Sumber Daya Waduk Cirata

52 fungsi Waduk Cirata.Misalnya sampah yang telah dibersihkan pasti akan ada lagi selama kegiatan masyarakat tersebut masih ada. Begitu pula dengan permasalahan limbah cair dari berbagai industri, peningkatan sedimentasi dan penurunan debit air. PT PJB BPWC memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomi aset berupa waduk dan lahan-lahan disekitarnya yang terletak di Waduk Cirata tanpa mengabaikan kepentingan Unit Pembangkitan dan masyarakat yang mempergunakan sungai dan waduk tersebut.Berbagai jenis kegiatan dilakukan untuk menjalankan tugas pokok tersebut, meliputi : 1. Pemantauan dan pembersihan perairan dari gulma air dan sampah serta pemeliharaan trashboom sebagai sekat sampah disetiap Sub Das Cirata. 2. Pemantauan kualitas air dan sedimentasiserta berbagai penelitian tentang lingkungan Waduk Cirata. 3. Kegiatan penghijauan dan reboisasi di wilayah greenbelt dan catchment area Waduk Cirata. 4. Penyuluhan masalah ketertiban, kelestarian lingkungan, dan kegiatan masyarakat di waduk dan sekitarnya. 5. Pemeliharaan aset lahan dengan perapatan patok batas tanah milik PLN, batas perairan, dan pemasangan rambu-rambu peringatan. Selain kegiatan yang dilakukan untuk menjalankan tugas pokok, BPWC juga melakukan kegiatan pengembangan potensi ekonomi yang ada di sekitar Waduk Cirata. Kegiatan tersebut antara lain : 1. Pemanfaatan lahan surutan dan non surutan. 2. Penataan budidaya kolam jaring apung. 3. Penambangan batu Gunung Aseupan. 5. Mengembangkan Sarana Pendidikan dan Latihan. 6. Mengembangkan Kawasan Agrowisata . 7. Mengembangkan Kawasan Perhotelan. 8. Pembibitan tanaman keras dan buah-buahan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut sejalan dengan rencana pengembangan Waduk Cirata yaitu sebgai kawasan pariwisata, penanganan aset 53 Cirata, pusat penelitian, pusat pendidikan dan latihan, kawasan perhotelanresor yang bernuansa pendidikan, dan penertiban KJA. Strategi yang dilakukan BPWC dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu : 1. Perubahan orientasi Program Community Development dari kegiatan pemberian bantuan fisikmateri menjadi kegiatan –kegiatan yang menitikberatkan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan mengembangkan sumberdaya lokal, menunjang penggunaan teknologi ramah lingkungan, alih komoditi dan alih profesi, sebagai sumber mata pencaharian. 2. Menciptakan kegiatan pemeliharaan Waduk Cirata saling berkesinambungan antara sumber mata pencaharian masyarakat dan peningkatan fungsi waduk. 3. Kegiatan pengelolaan sumberdaya Waduk Cirata dilakukan dengan sistem bagi kontribusi-hasil dengan masyarakat sekitarnya. 4. Mengingat BPWC sebagai unit cost center, dana bagi hasil yang diperoleh BPWC akan digunakan untuk menunjang program Community Development melalui mekanisme yang telah disahkan. 5. Membangun jejaringnetworking untuk mengatasi berbagai kendala yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki BPWC untuk mencapai hasil yang diharapkan. Anggaran dana untuk melakukan kegiatan operasional BPWC dalam mengelola waduk diperoleh dari PT. PJB yang merupakan anak dari Perusahaan Listrik Negara PLN. PLN sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN yang mempunyai hak milik terhadap Waduk Cirata. Kepemilikan waduk tersebut sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2012 pasal 6 jo pasal 11 yang menyatakan dalam hal instansi yang memerlukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah BUMN, tanahnya menjadi milik BUMN. Dana yang dikeluarkan untuk pengelolaan waduk mencapai 11-15 milyar per tahun Widiastuti, 2013. Biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan waduk dan perairan yaitu sebesar Rp. 13.979.400.000,- per tahun yang terdiri dari pemantauan kualitas air, penghijauan, pemantauan kualitas udara, dan penyuluhan kepada masyarakat. Biaya untuk pemeliharaan aset lahan yaitu sebesar Rp. 3.252.000.000,- per tahun yang terdiri dari pemeliharaan patok batas dan penertiban lahan sekitar waduk. Biaya untuk pemeliharaan bendungan sipil yaitu 54 Rp. 4.895.000.000,- per tahun yang terdiri dari pemeliharaan struktur bendungan, geoteknik dan hidrologi. Dalam hal yang berkaitan dengan KJA, BPWC merupakan filtering pertama dalam pengurusan perijinan yaitu dalam mekanisme pembuatan SPL Surat Penempatan Lokasi. SPL merupakan salah satu lampiran untuk pengurusan surar ijin pembudidaya ke tingkat provinsi. BPWC bekerjasama dengan berbagai pihak seperti dinas perikanan masing-masing kabupaten, pemerintahan kecamatan muspika, dan pihak desa dalam melakukan kegiatan pengurusan SPL dengan sistem jemput bola. Menurut SK Gubernur No 14 tahun 2002, pihak-pihak yang ditetapkan untuk bekerjasama berhak atas beberapa persen pembagian hasil.

6.1.2 Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

Waduk Cirata merupakan waduk yang letaknya melintasi 3 wilayah administrasi. Oleh karena itu pihak yang memiliki kewenangan tertinggi terhadap Waduk Cirata adalah pemerintah provinsi melalui dinas perikanan provinsi Jawa Barat. Kewenangan provinsi yaitu dalam rangka pembinaan, melakukan perencanaan pengelolaan perikanan, melakukan koordinasi dan fasilitasi dalam pengelolaan perikanan, memberikan pendanaan, evaluasi dan penertiban aktivitas di Waduk Cirata. Dalam hal pengelolaan waduk, dinas perikanan provinsi memiliki badan pengelola sendiri yang bernama Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum BP3U. Badan ini bertugas untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara teknis terhadap kegiatan perikanan di Waduk Cirata. Dalam rangka pembinaan dalam kegiatan pembudidayaan ikan dengan KJA, dinas provinsi memiliki beberapa kolam percontohan di Waduk Cirata. Kolam percontohan tersebut diharapkan dapat memberi gambaran kepada para petani ikan dalam melakukan budidaya ikan dengan cara yang tepat. Kolam percontohan ini juga berfungsi sebagai sarana penelitian bagi dinas perikanan untuk dapat menemukan pemecahan bagi beberapa persoalan yang dihadapi petani ikan. Pada tahun 2013 dinas perikanan provinsi Jawa Barat mensosialisasikan penggunaaan KJA dengan kerangka yang terbuat dari plastik yang lebih ramah lingkungan. Ada 21 unit KJA yang dijadikan contoh di Waduk Cirata yang telah 55 memakai kerangka plastik sebagai konstruksinya. Diduga KJA dengan konstruksi ini dapat bertahan hingga 100 tahun. Namun, mahalnya harga unit KJA yang menggunakan kerangka plastik membuat petani ikan tidak dapat memilikinya. Sehingga inovasi KJA dengan kerangka plastik ini pun masih sulit untuk diterapkan. Dinas perikanan provinsi juga memberikan dukungan dana bagi petani ikan melalui kelompok-kelompok petani yang telah terbentuk. Pada tahun 2011 dinas perikanan provinsi Jawa Barat memberikan bantuan sebesar Rp. 100 juta dan Rp. 60 juta bagi tiap kelompok petani ikan. Bantuan tersebut dimaksudkan sebagai modal bagi para petani dalam melakukan kegiatan budidaya ikan dan mengganti kerugian petani akibat adanya kematian ikan masal yang sering terjadi ketika upwelling 1 . Bantuan tersebut tidak diberikan secara rutin, namun bersifat kondisional ketika petani benar-benar membutuhkan dana seperti ketika sedang mengalami kerugian yang besar. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya dinas perikanan provinsi Jawa Barat memperoleh dana dari kementrian pusat. Pada kegiatan pembuatan perizinan bagi budidaya ikan dengan sistem KJA, dinas perikanan provinsi bertugas sebagai pemberi rekomendasi perijinan. Rekomendasi tersebut dibuat dengan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari berkas yang direkomendasikan oleh dinas perikanan kabupaten. Melalui BPPT, surat ijin usaha perikanan kemudian diterbitkan. 1 Upwelling merupakan peristiwa naiknya air di dasar danauwaduk karena suhu air di permukaan lebih dingin daripada suhu di bawahnya. Fenomena upwelling sering terjadi pada awal musim hujan saat uaca mendung dimana intensitas cahaya matahri sangat rendah sehingga menyebabkan rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen O 2 dalam air. suhu permukaan air rendah sehingga massa air di dasar danauwaduk lebih hangat yang berakibat massa air baik berupa padatan maupun gas di bawah itu naik ke atas yang membawa senyawa toksik NH 3 dan H 2 S sehingga ikan-ikan sulit bernafas karena konsentrasi oksigennya minim yang mengakibatkan kematian massal ikan. http:www.djpb.kkp.go.idberita.php?id=517 diunduh 27 Sept 2014 56

6.1.3 Dinas Perikanan Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, Purwakarta

Dinas perikanan setiap kabupaten bertanggung jawab terhadap teknis pembudidayaan yang berada di Waduk Cirata. Dinas perikanan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan produksi perikanan. Kegiatan yang dilakukan dinas perikanan diantaranya adalah membuat kelompok lokal yang terdiri dari kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah hasil perikanan, membuat kolam percontohan, melakukan berbagai penelitian, dan melakukan pelatihan mengenai pembudidayaan ikan. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dinas perikanan kabupaten Cianjur memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD yaitu Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Umum Cirata Kabupaten Cianjur BPBPPUC yang khusus menangani kegiatan perikanan di Waduk Cirata. Daerah Cianjur merupakan daerah yang paling luas terkena genangan Waduk Cirata. Dari keseluruhan luas Waduk Cirata 60 termasuk ke dalam wilayah Cianjur. Dinas perikanan kabupaten Cianjur memiliki 5 unit kolam percontohan di Waduk Cirata. Tercatat terdapat sebanyak 12 kelompok pembudidaya ikan, 12 kelompok nelayan, 4 kelompok pengeolah hasil perikanan serta 5 POKMASWAS. Melalui UPTD penyuluhan dilakukan terhadap kelompok-kelompok lokal yang ada. Penyuluhan dapat dilakukan dengan mengumpulkan masa, transfer informasi melalui perwakilan ketua, maupun dengan diskusi langsung yang dilakukan staf UPTD ke masing-masing KJA. Informasi yang diberikan terkain cara pembudidayaan yang tepat, pelestarian waduk, maupun mengenai sistem perijinan KJA. Strategi di bidang perikanan yang diterapkan oleh dinas perikanan Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan produktivitas perikanan yaitu : 1. Pengembangan wilayah berdasarkan komoditas unggulan. 2. Pengembangan sistem pengendalian penyakit ikan yang bersifat zoonosis dengan prioritas pada upaya membebaskan Cianjur dari penyakit parasite ikan. 3. Optimasi pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya alam. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pelaku usaha perikanan. 5. Meningkatkan kualitasmutu genetik bibit lokal melalui pemanfaatan teknologi tepat guna.