Tabel 5. Beberapa Penelitian untuk Peningkatan RS dengan Debranching Pati
oleh Pululanase
Bahan Pangan Teknik Modifikasi
Kadar RS tertinggi
Referensi Pati beras tinggi
amilosa Memanaskan suspensi pati beras
15 pada 121 C selama 30 menit,
dihidrolisis oleh pululanase 8 Ug pati pada suhu 55
C selama 24 jam. 18,33
Pongjanta et al. 2009
Pati pisang Penggunaan enzim pululanase pada
konsentrasi 10,6 Ug pati pisang pada suhu inkubasi 50
C dengan waktu inkubasi 5 jam
13,45 Gonzales-Soto
et al. 2007
Pati singkong Debranching pati singkong dengan
pululanase 25 Ug pati, suhu 50 C
selama 24
jam dilanjutkan
pemanasan otoklaf pada 121 C
selama 15 menit. 21,40
Mutungi et al. 2009
Pati jagung tinggi amilosa
Debranching pati jagung tinggi amilosa dengan pululanase 1,5 Ug
pati, suhu inkubasi 60 C selama 48
jam, dilanjutkan autoclaving pada suhu 123
C dan penyimpanan suhu rendah
4 C,
lalu dikeringkan
dengan oven. 25,63
Ozturk et al. 2009
Pati jagung tinggi amilopektin waxy
maize Debranching waxy maize dengan
konsentrasi pululanase 10, 20, 40 Ug pati dan waktu inkubasi 6 jam,
dilanjutkan pemanasan otoklaf pada 121
C selama 30 menit dan disimpan pada 4
C selama 2 hari. 21,65
Miao et al. 2009
Pati sagu Debranching
pati sagu dengan
pululanase konsentrasi 40 Ug pati waktu inkubasi 8 jam, dilanjutkan
penyimpanan pasta pati sagu pada suhu 80
C selama 7 hari. 11,6
Leong et al. 2007
Pati garut Hidrolisis HCl 2,2N 2 jam, 35
o
C, debranching pululanase 10,4 Ug
pati 50
o
C, 24 jam dilanjutkan 3 siklus
pemanasan bertekanan-
pendinginan 39,3
Faridah et al. 2011
2.7. Sifat Prebiotik Pati Resisten
Menurut Toma dan Pokrotnieks 2006, Fuller 2007 dan Roberfroid 2007, suatu bahan pangan dapat diklaim memiliki sifat prebiotik apabila
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1 Tahan terhadap asam lambung dan tidak dihidrolisis oleh enzim pencernaan.
2 Tidak diabsorbsi oleh saluran gastrointestinal
3 Dapat menjadi substrat yang selektif untuk pertumbuhan bakteri probiotik di usus besar contohnya: Bifidobacterium bifidum maupun L. plantarum.
4 Tidak dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri enteropatogenik. Di samping itu prebiotik juga tidak diijinkan mengandung kontaminan dan
impuritis sehingga perlu mendapatkan status GRAS Generally Recognized As Safe atau setaranya Toma dan Pokrotnieks 2006. Pati resisten termasuk molekul
yang mempunyai panjang rantai derajat polimerisasi lebih pendek. Panjang rantai ini sangat berhubungan dengan kecepatan fermentasi. Roberfroid 2007
menjelaskan bahwa derajat polimerisasi suatu oligosakarida seperti kelompok β- fruktan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan fermentasi secara
in-vitro. Molekul dengan derajat polimerisasi DP kurang dari 10 seperti inulin akan difermentasi dua kali lebih cepat daripada molekul yang mempunyai DP
lebih dari 10 yaitu pati resisten RS Huebner et al. 2007.
Nurhayati et al. 2014 melaporkan bahwa RS3 dari tepung pisang modifikasi terbukti dapat memenuhi beberapa persyaratan sebagai komponen
prebiotik meliputi ketahanannya terhadap hidrolisis asam lambung, mampu meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus dan Bifidobacteria, menurunkan
pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan asam lemak rantai pendek terutama asam butirat dan memiliki indeks prebiotik lebih tinggi daripada RS2 tepung
pisang kontrol. RS3 juga bersifat spesifik untuk meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus acidophilus dan mampu menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri enteropatogenik seperti Entero Pathogenic Escherechia coli EPEC dan Salmonella typhimurium.
Selain RS pada tepung pisang modifikasi, RS pati jagung yang dihasilkan dari proses modifikasi secara kimia dapat menstimulasi pertumbuhan
Bifidobacteria sehingga merupakan prebiotik yang sangat potensial Mun dan Shin 2006. RS3 dari gandum, kentang dan kacang polong juga dapat
menstimulasi pertumbuhan bifidobakteria yaitu Bifidobacteria pseudolongum KSI9, B. breve KN14 dan B. animalis KS20a1 Wronkowska et al. 2006.
2.8. Metode Evaluasi Sifat Prebiotik