Perubahan jumlah total koloni BAL selama fermentasi talas

Penurunan pH dari 5,77 menjadi 3,68 pada irisan talas yang difermentasi selama 24 jam dengan kultur tunggal Leu. mesenteroides SU-LS 67 mengindikasikan bahwa kultur tersebut memproduksi asam laktat dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan kultur tunggal L. plantarum D-240 dari 5,70 menjadi 4,65. Penurunan pH yang terjadi pada kultur campuran BAL dari 5,85 menjadi 3,74 lebih didominasi oleh aktivitas metabolisme Leu. mesenteroides SU-LS 67 dalam melakukan fermentasi asam laktat terhadap irisan talas. Widaningrum et al. 2013 dan Jenie et al. 2012 melaporkan bahwa fermentasi irisan pisang oleh L. plantarum kik juga menyebabkan terjadinya penurunan pH karena dihasilkannya 50-80 asam laktat. Kemampuan BAL memproduksi asam laktat sehingga menyebabkan penurunan pH selama fermentasi karbohidrat telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Manning et al. 2004 melaporkan bahwa BAL homofermentatif memfermentasi 1 mol glukosa menjadi 2 mol asam laktat sedangkan BAL heterofermentatif memfermentasi 1 mol glukosa menjadi 1 mol asam laktat, 1 mol etanol, dan 1 mol CO 2 . Calderon et al. 2003 melaporkan pada media yang mengandung pati, L. fermentum mampu menghasilkan asam laktat 10 g mmolL, etanol 91 mmolL, asam asetat 21 mmolL dan mannitol 57 mmolL. Reddy et al. 2008 melaporkan L. plantarum menghasilkan asam laktat 14,25 gL dari media campuran karbohidrat 20 gL.

4.1.2.2. Perubahan jumlah total koloni BAL selama fermentasi talas

Selama fermentasi irisan talas 24 jam dengan kultur tunggal maupun kultur campuran telah terjadi peningkatan jumlah total koloni BAL secara signifikan p0,05. Jumlah total koloni BAL pada kultur campuran lebih tinggi jika dibandingkan dengan kultur tunggal baik L. plantarum D-240 maupun Leu. mesenteroides SU-LS 67 Tabel 9. Hal ini sesuai dengan penelitian Jenie et al. 2012 dan Nurhayati et al. 2014 yang melakukan fermentasi kultur campuran BAL pada irisan pisang tanduk serta Widaningrum et al. 2013 yang melakukannya pada irisan pisang uli. Tabel 9. Perubahan jumlah total koloni BAL log cfuml selama fermentasi talas dengan kultur tunggal maupun kultur campuran Variasi waktu jam L. plantarum D-240 log cfuml Leu. mesenteroides SU-LS 67 log cfuml Kultur Campuran L. plantarum D-240 + Leu. mesenteroides SU-LS 67 log cfuml 6,68±0,28 a 6,60±0,15 a 6,88±0,22 b 6 7,98±0,27 c 7,84±0,24 c 7,98±0,20 c 12 8,34±0,18 d 8,85±0,19 e 9,14±0,12 f 18 8,99±0,13 e 9,27±0,15 f 9,38±0,14 g 24 9,28±0,21 f 9,40±0,11 g 9,50±0,10 g Keterangan: Huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan taraf nyata λ5 , α= 5 , setelah dilakukan uji statistik dengan BNT pada SPSS 17.0 Pada kultur campuran pertumbuhan eksponensial telah tercapai pada jam ke-12 yang ditandai dengan jumlah total koloni BAL log cfumL sebesar 9,14 dan pertumbuhan mulai melambat pada jam ke-24 9,50 karena telah memasuki fase stasioner. Kultur tunggal Leu. mesenteroides SU-LS 67 menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kultur tunggal L. plantarum D-240. Kultur tunggal Leu. mesentroides SU-LS 67 mencapai pertumbuhan eksponensial pada jam ke-18 dengan jumlah total koloni BAL log cfuml yaitu 9,27. Sementara itu kultur tunggal L. plantarum D-240 mencapai fase eksponensial pada jam ke-24 dengan jumlah total koloni BAL log cfumL yaitu 9,28. Fase adaptasi kultur tunggal L. plantarum D-240 relatif lebih lambat daripada kultur tunggal Leu. mesenteroides SU-LS 67. Hal ini mengindikasikan bahwa kultur tunggal Leu. mesenteroides SU-LS 67 bekerja lebih dominan dalam proses fermentasi talas sehingga jumlah total BAL nya log cfumL tidak berbeda nyata p 0,05 dengan kultur campuran. Persiapan kultur dilakukan pada media MRSB, sehingga pada saat diinokulasi ke irisan talas kultur BAL membutuhkan waktu adaptasi kurang dari 6 jam. Fase adaptasi bergantung pada kecepatan penyesuaian dengan lingkungan, jika nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru sangat berbeda, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme. Fase eksponensial pada kultur campuran sudah tercapai pada jam ke-12 yang dilanjutkan fase stasioner pada jam ke-18 sampai jam ke-24. Sementara itu pada kultur tunggal L. plantarum dan Leu. mesenteroides fase eksponensial berlangsung mulai dari jam ke-6 sampai jam ke-18 dan dilanjutkan fase stasioner mulai dari jam ke-18 sampai jam ke-24.

4.1.2.3. Perubahan derajat polimerisasi selama fermentasi talas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5