Kadar Air AOAC 2012 925.10 Kadar Abu AOAC 2012 923.03

Kadar gula pereduksi dianalisis menggunakan metode Miller, 1959 sebagai berikut. S ebanyak 250 L sampel suspensi talas bebas lemak dan gula-gula sederhana ditambah 500 L larutan reagen DNS 3,5-Dinitro Salisilic Acid Sigma-Aldrich, USA kemudian divorteks sampai homogen. Setelah itu, sampel dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit sampai berubah warna menjadi merah kecokelatan. Selanjutnya sampel diencerkan dengan penambahan akuades sebanyak 4 mL dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV- Vis 1700 Shimadzu, Japan pada =540 nm. Hasil absorbansi dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar glukosa 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 3, 4, dan 5 mM. 3.7.5. Pengukuran jumlah total koloni BAL Jumlah total koloni BAL cfuml diukur pada setiap interval waktu fermentasi talas 0, 6, 12, 18 dan 24 jam dengan metode tuang. Sebanyak 1 mL suspensi chips talas yang telah dihancurkan ditambahkan dengan 9 ml akuades steril dan dilakukan pengenceran berseri yaitu 10 5 , 10 6 , dan 10 7 . Tiga seri hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 ml dan diinokulasi pada media MRSA, kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 hari. Jumlah total BAL dinyatakan dalam satuan cfuml. 3.7.6. Pengukuran pH pH meter dikalibrasi dengan menggunakan buffer fosfat pH 4 dan pH 7. Selanjutnya sampel irisan talas yang telah dihancurkan dalam bentuk suspensi, dapat langsung diukur nilai pH nya dengan menggunakan pH meter. 3.7.7. Analisis Proksimat pada TTM

3.7.7.1. Kadar Air AOAC 2012 925.10

Kadar air sampel TTM dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 130 C selama 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan yang sudah kering ditimbang sebelum digunakan. Sekitar 2,0 g sampel pati garut ditimbang ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 130°C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar air bk = − − x 100 dengan: a = bobot sampel awal g; b = bobot sampel dan cawan setelah dikeringkan g; c = bobot cawan kosong g

3.7.7.2. Kadar Abu AOAC 2012 923.03

Kadar abu TTM dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan porselin kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven bersuhu 105 C selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator. Cawan porselin kering tersebut ditimbang dan dicatat bobotnya sebelum digunakan. Sebanyak 3,0-5,0 g sampel pati garut ditimbang di dalam cawan porselen tersebut dan dimasukkan dalam tanur listrik bersuhu 550 C sampai pengabuan sempurna. Setelah pengabuan selesai, cawan contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Penimbangan diulangi kembali hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu bb = x 100 Kadar abu bk = − x 100 dengan: a = bobot sampel awal g; b= bobot abu g 3.7.7.3. Kadar Lemak SNI 01-2891-1992 Kadar lemak TTM dianalisis dengan menggunakan soxhlet. Labu lemak dikeringkan di dalam oven 105 C selama 15 menit, didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebelum digunakan. Sebanyak 1-2,0 g sampel pati garut dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Selongsong kertas yang berisi sampel disumbat dengan kapas, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80 C selama ± 1 jam. Selongsong kertas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Lemak dalam sampel diekstraksi dengan heksana selama ± 6 jam. Heksana disuling sehingga diperoleh ekstrak lemak. Ekstrak lemak di dalam labu lemak kemudian dikeringkan dalam oven 105 C selama 12 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang beratnya. Pengeringan diulangi sampai diperoleh bobot tetap. Kadar lemak TTM dihitung dalam basis basah bb dan basis kering bk dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar lemak bb = − x 100 Kadar lemak bk = − x 100 dengan: a = bobot labu lemak setelah proses ekstraksi g; b = bobot labu lemak sebelum proses ekstraksi g; dan c = bobot sampel g

3.7.7.4. Kadar Protein AOAC 2012 960.52

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Tepung Talas, Pati Talas, dan Tepung Terigu dengan Penambahan CMC terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mi Instan

0 31 143

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan pendinginan

1 35 190

Stabilisasi Tepung Bekatul dengan Metode Pemanasan Bertekanan dan Pengeringan Rak serta Pendugaan Umur Simpannya.

3 21 110

Peningkatan sifat prebiotik tepung pisang dengan indeks glikemik rendah melalui fermentasi dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan

2 27 355

Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea) Dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-pendinginan Untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3

0 4 1

Pengaruh Dua SiklusPemanasan Bertekanan-Pendinginan TerhadapSifat Fisikokimia Serta Fungsional Tepung dan Bihun Beras

0 4 88

Fermentasi Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk (Musa paradisiacal formatypica)

2 19 10

Modifikasi tepung pisang tanduk (musa paradisiaca formatypica) melalui proses fermentasi spontan dan pemanasan otoklaf untuk meningkatkan kadar pati resisten

0 7 105

Pati Resisten dan Sifat Fungsional Tepung Pisang Tanduk yang Dimodifikasi Melalui Fermentasi Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan Otoklaf

0 3 134

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Tepung Pisang Termodifikasi secara Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan-Pendinginan | Nurhayati | Agritech 9504 17589 1 PB

0 1 5