Kandungan Pati Resisten dan Indeks Prebiotik dari Berbagai Produk Tepung dan Pati

menyebabkan pembentukan batu oksalat atau batu ginjal Griffins dan Abrams 2008. Selain itu, adanya oksalat dapat menurunkan penyerapan kalsium oleh tubuh dan menyebabkan timbulnya rasa gatal, sensasi terbakar serta iritasi pada kulit, mulut, tenggorokan Dahal dan Swamylingappa, 2006. Secara biologis kandungan kalsium oksalat dapat dihilangkan dengan fermentasi anaerobik memanfaatkan mikroba Lactobacillus plantarum, Rhyzopus oryzae, Saccharomyces cerevisiae, maupun Candida utilis Dahal dan Swamylingappa, 2006. Selain itu perendaman dengan larutan garam 1 selama 20 menit dilaporkan dapat menurunkan kadar oksalat secara maksimal hingga 37,2 menjadi 22,98 ppm serta mengurangi efek gatal pada talas Aboubakar et al. 2008.

2.2. Kandungan Pati Resisten dan Indeks Prebiotik dari Berbagai Produk Tepung dan Pati

Perbedaan kandungan pati resisten pada berbagai bahan pangan sangat dipengaruhi oleh kandungan total pati, rasio amilosa dan amilopektin, teknologi pengolahan pangan, teknik penyimpanan bahan pangan sebelum dikonsumsi, dan daya cerna suatu bahan pangan Zaragoza et al. 2010 dan Moongngarm 2013. Pada Tabel 2 ditunjukkan informasi tentang kandungan RS, pati non-RS, total pati dan indeks prebiotik pada berbagai produk tepung dan pati. Tabel 2. Kandungan RS, pati non-RS, total pati, indeks prebiotik pada berbagai produk tepung dan pati Bahan Pangan RS Pati non- RS Total Pati Indeks Prebiotik Referensi Tepung beras 2,15 71,63 73,78 1,5 Pongjanta et al. 2009 Pati beras 4,72 82,04 86,76 2,1 Pongjanta et al. 2009 Tepung jagung 1,16 35,07 36,23 1,1 Ozturk et al. 2009 Pati jagung 4,85 64,66 69,51 1,6 Miao et al. 2009 Tepung kentang 3,19 49,35 52,54 2,2 Moongngarm 2013 Pati kentang 6,30 63,72 70,02 2,6 Moongngarm 2013 Tepung singkong 4,12 59,61 63,74 2,1 Asbar 2014 Pati singkong 9,69 65,99 75,68 2,8 Mutungi et al. 2009 Tepung gandum 3,69 30,27 33,96 1,8 Sajilata et al. 2006 Pati gandum 5,30 53,72 59,02 2,2 Sajilata et al. 2006 Tepung pisang 6,14 51,99 58,13 4,6 Nurhayati et al. 2014 Pati pisang 15,87 55,03 70,90 5,8 Gonzalez-Soto et al. 2007 Tepung kedelai 7,84 41,73 49,58 2,8 Moongngarm 2013 Pati kedelai 8,18 48,19 56,37 3,4 Moongngarm 2013 Tepung kacang merah 9,54 24,54 34,10 1,4 Moongngarm 2013 Pati kacang merah 10,63 29,52 40,15 1,9 Moongngarm 2013 Tepung kacang hijau 2,33 23,40 25,73 1,8 Moongngarm 2013 Pati kacang hijau 4,59 44,28 48,87 2,3 Moongngarm 2013 Tepung dan pati adalah bahan pangan olahan yang lebih mudah diukur kandungan pati resistennya Moongngarm 2013. Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara pembuatan maupun karakteristik fisikokimia serta pemanfaatannya. Pati merupakan penyusun utama tepung yang hanya mengandung amilosa dan amilopektin Moongngarm 2013. Pada pembuatan tepung, seluruh komponen yang terkandung di dalam bahan pangan tetap dipertahankan keberadaannya sehingga tepung tidak hanya mengandung pati karena masih tercampur dengan protein, lemak, serat, vitamin dan mineral. Sementara itu pada pembuatan pati pada prinsipnya hanya mengekstrak kandungan patinya saja, sehingga komponen bahan pangan lain seperti lemak, protein dan serat pangan akan ikut terbuang pada proses pembuatan pati Moongngarm 2013. Moongngarm 2013 melaporkan bahwa kadar RS suatu bahan pangan yang dimodifikasi dalam bentuk tepung lebih rendah jika dibandingkan dalam bentuk pati. Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara amilosa dengan senyawa lain seperti protein, lipid, maupun mineral yang dapat mengganggu terjadinya pembentukan RS pada tepung. Sementara itu dalam bentuk pati, senyawa amilosa dan amilopektin diekstrak dari komponen senyawa lainnya sehingga proses pembentukan RS dapat terjadi dengan lebih mudah. Toma dan Pokrotnieks 2006 serta Huebner et al. 2007 melaporkan bahwa indeks prebiotik bahan pangan dalam bentuk pati lebih tinggi jika dibandingkan dengan dalam bentuk tepung. Hal ini dipengaruhi oleh lebih tingginya kadar RS bahan pangan dalam bentuk pati jika dibandingkan dengan dalam bentuk tepung. Kadar RS yang lebih tinggi tersebut dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik seperti Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium sp yang diindikasikan dengan peningkatan nilai indeks prebiotiknya Robertfroid 2007 dan Lesmes et al. 2009. 2.3. BAL Penghasil Enzim Amilase dan Pululanase Bakteri asam laktat BAL merupakan kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat. Bakteri asam laktat yang memiliki kemampuan memanfaatkan pati sebagai substratnya dikenal sebagai bakteri asam laktat penghasil enzim amilase dan pululanase Moradi et al. 2014. Enzim alfa amilase EC 3.2.1.1 adalah enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan α-1,4 glikosida pada amilosa secara acak menghasilkan campuran dekstrin, maltosa dan glukosa Bhanwar dan Ganguli 2014. Sementara itu enzim pululanase amilopektin 6 – glucanohydrolase, EC 3.2.1.41 adalah eksoenzim yang mengkatalisis hidrolisis α-1,6 penghubung amilopektin dan polisakarida lain untuk menghasilkan oligosakarida rantai pendek Asha et al. 2013. BAL yang menghasilkan dua molekul asam laktat dari fermentasi glukosa disebut bakteri asam laktat homofermentatif, sedangkan BAL yang menghasilkan satu molekul asam laktat dan satu molekul etanol serta satu molekul karbon dioksida disebut bakteri asam laktat heterofermentatif Reddy et al. 2008. Beberapa penelitian tentang peranan BAL penghasil amilase dan pululanase dalam fermentasi bahan pangan berpati ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil penelitian fermentasi BAL penghasil amilase dan pululanase pada bahan pangan yang mengandung pati BAL yang terlibat Bahan pangan yang difermentasi Mekanisme fermentasi Referensi Lactobacillus plantarum, L. fermentum, L. manihotivorans, L. amylophillus, L. amylovorus, L. amilolyticus, Leuconostoc cellobiosus, L. acidophillus Jagung, kentang, ubi kayu, serealia, biji- bijian Bakteri amilolitik tersebut ini menghasilkan enzim amilase dan asam yang dapat menghidrolisis parsial substrat pati Reddy et al. 2008 Lactobacillus plantarum Makanan khas Filipina yaitu burong isda yang terbuat dari ikan dan nasi BAL amilolitik menghasilkan enzim ekstraseluler yaitu amilase dan pululanase yang dapat menghidrolisis sebagian pati alami menjadi gula sederhana dan oligosakarida lain atau dekstrin Sanni et al. 2002 Lactobacillus fermentum Adonan pati jagung Benin ogi dan mawe Lactobacillus fermentum Nasi jollof pangan terfermentasi khas Nigeria Lactobacillus amylophilus GV6 Dedak gandum Lactobacillus amylophilus GV6 menghasilkan enzim amilase aktivitas spesifik 0.439 Ugmin dan enzim pululanase aktivitas spesifik 0.18 Ugmin dengan berat molekul 90 KDa yang berperan dalam fermentasi dedak gandum. Vishnu et al. 2006 Streptococcus bovis Pati gandum Streptococcus bovis menghasilkan enzim α- amilase yang akan memotong pati gandum pada ikatan endo- α 1,4 menghasilkan maltosa dan dekstrin; dan enzim pululanase akan memotong pati gandum pada ikatan endo- α 1,6 menghasilkan dekstrin linier Sikorsi et al. 2002 Lactobacillus plantarum dan L. fermentum Pati gandum, pati kentang dan pati kacang polong Fermentasi pati gandum, pati kentang dan pati kacang polong oleh BAL selama 24 jam menunjukkan perubahan mikrostruktur yaitu pembentukan struktur globular dan lamelar. Wronkowska et al. 2006

2.4. Pati Resisten

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5