Aktivitas prebiotik terhadap bakteri penyebab diare

memiliki efek prebiotik dan indeks prebiotik di atas 2,0 dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Kandungan RS pada tepung talas FOC-1S dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri probiotik L. acidophilus LIPIMC-080 maupun L. plantarum D-240. Peningkatkan efek prebiotik dan indeks prebiotik dapat dilakukan dengan mengisolasi RS dari tepung talas maupun mengkonsumsi tepung talas FOC-1S dalam jumlah yang lebih besar 20 gramhari dengan mengaplikasikannya sebagai bahan pangan fungsional. L. acidophilus memiliki efek prebiotik dan indeks prebiotik yang lebih tinggi daripada L. plantarum Jenie et al. 2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa L. acidophilus lebih mudah ditumbuhkan dalam media prebiotik, sehingga sangat penting meningkatkan jumlah bakteri probiotik tersebut di usus besar untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan Huebner et al. 2007, Lesmes et al. 2009.

4.3.4. Aktivitas prebiotik terhadap bakteri penyebab diare

Bakteri patogen yang digunakan adalah bakteri Enteropathogenic Escherechia coli EPEC LIPIMC-060, bakteri ini diketahui sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan diare pada manusia dan dapat hidup dalam usus besar. Kultur awal EPEC LIPIMC-060 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4,85 – 5,02 log cfuml. Pertumbuhan EPEC LIPIMC-060 diuji pada media m-TSB ditambah 2,5 tepung talas kontrol tanpa fermentasi, m-TSB ditambah 2,5 tepung talas FOC-1S, m-TSB ditambah 2,5 inulin, dan m-TSB. Hasil memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah total koloni EPEC LIPIMC-060 ketika ditumbuhkan dalam keempat media tersebut tidak berbeda nyata p0,05 dan hanya berkisar antara 0,6-0,8 log cfuml. Jumlah total koloni EPEC LIPIMC-060 pada media tepung talas FOC-1S 5,71 log cfuml lebih rendah dibandingkan total koloni EPEC pada media m-TSB 5,80 log cfuml dan media tepung talas kontrol 5,78 log cfuml. Sementara itu jumlah total koloni EPEC pada media inulin 5,63 log cfuml adalah yang paling rendah jika dibandingkan dengan media yang lain. Hal ini mengindikasikan baik inulin maupun tepung talas FOC-1S kaya RS diindikasikan bersifat lebih selektif terhadap bakteri patogen EPEC. Tepung talas FOC-1S dan tepung talas kontrol diketahui masih mengandung karbohidrat selain RS yaitu pati dan serat pangan, sehingga diindikasikan bahwa baik bakteri probiotik dan EPEC juga memanfaatkan karbohidrat lain selain RS yang terdapat dalam tepung talas tersebut. Oleh karena itu, perlu dikonfirmasi sifat prebiotik dari RS dengan mengisolasi RS dari tepung talas FOC- 1S tersebut. Tamime 2005 melaporkan bahwa bakteri probiotik pada saluran pencernaan manusia maupun hewan diketahui memiliki fungsi proteksi melawan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Hal tersebut disebabkan oleh kompetisi antara bakteri probiotik dengan mikroorganisme patogen dari luar tubuh dalam menggunakan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Peningkatan metabolit yang dihasilkan bakteri probiotik dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Hipotesis yang menyebutkan bahwa kompetisi nutrisi terjadi antara bakteri probiotik dan mikroorganisme patogen dikemukakan berdasarkan sejumlah penelitian yang melaporkan bahwa mekanisme pengontrolan populasi dalam saluran pencernaan konsisten dengan teori kemostat. Konsep dasar dari teori kemostat adalah kelompok bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan berkompetisi dalam mendapatkan dan menggunakan senyawa-senyawa yang esensial bagi pertumbuhan Tamime 2005. Di dalam kolon, BAL probiotik akan mencerna RS menjadi senyawa-senyawa berberat molekul rendah yaitu asam lemak rantai pendek butirat, laktat, asetat, propionat. Asam lemak rantai pendek ini, termasuk juga hidrogen sulfida, dan asam empedu bebas, merupakan metabolit beracun yang merupakan faktor penghambat bagi bakteri patogen di saluran pencernaan. Hidrogen sulfida dilaporkan dapat menekan pertumbuhan EPEC pada saluran pencernaan manusia. Aktivitas prebiotik adalah kemampuan prebiotik untuk membantu pertumbuhan bakteri probiotik yang dihubungkan dengan selektivitasnya terhadap bakteri patogen dan dibandingkan dengan glukosa Lesmes et al. 2009. Bahan pangan memiliki aktivitas prebiotik positif lebih dari 0,25 jika dimetabolisme secara selektif oleh bakteri probiotik seperti L. acidophilus dan L. plantarum akan tetapi tidak dimetabolisme oleh bakteri patogen seperti EPEC Vrese dan Marteau 2007. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa inulin sebagai prebiotik komersial memiliki aktivitas prebiotik tertinggi dan bernilai positif ketika digunakan sebagai media pertumbuhan L. plantarum-EPEC 0,30 maupun L. acidophilus-EPEC 0,31. Gambar 18. Aktivitas prebiotik TTM terhadap L. plantarum D-240-EPEC LIPIMC- 060 dan L. acidophilus-EPEC Keterangan: Huruf yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan taraf nyata λ5 , α= 5 , setelah dilakukan uji statistik dengan BNT pada SPSS 17.0 Notasi: Kontrol tanpa fermentasi dan OC, FOC-1S fermentasi dengan 1 siklus OC Aktivitas prebiotik yang benilai positif juga dihasilkan oleh tepung talas FOC-1S yang digunakan sebagai media pertumbuhan L. plantarum-EPEC 0,10 maupun L. acidophilus-EPEC 0,11. Sementara itu aktivitas prebiotik dari tepung talas kontrol yang digunakan sebagai media pertumbuhan L. plantarum-EPEC -0,35 maupun L. acidophilus-EPEC -0,34 bernilai negatif Gambar 18. Hal tersebut membuktikan bahwa tepung talas FOC-1S dapat dijadikan sebagai sumber prebiotik karena memiliki efek, indeks dan aktivitas prebiotik yang lebih tinggi daripada tepung talas kontrol Gambar 17 dan 18. Aktivitas prebiotik dari tepung talas FOC-1S lebih rendah jika dibandingkan dengan prebiotik komersial inulin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengisolasi RS dari tepung talas tersebut dan mengevaluasi sifat prebiotik dari isolat RS terhadap BAL probiotik maupun bakteri patogen. a b b a c c L. plantarum D-240-EPEC L. acidophilus LIPIMC080-EPEC

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Seleksi dan identifikasi terhadap 41 isolat BAL menghasilkan 3 isolat BAL dengan aktivitas amilase dan pulunase tertinggi sebagai starter fermentasi talas yaitu L. plantarum D-240, Leu. mesenteroides SU-LS 59 dan Leu. mesenteroides SU-LS 67. Kultur campuran BAL sebanyak 2 L. plantarum D-240 dan Leu. mesenteroides SU- LS 67 rasio 1:1, 10 8 cfuml pada suhu 37 C selama 18 jam merupakan perlakuan optimum dalam fermentasi talas karena menghasilkan nilai DP yang diharapkan 27,13 dengan waktu fermentasi yang lebih singkat 18 jam jika dibandingkan dengan kultur tunggal kedua isolat BAL tersebut 24 jam. Fermentasi talas menggunakan kultur campuran L. plantarum D-240 : Leu. mesenteroides SU-LS 67 yang dilanjutkan dengan 1 siklus pemanasan bertekanan- pendinginan FOC-1S berpengaruh nyata meningkatkan kadar RS sebanyak 2,8 kali lipat jika dibandingkan dengan kontrol tanpa fermentasi. Jumlah siklus pemanasan bertekanan-pendinginan berpengaruh nyata meningkatkan kadar RS TTM. Perlakuan 1 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-1S dan 2 siklus pemanasan bertekanan- pendinginan OC-2S meningkatkan kadar RS TTM masing-masing sebesar 1,9 dan 2,7 kali lipat dibandingkan kontrol. Perlakuan FOC-1S mengefisienkan jumlah siklus pemanasan bertekanan-pendinginan yang diaplikasikan karena meningkatkan kadar RS yang setara dengan 2 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-2S maupun kombinasi fermentasi dengan 2 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan FOC-2S. Evaluasi sifat prebiotik menunjukkan bahwa tepung talas FOC-1S memiliki ketahanan RS lebih dari 87 terhadap asam lambung artifisial pada pH 2-4 selama 2 jam. Efek dan indeks prebiotik TTM FOC-1S yang diuji menghasilkan nilai di atas 2,0. Demikian pula dengan aktivitas prebiotik TTM FOC-1S yang bernilai positif yaitu berada di atas 0,10. Dengan demikian TTM FOC-1S merupakan sumber prebiotik yang baik karena tahan terhadap hidrolisis asam lambung artifisial dan memiliki sifat prebiotik yang lebih baik daripada kontrol. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya, masih perlu dilakukan isolasi RS dari TTM yang dilanjutkan dengan evaluasi sifat prebiotik dari isolat RS tersebut. Di samping itu juga dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk melengkapi informasi ilmiah TTM terkait jenis dan kadar oligosakarida serta indeks glikemik maupun sifat rheologinya. Penelitian terapan juga dapat dilakukan dengan mengaplikasikan TTM kaya RS untuk formulasi dan pembuatan brownies kukus talas, lapis talas, cookies talas dan yoghurt talas sinbiotik sebagai bahan pangan fungsional olahan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5