2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.
Penelitian Terdahulu
No Sumber
Tujuan Penelitian Metode
Hasil Penelitian
1 Ita Carolina,
2005 Analisis
Perubahan Penggunaan
Lahan Di Jabodetabek
Mengetahui pola spasial dinamika perubahan penggunaan
lahan di Jabodetabek, dari tahun 1992-2001.
Mengetahui faktor-faktor utama penentu dinamika spasial
perubahan penggunaan lahan di Jabodetabek serta besarnya
pengaruh dari faktor utama tersebut terhadap peluang
perubahan penggunaan lahan Klasifikasi penggunaan
lahan melalui citra landsat multitemporal1992
2001 Analisis dengan model
logistik Parameter model diduga
dengan metode Maximum Likelihood menggunakan
softwarestatistic. 1. Umumnya lahan yang paling besar peluangnya untuk berubah
menjadi urban adalah lahan yang dahulunya digunakan sebagai pertanian lahan kering.
2 Nofarianty
2007 Analisis
Potensi Lahan
Sawah Untuk
Pencadangan Kawasan
Produksi Beras Di
Kabupaten Agam
– Sumatera
Barat Analisis perumusan indikator
kelayakan wilayah untuk pencadangan kawasan produksi
beras. Analisis struktur keterkaitan antar
indikator dan indeks komposit kelayakan wilayah untuk
pencadangan kawasan produksi beras.
Analisis pengelompokan dan tipologi wilayah berdasarkan
hirarki kelayakan wilayah untuk kawasan produksi beras.
Analisis dan pemetaan pola spasial tipologi wilayah untuk
pencadangan kawasan produksi beras.
Analisa land rend usaha tani pada Analisis deskriptif
Analisis statistic multivariate
Cluster analysis 1. Lahan potensial sesuai untuk padi dan dapat dijadikan sebagai
kawasan produksi beras seluas 29.81 dari luas areal potensial pengembangan sawah.
2. Untuk menentukan wilayah yang akan dijadikan kawasan produksi beras di Kabupaten Agam menggunakan 20 peubah
yang memberikan pengaruh yang nyata faktor loading 0.55 dari 30 peubah yang dirumuskan karena 10 peubah yang
dibuang tersebut bersifat homogeny di setiap lokasi penelitian
3. Indeks komposit yang terbentuk dalam struktur keterkaitan antar peubah merupakan peubah yang terkait dengan
sumberdaya lahan, luas penguasaan lahan sumberdaya petani, ketersediaan alat-alat pertanian dan sistem pengairan serta
intensitas penyuluhan.
4. Prosentase terhadap total jumlah nagari untuk masing-masing tipologi wilayah berdasarkan kelayakan wilayah untuk
pencadangan kawasan produksi beras berturut-turut adalah 6.9 untuk tipologi layak; 21.9 tipologi agak layak; 60.3
tipologi kurang layak; 11.0 yang tergolong tipologi tidak
13
No Sumber
Tujuan Penelitian Metode
Hasil Penelitian
masing-masing tipologi wilayah untuk pencadangan kawasan
produksi beras. layak
5. Land rent untuk tipologi layak sebesar Rp 3 450000Hatahun, tipologi agak layak Rp 2798800Hatahun dan tipologi kurang
layak Rp 2243000Hatahun. 3
Ni Made Esti
Nurmani 2007
Keterkaitan Pajak Lahan
Dengan Penggunaan
Lahan Studi Kasus
Kecamatan Cibinong
dan Cileungsi
Kabupaten Bogor
Mengetahui konsistensi RDTRKRUTRK
Mengetahui perbedaan nilai jual objek pajak NJOP antara lahan
yang dimanfaatkan konsistensi dan tidak konsistensi dengan
RDTRKRUTRK
Mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap pajak
lahan Mengetahui rasio NJOP terhadap
land rent Analisis spasial, matrik
logika Analisis spasial, uji mann-
whitney Analisis spasial, regresi
berganda Analisis spasial, finansial
dan korelasi spearman 1. Inkonsistensi pemanfaatan ruang terhadap RDTRK di
Kecamatan Cibinong sebagian besar terjadi pada kawasan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan terbangun
sebesar 303.4 Ha dan kawasan lindung berubah manjadi kawasan terbangun sebesar 246.6 Ha. Sedangkan di
Kecamatan Cileungsi inkonsistensi pemanfaatan ruang sebagian besar terjadi kawasan permukiman yang berubah
menjadi industri sebesar 191.9 Ha dan kawasan lindung menjadi kawasan terbangun sebesar 109.8 Ha.
2. Tidak ada perbedaan NJOP antara lahan yang dimanfaatkan konsisten dan tidak konsisten sesuai arahan RDTRKRUTRK.
3. Penggunaan lahan berupa industri dan perdagangan dan jasa memberikan pengaruh terhadap pajak lahan, sedangkan
intensitas bangunan berupa ketinggian bangunan 4-24 m dan KDB 50-75 juga ada pengaruhnya terhadap pajak lahan.
4. Land rent tertinggi di kedua kecamatan adalah industri yaitu sebesar Rp 414 246m
2
tahun di Kecamatan Cibinong dan Rp 363 185m
2
tahun di Kecamatan Cileungsi, sedangkan land rent terendah untuk kebun campuran di Kecamatan Cibinong
sebesar Rp 1477m
2
tahun dan lahan kosong di Kecamatan Cileungsi Rp 2248m
2
tahun. 4
Erni Purbiyanti
2013 Dampak
Konversi Lahan
Sawah Di Jawa Dan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
sawah di Jawa dan luar Jawa. Menganalisis dampak konversi
lahan sawah di Jawa dan luar Jawa terhadap ketersediaan dan
akses pangan nasional. Menganalisis dampak kebijakan
Metode 2-SLS Two Stage Least Squares.
Metode 3-SLS Three Stage Least Squares.
LIML Limited Information Maximum
Likelihood atau FIML Full Information
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di Jawa dipengaruhi secara signifikan oleh peubah perubahan
kontribusi sektor bangunan dan rasio pendapatan regional riil dimana pertumbuhan ekonomi yang disertai peningkatan
pendapatan regional riil memberi konsekwensi terhadap peningkatan persaingan lahan dari penggunaan pertanian
pangan ke penggunaan non-pertanian pangan yang memberi nilai rente lahan yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang
No Sumber
Tujuan Penelitian Metode
Hasil Penelitian
Luar Jawa Terhadap
Ketersediaan Dan Akses
Pangan Nasional
ekonomi di sektor pertanian terhadap ketersediaan dan akses
pangan nasional. Menganalisis dampak kebijakan
ekonomi di sektor pertanian terhadap perubahan surplus
produsen, surplus konsumen dan penerimaan pemerintah sebagai
indikator tingkat kesejahteraana Maximum Likelihood
mempengaruhi konversi lahan sawah di luar Jawa secara signifikan oleh peubah rasio pendapatan regional riil dan
konversi lahan sawah di luar jawa tahun sebelumnya. 2. Analisa dampak konversi lahan sawah terhadap ketersediaan
dan akses pangan per kapita menunjukkan bahwa ketersediaan beras dipengaruhi secara signifikan oleh
perubahan harga riil gabah tingkat petani di Indonesia, rasio luas areal panen padi dengan jumlah penduduk total di
Indonesia, konversi lahan sawah di Indonesia, jumlah beras impor Indonesia, tren waktu, dan ketersediaan beras per
kapita tahun sebelumnya.
3. Hasil simulasi beberapa alternatif kebijakan menunjukkan bahwa disagregasi berdasarkan wilayah Jawa dan luar Jawa
yang disertai kebijakan tanpa impor, Jawa memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal kemandirian pangan
daripada luar Jawa. Namun demikian, konversi lahan sawah yang terjadi di Jawa memberikan dampak negatif yang lebih
besar terhadap akses pangan per kapita dibandingkan dengan di luar Jawa. Kehilangan produksi akibat konversi lahan
sawah yang berlangsung saat ini dapat dikompensasi oleh impor, sehingga seolah-olah ketersediaan dan akses pangan
perkapita masih mengalami peningkatan sampai pada tingkat konversi lahan tertentu.
4. Dampak alternatif kabijakan terhadap perubahan indikator kesejahteraan menunjukkan bahwa implementasi kebijakan
riil gabah pembelian pemerintah dinilai mubazir dan tidak efektif jika diterapkan bersamaan dengan harga riil gabah di
tingkat petani, karena perubahan harga riil gabah di tingkat petani lebih dipengaruhi oleh mekanisme pasar yang ada.
15
2.5 Strategi