Kadar Protein AOAC 2012 960.52 Kadar Karbohidrat

kembali hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu bb = x 100 Kadar abu bk = − x 100 dengan: a = bobot sampel awal g; b= bobot abu g 3.7.7.3. Kadar Lemak SNI 01-2891-1992 Kadar lemak TTM dianalisis dengan menggunakan soxhlet. Labu lemak dikeringkan di dalam oven 105 C selama 15 menit, didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebelum digunakan. Sebanyak 1-2,0 g sampel pati garut dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Selongsong kertas yang berisi sampel disumbat dengan kapas, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80 C selama ± 1 jam. Selongsong kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Lemak dalam sampel diekstraksi dengan heksana selama ± 6 jam. Heksana disuling sehingga diperoleh ekstrak lemak. Ekstrak lemak di dalam labu lemak kemudian dikeringkan dalam oven 105 C selama 12 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang beratnya. Pengeringan diulangi sampai diperoleh bobot tetap. Kadar lemak TTM dihitung dalam basis basah bb dan basis kering bk dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar lemak bb = − x 100 Kadar lemak bk = − x 100 dengan: a = bobot labu lemak setelah proses ekstraksi g; b = bobot labu lemak sebelum proses ekstraksi g; dan c = bobot sampel g

3.7.7.4. Kadar Protein AOAC 2012 960.52

Kadar protein TTM dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl. Sebanyak 100-250,0 mg sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl kemudian ditambahkan dengan 1,9 ± 0,1 g K 2 SO 4 , 40,0 ± 10 mg HgO, 2,0 ± 0,1 mL H 2 SO 4 pekat, dan 2-3 butir batu didih. Sampel dipanaskan dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai mendidih selama 1-1,5 jam sampai diperoleh cairan jernih. Setelah didinginkan, isi labu dipindahkan ke dalam labu destilasi dengan dibilas menggunakan 1-2,0 mL air destilata sebanyak 5-6 kali. Air cucian dipindahkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan dengan 8-10 mL larutan 60 NaOH - 5 Na 2 S 2 O 3 . Di tempat yang terpisah, 5,0 mL larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator merah metil-biru metil dimasukkan ke dalam erlenmeryer. Labu erlenmeyer kemudian diletakkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di bawah larutan H 3 BO 3 . Proses destilasi dilakukan sampai diperoleh sekitar 15,0 mL destilat. Destilat yang diperoleh diencerkan sampai 50,0 mL dengan akuades, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Volume larutan HCl 0,02 N terstandar yang digunakan untuk titrasi dicatat. Tahap yang sama dilakukan untuk larutan blanko sehingga diperoleh volume larutan HCl 0,02N untuk blanko. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar nitrogen N. Kadar protein TTM dihitung dalam basis basah bb dan basis kering bk dengan menggunakan faktor koreksi 6,25 sebagai berikut: Kadar N = − , W x 100 dengan : v1= volume larutan HCl untuk sampel mL; v2=volume larutan HCl untuk blanko mL; N HCl = konsentrasi larutan HCl 0,02N, w=berat sampel mg Kadar protein bb = N x faktor konversi 6,25 Kadar protein bk = − x 100

3.7.7.5. Kadar Karbohidrat

Kadar karbohidrat TTM dihitung dalam basis basah bb dan basis kering bk dengan metode by difference sebagai berikut: Kadar karbohidrat bb = 100 – air+ abu+ lemak+ protein Kadar karbohidrat bk = − x 100

3.7.8. Kadar total pati Dubois et al. 1956

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5