4771932orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1791 orangkm². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah
kecamatan Ciomas, yakni sebanyak 9148 orangkm², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjungsari, yakni sebanyak 385 orangkm². Sementara
itu, Kecamatan Cibinong, Gunung Putri dan Cileungsi adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yang masing-
masing berjumlah 326519 orang, 309918 orang dan 246 369 orang. Sedangkan Kecamatan Cariu merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni
sebanyak 46186 orang.
Datasex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di
Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 1, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di
daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya dibawah 1, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 0.99, yang artinya setiap 100 orang
perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak
pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri.
Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan diatas secara ringkas disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 7. Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011
NO INDIKATOR
REALISASI KINERJA 2008
2009 2010
2011
1 Jumlah penduduk jiwa
4 505679 4643186
4771932 4922205
2 Laju pertumbuhan penduduk
3.08 3.05
3.15 3.15
3 Jumlah pengangguran terbuka
org 231561
194221 205032
181880 4
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
63.01 62.99
59.60 62.72
Sumber : LKPJ Bupati Bogor Tahun Anggaran 2011 Angka estimasi
4.3. Kondisi Perekonomian
Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak
ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Pada tahun 2011,
PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mencapai Rp.82.69 trilyun, lebih tinggi dari nilai PDRB pada tahun 2010 sebesar Rp. 73.80 triliyun atau
meningkat 12.06 , sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan mencapai Rp. 34.37 triliyun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar Rp. 32.52 triliyun atau naik
5.70 . Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh
angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 berdasarkan harga konstan sebesar 5.70 . Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi tahun 2011
yang cukup rendah. Sebagaimana terlihat dari inflasi nasional sebesar 3.79 , inflasi Jawa Barat sebesar 3.10 , sedangkan tingkat inflasi di Bogor mencapai
2.85 , jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada tahun 2010, yaitu sebesar 6.79 .
Selanjutnya, untuk melihat prosentase kontribusi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha, maka komposisi laju pertumbuhan
ekonominya sebagai berikut : 1. Sektor primer yang meliputi lapangan usaha :pertanian, perkebunan,
peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar -0.04,pertambangan dan penggalian sebesar 0.07. Total kontribusinya terhadap LPE sektor primer
sebesar 0.03;
2. Sektor sekunder yang meliputi lapangan usaha : industri pengolahan sebesar 3.18, listrik, gas dan air bersih sebesar 0.21 dan bangunan sebesar 0.30.
Total kontribusinya terhadap LPE sektor sekunder sebesar 3.69; 3. Sektor tersier yang meliputi lapangan usaha : perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 1.37, pengangkutan dan komunikasi sebesar 0.27, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0.13 serta jasa-jasa lainnya sebesar
0.21. Totalkontribusinya terhadap sektor tersier sebesar 1.98.
Berdasarkan uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi laju pertumbuhan ekonomi dari kelompok lapangan usaha sektor sekunder lebih tinggi
dari sektor primer maupun sektor tersier, terlihat dari total kontribusi terhadapLPE tertinggi, yaitu sektor sekunder sebesar 3.69 dan terendah sektor primer sebesar
0.03. Kondisi demikian mengindikasikan peranan pertumbuhan industri bergerak positif seiring dengan dimulainya realisasi investasi yang masuk ke
Kabupaten Bogor pada kelompok lapangan usaha di sektor sekunder tersebut. Selain itu, tingginya kontribusi sektor sekunder ini membuka peluang dalam
menunjang sektor lain bergerak terutama sektor primer, khususnya kelompok lapangan usaha pertanian yang kontribusi terhadap laju pertumbuhannya sebesar -
0.04.
Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama, maka
diperoleh tingkat pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku yaitu mencapai Rp.16781675,- jutakapitatahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari tingkat
pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor baik pada tahun 2010 maupun tahun 2009. Bilamana pendapatan per kapita di atas, dihitung berdasarkan tingkat
pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku pada setiap bulan, maka diperoleh pendapatannya sebesar Rp.1398473,-kapitabulan. Demikian pula apabila dihitung
pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, maka hasilnya sebesar Rp.581357,-kapitabulan.
Perbandingan realisasi indikator makro ekonomi Kabupaten Bogor pada kurun waktu 2009 sampai 2011 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2009-
2011
No INDIKATOR
REALISASI KINERJA 2009
2010 2011
1 Nilai PDRB Rp. Juta
a. Berdasarkan Harga Berlaku
66083789 73800700
82699458 Primer
3 704824 4126720
4387943 Sekunder
44 952879 49614606
55043884 Tersier
17426085 20059375
23267631 b.
Berdasarkan Harga Konstan 30952138
32526450 34378837
Primer 1 987 540
1987614 1996900
Sekunder 21220240
22178636 23378341
Tersier 7 844 357
8360199 9003596
2 Laju Pertumbuhan ekonomi
4.14 5.09
5.70 3
Inflasi 2.78
6.79 2.85
4 PDRB Perkapita Atas DasarHarga
Berlaku Rp. 14232423
15465580 16781675
5 PDRB Perkapita Atas DasarHarga
Konstan Rp. 6 666142
6 816201 6 976279
Sumber : Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor, kerjasama antara Bappeda Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor.
4.4. Kondisi Taraf Kesejahteraan Rakyat
Selain realisasi dari kondisi ekonomi yang telah dikemukakan, salah satu indikator dari taraf kesejahteraan rakyat yang biasa digunakan adalah Indikator
Indeks Pembangunan Manusia IPM dan Indikator Jumlah Penduduk Miskin. Realisasi pencapaian dari indikator IPM dan indikator jumlah penduduk
miskin adalah sebagai berikut :
1
Realisasi Indeks Pembangunan Manusia IPM komposit Kabupaten Bogor telah mencapai 72.82 poin pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa
realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 72.16 poin, atau meningkat sebesar 0.66 poin. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, kesehatan angka harapan
hidup maupun komponen ekonomi kemampuan daya beli masyarakat. Angka IPM sebesar 72.82 poin di atas, maka sesuai dengan klasifikasi
UNDP, angka tersebut termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat
sejahtera atas; Sementara itu, pencapaian IPM tahun 2010 sebesar 72.16 poin tersebut
masih di bawah IPM Nasional yang mencapai 72.27 dan IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 72.29. Dengan demikian Kabupaten Bogor pada tahun 2010
menempati urutan ke-13 di antara 26 kabupatenkota di Jawa Barat;
2
Realisasi komponen pembentuk IPM tahun 2011 berdasarkan estimasi BPS yaitu :
a. Angka Harapan Hidup AHH terealisasi sebesar 69.15 tahun, lebih
tinggi dari tahun 2010 sebesar 68.86 tahun, atau meningkat sebesar 0.29 tahun;
b. Angka Melek Huruf AMH terealisasi sebesar 95.89, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 95.02, atau meningkat sebesar 0.87 . Kondisi ini
disebabkan masih adanya individu atau warga Kabupaten Bogor yang belum bebas dari tiga buta yaitu buta pengetahuan dasar, buta bahasa
Indonesia dan buta huruf latin sebesar 4.11 dari total penduduk yang berusia di atas 15 tahun;
c. Rata-rata Lama Sekolah RLS terealisasi sebesar 8.25 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 7.98 tahun, atau meningkat sebesar 0.27 tahun.
Realisasi dari RLS diatas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun keatas secara rata-rata lama pendidikannya
telah mencapai setara dengan SMP kelas dua;
d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat Purchasing Power Parity = PPP yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan,
realisasinya pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 630890,- kapitabulan, lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 629620,-
kapitabulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2011, sebagai akibat dari
meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor.
3
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan angka estimasi BPS Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berjumlah 464365 jiwa, lebih rendah
dari tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 477100 jiwa 9.97, berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 12735 jiwa atau
turun sekitar 0.55 dibandingkan dengan tahun 2010. Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2010
tersebut 9.97, menempati urutan ke-343 dari 494 kabupatenkota di Indonesia.
Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 9. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor
Tahun 2009-2011
NO INDIKATOR
REALISASI KINERJA 2009
2010 2011
1 Indeks Pembangunan Manusia Komposit
71.35 72.16
72.82 Komponen IPM terdiri dari;
a. Angka Harapan Hidup AHH tahun
68.44 68.86
69.15 b. Angka Melek Huruf AMH
94.29 95.02
95.89 c.
Rata-rata Lama Sekolah RLS tahun 7.54
7.98 8.25
d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat
Konsumsi riil per kapita Rpkapbln 628340
629620 630890
2 Jumlah Penduduk Miskin jiwa
446040 477100
464365 Sumber : BPS Kabupaten Bogor;Tahun 2011
Angka Estimasi
4.5. Kondisi Sarana dan Prasarana