia yang terus meningkat mengharuskan pendekatan
pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien. Lebih dari itu, pengorbanan sumberdaya tidak boleh mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang
akan datang. Dalam perspektif konsep keberimbangan, pendekatan pembangunan dituntut untuk memperhatikan keberimbangan dan keadilan antar generasi inter
generational equity. Konsep pendekatan pembangunan yang selanjutnya dikenal dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development, yakni suatu
konsep pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan datang Rustiadi, 2011.
Konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana dikemukakan oleh Serageldin 1996 dalam Rustiadi et al
2011 sebagai “a triangular framework”, yakni keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi.Sementara Spangenberg
1999 dalam Rustiadi et al 2011 menambahkan dimensi kelembagaan institution sebagai dimensi keempat keberlanjutan, sehingga keempat dimensi
tersebut membentuk suatu prisma keberlanjutan prism of sustainability.
Anwar 1991 dalam Priyadi 1996 mengemukakan pembangunan pertanian berkelanjutan dalam konteks regional memerlukan adanya pandangan
terhadap perlunya menciptakan sistem pengelolaan secara regionalisasi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan disertai dengan pengukuhan hak-hak
pengelolaan yang dilakukan secara lokal oleh masyarakat setempat. Sistem pengelolaan tersebut diperlukan agar pengelolaan yang berkaitan dengan
eksploitasi sumberdaya dilakukan mampu memberikan multiplier tenaga kerja dan pendapatan kepada wilayah dan lebih menjamin keberlanjutannya.Selaras dengan
upaya pengelolaan lingkungan hidup Djojohadikusumo 1994 dalam Priyadi 1996 menyatakan bahwa tanpa adanya pembangunan ekonomi, mustahil
dipelihara dan diamankan sumber daya alam dalam perkembangan masa depan sehingga akan terjadi kemerosotan pada kualitas lingkungan hidup. Sebaliknya
pembangunan yang tidak memperhatikan pengamanan lingkungan hidup membawa akibat bahwa proses pembangunan cepat atau lambat akan mengalami
stagnasi bahkan kemunduran.
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pembangunan sektor pertanian yang dewasa ini proporsinya terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut di
satu sisi adalah sebagai konsekwensi perkembangan struktur perekominan daerah yang akan cenderung bergeser dengan meningkatnya dominasi sektor-sektor
sekunder dan tersier. Namun di sisi lain juga akibat adanya pelambatan pertumbuhan pembangunan pertanian akibat belum optimalnya pengelolaan
pembangunan
pertanian itu
sendiri.Kurang optimalnya
pertumbuhan pembangunan bidang pertanian berdampak pada penurunan aktivitas pada sektor-
sektor lain seperti sektor industri, perdagangan, dan konstruksi. Dampak tersebut telah menimbulkan dampak ikutan di perkotaan berupa peningkatan
pengangguran, serta dampak ikutan lainnya yang juga terjadi di wilayah perdesaanBappeda, 2010.
Sejalan dengan penurunan pembangunan pada sektor pertanian, terkait pula dengan ketahanan dan kedaulatan pangan, alih fungsi lahan pertanian sebagai
ancaman yang berimplikasi serius terhadap produksi pangan, lingkungan fisik serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang kehidupannya
bergantung pada lahan pertanian.Kurangnya keseimbangan dalam melakukan upaya-upaya terpadu dalam mengembangkan lahan pertanian melalui pencetakan
lahan pertanian yang baru dan potensial serta semakin sempitnya luas lahan yang diusahakan dalam usaha pertanian sehingga berdampak pada tingkat kesejahteraan
petani, terbatasnya penguasaanpemilikan lahan. Disisi lain, urbanisasi yang tidak terkendali berdampak pada meluasnya aktivitas-aktivitas perkotaan yang semakin
mendesak aktivitas-aktivitas pertanian di kawasan perdesaan yang berbatasan langsung dengan perkotaan.Lahan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis
bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris karena terdapat sejumlah besar penduduk Indonesia yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Oleh
karena itu, lahan merupakan sumber daya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu
meningkat.Undang-undang, 2009.
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pembangunan pertanian sebagai
potensi daerah yang bersinergi dengan kewenangan pemerintah pusat.Salah satu program pemerintah adalah ketahanan pangan.Disamping pemerintah pusat
menyelenggarakan program ketahanan pangan, dengan adanya otonomi daerah, bagi daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian, program ketahanan pangan
juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Program ketahanan pangan masih menjadi fokus pemerintah daerah selama angka tingkat kecukupan pangan di daerah tersebut belum mencapai seratus
persen. Di Kabupaten Bogor, angka tingkat kecukupan pangan pada tahun 2010 mencapai 69.98 persen. Sedangkan angka tingkat kecukupan pangan pada tahun
sebelumnya sebesar 69.38 persen.Hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya laju pertumbuhan penduduk maupun laju konversi lahan pertanian
menjadi kegiatan ekonomi non-pertanian.
Kabupaten Bogor dengan dengan luas wilayah ±298838.30 Ha yang terdiri dari 40 kecamatan, 411 desa dan 17 kelurahan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 4 302974 orang pada tahun 2008. Pada tahun 2009, jumlah penduduk sebesar 4 477 296 orang yang berarti telah terjadi kenaikan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2.78 .Sementara pada tahun 2010, jumlah penduduk mengalami kenaikan menjadi 4763209 orang atau meningkat sebanyak 285913
orang.
Dalam rangka mewujudkan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, pemerintah Kabupaten Bogor sedang mengupayakan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan sebagai salah satu bentuk perlindungan dan jaminan terhadap ketersediaan lahan secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi petani.Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian menyangkut bagaimana strategi pengelolaan kepentingan
para pihak terhadap upaya perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutandiKabupaten Bogor.
1.2 Perumusan Permasalahan