Modifikasi RS dengan Perlakuan Hidrotermal Modifikasi RS dengan Hidrolisis Asam Lintnerisasi

Gambar 1. Mekanisme pembentukan RS dengan autoclaving-cooling melalui proses retrogradasi Zaragoza et al. 2010 Proses autoclaving-cooling OC secara berulang dapat menyebabkan semakin banyaknya pembentukan fraksi amilosa teretrogradasi atau terkristalisasi Saguilan et al. 2005. Fraksi amilosa yang berikatan dengan fraksi amilosa lainnya melalui ikatan hidrogen membentuk struktur double helix. Struktur double helix berikatan dengan struktur double helix lainnya membentuk kristalit sehingga terjadi rekristalisasi fraksi amilosa yang dikenal dengan proses pembentukan RS3 Mutungi et al. 2009. Rekristalisasi amilosa ini terjadi selama proses pendinginan cooling. Amilosa teretrogradasi RS3 bersifat lebih stabil terhadap panas, sangat kompleks dan tahan terhadap enzim amilase. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan RS3 melalui proses autoclaving-cooling OC adalah konsentrasi pati dan suhu otoklaf. Pembentukan RS3 berlangsung paling optimum apabila konsentrasi suspensi pati dalam air sebesar 20 bb dengan suhu otoklaf sebesar 121 C sebagaimana dilaporkan oleh Lehmann et al. 2002, Leemann et al. 2006 dan Zaragoza et al. 2010. Konsentrasi suspensi pati yang lebih kecil atau lebih besar dari 20 bb menghasilkan kadar RS3 yang cenderung menurun. Proses gelatinisasi granula pati juga sangat dipengaruhi oleh nisbah pati dan air. Jumlah air yang ditambahkan dalam suspensi pati akan mempengaruhi konsentrasi pati sehingga berpengaruh dalam proses autoclaving-cooling Leeman et al. 2006. Hal ini disebabkan nisbah pati dan air sangat mempengaruhi proses ekspansi matriks pati dan gelatinisasi granula. Penambahan air yang terlalu sedikit ke dalam suspensi pati menyebabkan jumlah amilosa yang keluar dari granula tidak optimum Sajilata et al. 2006. Hal ini dapat mengurangi kadar pati resisten yang terbentuk yang disebabkan oleh menurunnya peluang terjadinya reasosiasi amilosa-amilosa dan amilosa-amilopektin Zaragoza et al. 2010.

2.6.2 Modifikasi RS dengan Perlakuan Hidrotermal

Perlakuan hidrotermal terdiri dari annealing dan heat moisture treatment HMT. Prinsip perlakuan hidrotermal adalah penggunaan air dan panas untuk memodifikasi pati. Pada annealing, modifikasi dilakukan dengan menggunakan jumlah air yang banyak lebih dari 40 dan dipanaskan pada suhu di bawah suhu Amilopektin Amilosa Gelatinisasi Gelatinisasi H 2 O, panas H 2 O, panas, faktor utama Retrogradasi Retrogradasi -retardasi Mengeras Tidak Mengeras gelatinisasi pati. Proses HMT dilakukan dengan menggunakan jumlah kandungan air terbatas 18, 21, 24, 27 dan dipanaskan pada suhu melebihi suhu gelatinisasi. Perlakuan hidrotermal dapat mengubah karakteristik gelatinisasi pati yaitu meningkatkan suhu gelatinisasi, meningkatkan viskositas pasta pati, dan meningkatkan kecenderungan pati untuk mengalami retrogradasi Adobowale et al 2005.

2.6.3 Modifikasi RS dengan Hidrolisis Asam Lintnerisasi

Selain dengan perlakuan autoclaving-cooling maupun hidrotermal, teknik modifikasi peningkatan pati resisten dapat dilakukan dengan hidrolisis asam secara lambat lintnerisasi Faridah et al. 2013. Perlakuan lintnerisasi bertujuan mendegradasi rantai amilopektin pada titik percabangan α-1,6 sehingga meningkatkan jumlah fraksi amilosa rantai pendek dengan derajat polimerisasi DP sebesar 19-29 Ozturk et al. 2011. Apabila jumlah fraksi amilosa rantai pendek meningkat, maka semakin banyak fraksi amilosa yang teretrogradasi, sehingga proses pembentukan RS3 semakin tinggi dan berdampak pada penurunan daya cerna pati Ozturk et al. 2009, Faridah et al. 2013. Fraksi amilosa sebagai struktur linear akan memfasilitasi pembentukan ikatan silang dengan adanya ikatan hidrogen sehingga terbentuk struktur amilosa yang sangat kompak Lehmann et al. 2002, Aparicio-Saguilán et al. 2005, Zhao dan Lin 2009. Hidrolisis pati secara lambat dengan asam dilakukan dengan menggunakan asam kuat seperti HCl maupun H 2 SO 4 . Asam kuat akan menghidrolisis ikatan glikosidik, sehingga memperpendek panjang rantai dan berat molekul amilosa menjadi lebih rendah Aparicio-Saguilán et al. 2005. Proses modifikasi dengan hidrolisis asam dibuat dengan mensuspensikan pati dalam larutan asam kuat dengan konsentrasi 1 N - 2,2 N dan memanaskannya pada suhu di bawah suhu gelatinisasi pati 40-60 C, kemudian dilakukan pengadukan selama inkubasi. Apabila telah tercapai tingkat kekentalan atau derajat konversi yang dikehendaki, suspensi dinetralkan dan residu pati disaring atau disentrifugasi, kemudian dicuci, dan dikeringkan Ozturk et al. 2011. Modifikasi pati dengan metode hidrolisis asam tidak mengubah bentuk granula pati yang dihasilkan, tetapi menyebabkan penurunan kemampuan mengembang swelling, viskositas dan kestabilan pasta pati selama proses gelatinisasi Ferrini et al. 2008. Proses hidrolisis asam terjadi dalam dua tahap penyerangan pada granula pati, yaitu tahap penyerangan secara cepat pada daerah amorf, dan tahap penyerangan yang lebih lambat terhadap fraksi amilopektin di daerah kristalin Ferrini et al. 2008, Jayakody dan Hoover 2008.

2.6.4 Modifikasi RS melalui Debranching Pululanase dan Fermentasi BAL

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5