Kadar amilosa dan amilopektin TTM

p0,05 dalam meningkatkan kadar gula pereduksi pada tepung talas Gambar 8. Peningkatan kadar gula pereduksi tersebut menyebabkan penurunan kadar total pati amilosa dan amilopektin. Semakin banyak jumlah siklus pemanasan bertekanan- pendinginan yang diaplikasikan berpengaruh nyata p0,05 terhadap peningkatan kadar gula pereduksi TTM. Perlakuan 1 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-1S dan 2 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-2S meningkatkan kadar gula pereduksi jika dibandingkan kontrol tanpa fermentasi. Perlakuan fermentasi F memberikan peningkatan kadar gula pereduksi 18,57 yang paling signifikan p0,05 dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan Jenie et al. 2012 dan Nurhayati et al. 2014 yang melaporkan bahwa peningkatan kadar gula pereduksi pada tepung pisang tanduk lebih dipengaruhi oleh fermentasi daripada pemanasan bertekanan-pendinginan. Amilase dan pululanase yang dihasilkan selama fermentasi oleh BAL akan menghidrolisis pati pisang menjadi glukosa dan maltosa yang merupakan gula pereduksi Vatanasuchart et al. 2010. Peningkatan gula pereduksi juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar amilosa rantai pendek yang terukur sebagai gula pereduksi Zaragoza et al. 2010 dan Moongngarm 2013. Perhitungan analisis kadar gula pereduksi TTM dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 4. Gambar 8. Pengaruh fermentasi dan siklus OC terhadap kadar gula pereduksi TTM Keterangan: Huruf yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan taraf nyata λ5 , α= 5 , setelah dilakukan uji statistik dengan BNT pada SPSS 17.0 Notasi: K kontrol, tanpa fermentasi dan OC, OC-1S 1 siklus OC, OC-2S 2 siklus OC, F fermentasi, tanpa OC, FOC-1S fermentasi dengan 1 siklus OC FOC-2S fermentasi dengan 2 siklus OC.

4.2.4. Kadar amilosa dan amilopektin TTM

Pemanasan bertekanan-pendinginan berpengaruh nyata meningkatkan kadar amilosa dan menurunkan kadar amilopektin pada TTM. Semakin banyak jumlah siklus pemanasan bertekanan-pendinginan yang diaplikasikan berdampak nyata terhadap semakin tingginya kadar amilosa dan semakin rendahnya kadar amilopektin. Perlakuan 1 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-1S maupun 2 siklus pemanasan bertekanan-pendinginan OC-2S berpengaruh nyata p0,05 meningkatkan kadar amilosa pada tepung talas jika dibandingkan dengan kontrol K. Peningkatan kadar amilosa tersebut menyebabkan terjadinya penurunan kadar amilopektin secara signifikan p0,05 pada tepung talas OC-1S maupun OC-2S dibandingkan dengan tepung talas kontrol K Gambar 9. Hal tersebut terjadi karena pemanasan otoklaf menyebabkan putusnya sebagian kecil ikatan glikosidik pada percabangan α-1,6 a b c d e f sehingga terjadi perubahan amilopektin dari struktur cabang menjadi linier Zaragoza et al. 2010. Linierisasi amilopektin menjadi amilosa rantai pendek selama pemanasan otoklaf tersebut menyebabkan peningkatan kadar amilosa dan penurunan kadar amilopektin Moongngarm 2013. a b Gambar 9. Pengaruh fermentasi dan siklus OC terhadap kadar amilosa a dan amilopektin b TTM Keterangan: Huruf yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan taraf nyata λ5 , α= 5 , setelah dilakukan uji statistik dengan BNT pada SPSS 17.0 Notasi: K kontrol, tanpa fermentasi dan OC, OC-1S 1 siklus OC, OC-2S 2 siklus OC, F fermentasi, tanpa OC, FOC-1S fermentasi dengan 1 siklus OC FOC-2S fermentasi dengan 2 siklus OC. Perlakuan fermentasi F, kombinasi fermentasi dengan 1 siklus OC FOC-1S dan fermentasi dengan 2 siklus OC FOC-2S berpengaruh nyata p0,05 menurunkan kadar amilosa maupun amilopektin pada TTM Gambar 9. Penyebab utama penurunan kadar amilosa dan amilopektin adalah enzim amilase dan pululanase yang dihasilkan kultur campuran BAL yang menghidrolisis amilosa pada ikatan linier α-1,4 dan amilopektin pada ikatan percabangan α-1,6 selama fermentasi sebagaimana yang terjadi pada tepung pisang tanduk Jenie et al. 2012 dan Nurhayati et al. 2014. Perhitungan analisis kadar amilosa TTM dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 5.

4.2.5. Kadar pati resisten TTM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5