Analisis Lingkungan Industri Analisis Faktor Eksternal .1 Lingkungan Makro

6.2.2.1 Potensi dan Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Ancaman pendatang baru bagi industri beras orgamik dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Skala Ekonomis banyaknya pendatang baru dalam usaha beras organik seperti tumbuh kembangnya para kelompok tani beras organik dengan skala kecil. Pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil akan menghasilkan biaya per unit yang lebih besar. Hal ini akan membuat pendatang baru berskala kecil tersebut sulit untuk masuk ke dalam industri beras organik. 2. Differensisiasi Produk differensiasi produk menciptakan identifikasi merek yang untuk hal itu akan memaksa para pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar guna mendapatkan atau merebut perhatian pelanggan yang sudah loyal terhadap merek tertentu. Kelompok tani Cibeureum Jempol telah memiliki merek pada produknya yang sudah cukup loyal di telinga konsumennya untuk selalu diingat. Komoditas beras organik memiliki karakteristik yang berbeda dengan beras anorganik yaitu lebih ramah lingkungan karena diproduksi tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya. 3. Kebutuhan Modal Pendatang baru yang akan bersaing tidak harus memiliki modal yang terlalu besar karena skala usaha kelompok tani Cibeureum Jempol juga masih tergolong sederhana. Modal besar yang dimiliki kelompok tani ini adalah semangat yang besar pada pendiri kelompok tani ini, sehingga ia mampu menjalin koordinasi yang baik dengan berbagai pihak baik itu pemerintah, swasta, ataupun sesama kelompok tani guna mendukung kelancaran usahanya tersebut. Hal ini yang harus menjadi bahan pertimbangan besar bagi para pendatang baru tersebut. 4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala Kelompok tani Cibeureum jempol memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan pemerintah, swasta, maupun kelompok tani yang menjadi bimbingan dari pihak pemerintah. Bentuk kerjasama ini tidak hanya dalam bentuk bantuan modal tetapi juga dalam hal perkembangan tekonologi, pemasaran, dan peningkatan keterampilan dalam hal bududaya beras organik secara tepat. Dan hal ini tentunya akan sulit didapat oleh para pendatang baru 5. Akses Ke Saluran Distribusi Akses ke saluran distribusi pada kelompok tani Cibeureum Jempol sangatlah mudah karena banyaknya pihak yang mendukung pada perkembangan kelompok tani ini. Para distributor datang langsung ke kelompok tani Cibeureum Jempol. Akses ke saluran distribusi bagi para pendatang baru masih sangat rendah. 6. Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya para pendatang baru ke dalam industri, melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya ijin dan pembatasan akses ke bahan baku, sehingga jika pemerintah mulai menetapkan dan merealisasikan hal ini, akan sulit dan cukup lama bagi pendatang baru untuk mengurus perijinan dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan terhambatnya para pendatang baru dalam usaha beras organik.

6.2.2.2 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Keberadaan pemasok mempunyai peranan yang penting dalam kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Para pemasok dan produsen seringkali bekerjasama dengan menetapkan harga yang terjangkau, mutu barang yang lebih baik, penyerahan barang tepat waktu, dan mengurangi biaya sediaan. Adapun bentuk lain yaitu tanpa adanya perjanjian kerjasama terlebih dahulu sehingga memberikan kebebasan pada pihak perusahaan untuk memilih pemasoknya. Pada bisnis beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol ini, pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang tidak terlalu kuat karena kelompok tani ini tidak hanya bergantung pada hanya satu pemasok, tetapi juga pada pemasok lain. Artinya, jika pasokan yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas maka kelompok tani ini dapat membelinya dari pemasok lain seperti dari daerah cianjur maupun kelompok tani sejenis. Namun demikian kelompok tani ini juga tetap melindungi anggota kelompok tani dengan cara membeli beras yang dipanen oleh petani anggota dengan harga yang cukup tinggi sekitar Rp. 2500 perkilogram untuk gabah kering dan Rp. 1700 perkilogram untuk gabah basah. Dengan demikian, dalam usaha beras organik sampai saat ini tidak terlalu sulit untuk mendapat pemasok.

6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli.

Kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli, serta kemudahan konsumen beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun substitusinya adalah faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar-menawar pembeli. Tingkat penjualan beras organik bermerek beras sehat setiap bulannya mengalami peningkatan. Tingkat penjualan tertinggi pada kelompok tani Cibeurem Jempol yaitu pada bulan Juni 2008 sebanyak 15.135 kilogram seperti yang dapat dilihat bab I. Pembelinya berada di sekitar wilayah Bogor, Jakarta dan sekitarnya sesuai tempat distributor yang menjual beras sehat tersebut. Posisi tawar menawar yang kuat ini merupakan peluang bagi kelompok tani Cibeureum Jempol, dengan asumsi bahwa semakin banyak distributor dan pembeli yang membeli beras sehat ini, maka harga yang terjadi akan semakin tinggi. Hal ini mengingat akan keterbatasan stok beras organik yang tersedia sedangkan permintaan akan beras organik tersebut semakin meningkat.

6.2.2.4. Potensi Pengembangan Produk Pengganti atau Produk Substitusi

Produk substitusi merupakan produk-produk yang memiliki manfaat serta kegunaan yang sama sehingga dapat menggantikan fungsi produk lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Komoditas beras organik secara umum memiliki produk subtitusi pangan yang mengandung karbohidrat setara dengan beras, misalnya jagung, ubi, singkong, sorgum, roti dan lain sebagainya. Sifat produk subtitusi ini memberikan pengaruh secara langsung kelompok tani Cibeureum Jempol karena dapat mengurangi konsumsi terhadap beras. Keadaan yang saling menggantikan dalam pengkonsumsian komoditas beras akan mempengaruhi permintaan terhadap beras sehat. Apabila suatu saat didapatkan adanya kecenderungan masyarakat secara umum untuk beralih mengkonsumsi komoditas beras seperti yang diharapkan oleh pemerintah saat ini, maka konsumsi masyarakat akan komoditas beras akan mengalami penurunan. Penurunan tingkat konsumsi masyarakat akan menurunkan tingkat permintaan beras. Penurunan permintaan terhadap beras akan berpengaruh terhadap minat membeli beras sehat. Hal ini akan menjadi ancaman bagi kelompok tani Cibeureum Jempol bagi kegiatan usahanya.

6.2.2.5 Pesaing Dalam Industri Serta Tingkat Persaingannya

Tingkat persaingan pada usaha beras organik dalam suatu industri dipengaruhi oleh jumlah pesaing. Saat ini jumlah pesaing kelompok tani Cibeureum Jempol semakin meluas dimulai dari perusahaan perorangan maupun kelompok tani yang turut memproduksi beras organik. Namun keberadaan mereka tidak dapat dirasakan secara langsung sebagai pesaing oleh kelompok tani cibeureum Jempol ini. Adanya kelompok tani sejenis serta perusahaan yang memproduksi beras organik, dijadikan peluang bagi perkembangan kelompok tani Cibeuruem Jempol. Dalam arti, mereka dijadikan rekanan kerja dalam pemenuhan kebutuhan masyarakan atas beras organik. 6.3. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Internal Dan Eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol A. Faktor Strategis Internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol KEKUATAN 1. Memiliki Pimpinan Yang Berjiwa Sosial, Bertanggung Jawab, Cerdas, Semangat Yang Besar Dan Berjiwa Wirausaha Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki pimpinan yang memiliki semangat yang cukup besar untuk terus mengembangkan usaha beras organik serta meningkatkan kesejahteraan petani anggota yang memproduksi beras organik. Pak Amin selaku pimpinan kelompok tani berlatar pendidikan lulusan sekolah dasar, namun hal ini tidak menghambat pada semangatnya untuk terus mengembangkan usahanya dalam beras organik. Hal ini membuat banyak pihak tertarik untuk ikut serta dalam mengembangkan kelompok tani cibeureum Jempol ini diantaranya dinas agribisnis Kota Bogor, PT Pupuk Sriwijaya, serta kelompok- kelompok tani yang telah mengembangkan usaha beras organik lebih dulu. Pak Amin merupakan kekuatan bagi kelompok tani Cibeureum Jempol. 2. Memiliki Produk Yang Bernilai Ekonomis, Berdaya Saing Tinggi Dan Bersertifikasi Organik Dengan Nomor 215ARSSMKDNVIII07. Kelompok tani Cibeureum Jempol menghasilkan beras organik yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kelompok tani tersebut selalu berupaya untuk terus mengembangkan bibit beras organik unggul. Seperti halnya pada saat ini tengah dikembangkan beras organik bibit jepang yang memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi 0,6 ton per hektarnya serta harga yang lebih tinggi dari beras organik biasa yaitu seharga Rp.10.000 perkilogramnya. Namun demikian kelompok tani tersebut selalu menjaga keaslian produk organiknya dengan cara menguji beras yang dihasilkan di laboratorium. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing produk beras organik di pasar. 3. Memiliki Dukungan Penggilingan Yang Cukup Baik Dan Lengkap Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki sarana penggilingan yang cukup lengkap dan baik dengan kapasitas yang cukup besar yaitu sebanyak tiga ton perhari. Mesin penggilingan, lahan penjemuran, oven pengeringan serta sarana pengemasan sebagian besar adalah berasal dari bantuan pemerintah dan Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor baik itu yang diberikan berupa uang maupun alatnya langsung. 4. Terbina Suasana Kerja Yang Bersifat Kekeluargaan Dan Gotong Royong Antara Karyawan, Petani Anggota, Dan Ketua Kelompok Tani. Dalam mendukung tingkat kinerja pada kelompok tani Cibeureum Jempol dibuat suasana kerja senyaman mungkin dengan azas kekeluargaan dan gotong royong. Ketua kelompok tani tidak jarang turut serta dalam kegiatan produksi onfarm maupun off farm pada kelompok tani tersebut. Untuk mengevaluasi kinerja kelompok tani tersebut, ketua selalu mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali untuk menanggapi keluhan-keluhan para petani anggota tersebut. 5. Sudah Mampu Dilakukannya Uji coba Dan Pengembangan Terhadap Komoditas Padi Organik Unggulan Pada Lahan Milik Sendiri Kelompok tani Cibeureum Jempol lahan seluas 2.500 m 2 untuk melakukan uji coba dan pengembangan pada bibit unggul serta pupuk organik. Pada saat ini kelompok tani Cibeureum Jempol telah berhasil menciptakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan dapat dikembangkan oleh petani anggota yang melakukan kegiatan on-farm. Selain itu, kelompok tani Cibeureum Jempol juga telah meneliti dan mau mulai mengembangkan bibit unggul beras organik jepang yang merupakan hasil bantuan dari PT. Pupuk Sriwijaya. 6. Satu-Satunya Kelompok Tani Beras Organik Yang Melakukan Usaha Dari Mulai Hulu Sampai Hilir Di Bogor Pada perkembangan kelompok tani beras organik di bogor khususnya, kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok tani yang melakukan kegiatan onfarm yaitu berproduksi di lahan terbuka yang dilakukan oleh petani anggota hingga kegiatan off farm yaitu penanganan pasca panen. Dari mulai tahun 2004 hingga sekarang kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok tani yang masih bertahan hingga sekarang dibandingkan dengan kelompok tani bojong tani, karya tani, baraya, serta mukti tani dan lemah duwur. KELEMAHAN 1. Terjadinya Konversi Lahan dari Pertanian ke Non-Pertanian, Sehingga Lahan Yang Masih Produktif Semakin Menyempit Pada tahun 2004 kelompok tani Cibeureum Jempol awalnya memiliki lahan seluas 100 hektar dengan anggota 47 orang. Saat ini kelompok tani Cibeureum Jempol hanya memiliki lahan seluas 40 hektar dengan 40 orang anggota. Hal ini diakibatkan karena posisi petani anggota terus melemah akibat desakan dari cukong-cukong lahan yang terus memaksa petani untuk menjual lahan mereka kepada para cukong tersebut. Para petani ditakut takuti bahwa saluran irigasi yang masuk ke lahan mereka akan ditutup. Lahan pertanian yang dibeli tersebut direncanakan akan dibamgun usaha non agribisnis. 2. Kurangnya Pendidikan SDM Para Petani Anggota Yang Dimiliki. Tingkat pendidikan anggota kelompok tani Cibeureum Jempol sebagian besar adalah lulusan SD, SLTP dan satu orang lulusan sarjana. Hal ini mengakibatkan mudahnya para petani anggota dibodohi oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan kelompok tani ini berkembang. Oleh karena itu, pak Amin selaku ketua kelompok tani Cibeureum Jempol selalu memantau para petani anggotanya tersebut dengan mengadakan pertemuan rutin satu bulan sekali. 3. Sarana Dan Prasarana Yang Masih Terbatas Keterbatasan sarana dan prasarana pada kelompok tani Cibeureum Jempol ini terkait dengan jumlahnya, meskipun sudah mendapat bantuan dari Dinas Agribisnis setempat. Hal ini mengakibatkan tidak semua anggota kelompok tani dapat terpenuhi kebutuhannya akan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Contohnya adalah alat bajak yang jumlahnya hanya 3 unit mengakibatkan harus antrinya petani anggota dalam memanfaatkan sarana tersebut. 4. Sistem Keuangan Yang Masih Sangat Sederhana Pada sistem keuangan kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih digunakan buku tulis dan kalkulator biasa. Sistem komputerisasi hanya dimanfaatkan untuk pencarian informasi harga pasar serta banyaknya beras yang diimpor. Dan komputer ini pun bukan merupakan milik kelompok tani Cibeureum Jempol melainkan milik himpunan kelompok tani indonesia HKTI kota Bogor karena sekretaris dari kelompok tani Cibeureum Jempol ini juga bekerja pada lembaga HKTI tersebut. 5. Modal Kerja Yang Terbatas Pada perkembangan usaha beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih dipengaruhi oleh tingkat modal yang kecil. Sehingga skala kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih sangat sederhana. Pada awal berdirinya kelompok tani Cibeureum Jempol mereka mendapat bantuan modal dari pihak dinas agribisnis kota bogor sebanyak Rp. 90 juta dengan empat kali cicilan dan sampai saat ini belum ada penambahan modal lagi. 6. Kurang Konsistennya Anggota Organisasi Terhadap Tugas-Tugasnya Pada struktur organisasi kelompok tani Cibeureum Jempol, anggota organisasi tersebut tidak konsisten. Contohnya pada struktur organisasi ditetapkan tim pemasaran dan bendahara, tetapi hingga saat ini yang mengerjakan hal tersebut masih dilakukan oleh ketua serta istri yang sekaligus sebagai bendahara kelompok tani tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan. B. Faktor Strategis Eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol PELUANG 1. Adanya Program Pemerintah ”Go Organik” Program pemerintah ”Go Organik” ini yang menjadi peluang utama yang dilihat oleh pak Amin selaku ketua kelompok tani Cibeureum Jempol. Ia yakin bahwa dengan adanya program tersebut memberikan peluang yang besar bagi beras organik yang dikembangkannya. 2. Meningkatnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Gizi Untuk Hidup Sehat Dengan berkembangnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia saat ini, memberikan peluang yang besar terhadap usaha pertanian organik. Masyarakat menengah keatas sudah mulai peduli terhadap kandungan gizi pada setiap pangan yang dikonsumsinya, sehingga harga tidak menjadi masalah utama bagi konsumen jenis ini. Hal ini juga didorong oleh Departemen Pertanian yang memiliki visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia tahun 2010. 3. Adanya Dukungan Pemerintah Dengan Mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 Mengenai Ketahanan Pangan Keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya. 4. Tersedianya Pasar Beras Organik Yang masih Luas Keterbatasan persediaan beras yang ramah lingkungan atau beras organik mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan yang belum terpenuhi oleh beberapa produsen organik termasuk kelompok tani Cibeureum Jempol. Hal ini mengakibatkan masih luasnya pasar yang masih tersedia bagi komoditas beras organik ini. 5. Terjalin Kerjasama Yang Baik Dengan Kelompok Tani Sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, Serta Dinas Agribisnis kota Bogor Kelompok tani Cibeureum Jempol telah mendapatkan dukungan dari pihak Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam hal modal, teknologi serta pendidikan budidaya beras organik secara tepat. Kelompok tani ini juga medapat dukungan dari PT. Pupuk Sriwijaya dalam ketersediaan bibit beras organik unggul serta permodalan. Sedangkan dengan kelompok tani sejenis, kelompok tani ini tidak menganggapnya sebagai pesaing tetapi sebagai rekan dimana pada saat kelompok tani ini mengalami kelebihan permintaan maka untuk memenuhinya dilakukan kerjasama dengan kelompok tani sejenis tersebut. 6. Ketersediaan Air Yang Cukup Baik Bogor merupakan daerah hujan sehingga untuk ketersediaan air akan selalu terpenuhi. Kelompok tani Cibeureum Jempol mendapatkan sumber pengairan pada lahannya dari sumber air Gunung Salak. Dalam proses produksi air disalurkan dari gunung salak ke setiap lahan petani anggota. ANCAMAN 1. Tingkat Daya Beli Masyarakat Yang Masih Rendah Beras Organik dari sisi harga masih lebih mahal dibandingkan beras anorganik sehingga beras organik biasanya hanya dikonsumsi oleh masyarakat dari kalangan tertentu yang memiliki pendapatan menengah keatas. 2. Banyaknya Beredar Produk Organik Palsu Konsekuensi logis dari tingginya produk pangan organik dibandingkan dengan pangan sejenis dari pertanian konvensional adalah adanya jaminan terhadap ”keorganikan” produk tersebut. Konsumen perlu mendapat jaminan dan perlindungan bahwa produk yang dibelinya benar-benar produk organik. Jaminan terhadap produk pertanian organik bertumpu pada pemberian label. Pemberian label biasanya didiahului dengan kegiatan inspeksi oleh suatu lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi, namun karena lemahnya pengawasan terhadap jaminan produk organik yang beredar dipasaran, memungkinkan para produsen beras anorganik dalam memalsukan produknya seolah-olah beras yang dijual adalah beras organik karena ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi. 3. Adanya Program Diversifikasi Produk Pangan Meskipun beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, tetapi bagi keluarga miskin baiasanya jika tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli beras maka mereka cukup mengkonsumsi singkong dan sebagainya yang tumbuh dikebun mereka. Namun hal tersebut tidak perpengaruh terlalu besar terhadap permintaan akan beras karena budaya masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi beras. 4. Perubahan cuaca Climate Change dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia Kondisi cuaca di Indonesia saat ini yang tidak menentu patut menjadi ancaman untuk diperhitungkan. Telah banyak daerah yang mendapat dampak dari ketidakpastian ini, seperti Bali, Sulawesi Selatan, Jawa tangah bahkan Jakarta dan sekitarnya sekalipun. Kondisi seperti ini juga terjadi di daerah bogor, dimana terkadang curah hujan terlalu tinggi ataupun masa kemarau yang terlalu panjang. Meskipun saat ini tengah di buat rencana oleh Departemen Pertanian untuk menghadapi hal ini dengan mengeluarkan program diantaranya adaptasi dan mitigasi, namun sebagai pihak yang berusaha di lahan on-farm harus berusaha lebih awal lagi. Program adaptasi yaitu program penyesuaian kembali pola tanam sedangkan program mitigasi atau pencegahan yaitu program antisipasi petani pada saat melakukan budidaya. 5. Lahan Produksi Yang Semakin Menyempit Lahan pertanian yang tersedia di Indonesia saat ini hanya seluas 7,7 juta hektar sedangkan kebutuhan luasan lahan yang harusnya digunakan untuk pengembangan produksi pertanian seluas 11-15 juta hektar. Hal ini menjadi ancaman bagi pengusaha pertanian termasuk kelompok tani Cibeureum Jempol dalam usaha mengembangkan beras organiknya tersebut.

VII. PERUMUSAN STARTEGI PENGEMBANGAN USAHA

7.1 Tahap Pemasukan Data

Setelah diidentifikasi faktor eksternal dan internal yang akhirnya adalah merumuskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan kelompok tani Cibeureum Jempol. Berdasarkan informasi tersebut maka disusun faktor EFE dan IFE.

7.1.1 Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE terhadap faktor-faktor eksternal dari kelompok tani Cibeureum Jempol terbagi menjadi dua bagian yaitu peluang dan ancaman. Hasil analisis matriks EFE kelompok tani ini diperoleh nilai indeks kumulatif 3,300. Hasil evaluasi faktor-faktor eksternal kelompok tani Cibeureum Jempol didapat dari beberapa peluang, yaitu adanya program pemerintah “Go Organic”, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai Ketahanan Pangan, tersedianya pasar beras organik yang masih luas, terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat, serta ketersediaan air yang cukup baik. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi kelompok tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah, banyaknya beredar produk organik palsu, adanya program diversifikasi produk pangan, perubahan cuaca Climate Change, serta lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Tabel 15. Matriks EFE Kelompok Tani Cibeureum Jempol Faktor Startegis Eksternal Bobot Rating Skor PELUANG 1 Adanya program pemerintah “Go Organic” 0,099 4,000 0,396 2 Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat 0,096 3,667 0,352 3 Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai Ketahanan Pangan 0,087 3,333 0,319 4 Tersedianya pasar beras organik yang masih luas 0,083 2,667 0,221 5 Terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat 0,091 3,333 0,303 6 Ketersediaan air yang cukup baik 0,087 4,000 0,348 ANCAMAN 1 Tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah 0,101 3,333 0,337 2 Banyaknya beredar produk organik palsu 0,094 3,000 0,282 3 Adanya program diversifikasi produk pangan 0,093 3,000 0,279 4 Perubahan cuaca Climate Change dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia 0,071 2,000 0,142 5 Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia 0,107 3,000 0,321 TOTAL 1,000 3,300 Tabel 15 menunjukkan bahwa dengan adanya program pemerintah “Go Organic” memberikan peluang yang paling besar dengan nilai skor paling besar yaitu 0,396. Untuk ancaman yang paling besar adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih sangat rendah sehingga nilai skornya mencapai 0,337. Kondisi daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh masih sangat rendah.

7.1.2 Analisis Matriks IFE

Analisis matriks IFE dilakukan terhadap faktor-faktor internal dari unit- unit usaha kelompok tani Cibeureum Jempol yang terbagi menjadi kekuatan dan kelemahan. Dari hasil matriks IFE kelompok tani Cibeureum Jempol diperoleh nilai indeks kumulatif 2,432. Faktor kelemahan yang terbesar pada kelompok tani Cibeureum Jempol adalah terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-