Matriks QSPM Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukkan 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT

4.3.5 Matriks QSPM

Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix. Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu : 1. Tuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan 2. Berikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Tuliskan alternatif strategi yang dievaluasi 4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS Atractiveness Score yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS. 5. Kalikan bobot dengan nilai AS 6. Hitung nilai totalnya Weighted Atractiveness ScoreWAS Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks QSPM Fakator Kunci Bobot Alternatif Strategi Strategi I Strategi II Strategi III AS WAS AS WAS AS WAS Peluang - - Ancaman - - Kekuatan - - Kelemahan - - Total Sumber :David, 2004

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian saprotan seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi. Menurut IFOAM 2004 dalam Januar 2006, pertanian organik adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Lebih jauh menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia SNI, 2002, sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pangan organik yang dirancang untuk : 1 mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan; 2 meningkatkan aktivitas biologis tanah; 3 menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang; 4 mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui; 5 mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6 mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7 menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8 bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi. Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1 tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2 tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3 produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1 kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2 penampilan fisik tanaman organik kurang bagus misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang dibandingkan dengan tanaman non-organik.

2.2 Prinsip Pertanian Organik

Prinsip pertanian organik menurut Pracaya dalam Januar 2006, yaitu pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemaran lingkungan hidup sekitarnya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : 1 memupuk dengan kompos, pupuk kandang; 2 memupuk dengan pupuk hijau; 3 memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan RPH, septic tank; dan 4 mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur.