Kelembagaan Formal Kelembagaan Sebagai Aturan Main dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata
98 waduk. Untuk wilayah hulu sungai Citarum mungkin sudah dilakukan
pengawasan oleh pengawas kelautan dan perikanan namun masih dirasa kurang dalam penindaklanjutan untuk mengatasi pencemaran.
g. Keputusan Direksi PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Nomor
037.K023DIR1998 tentang Pembentukan Badan Pengelola Waduk Cirata pada PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan
Cirata
Keputusan Direksi ini memuat pembentukan sekaligus menunjuk BPWC pada PT PLN Pemangkitan Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Cirata untuk
melaksanakan tugas pegelolaan Waduk. Tugas utama Badan Pengelola Waduk Cirata adalah :
1. Pengelolaan pemeliharaan Waduk Cirata dan lahan surutan di sekitarnya.
2. Pengelolaan pengembangan pemanfaatan perairan umum dan lahan surutan,
serta pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan pencemaran air, untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pengelolaan administrasi dan keuangan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaanniaga yang sehat. BPWC telah melaksakan tugasnya dalam mengelola Waduk Cirata dan
bekerjasama dengan instansi lain dalam pelaksanaannya. Luas waduk yang begitu besar hingga melintasi 3 wilayah administrasi dan banyaknya jenis pemanfaatan
di Waduk Cirata membuat BPWC harus bekerjasama dengan pihak lain dalam melaksanakan tugasnya. Langkah yang dilakukan oleh BPWC dalam penertiban
KJA yaitu dengan diberlakukannya SPL bagi setiap KJA yang ada di Waduk Cirata. Usaha pengurangan jumlah KJA juga dilakukan dengan pengembangan
usaha budidaya ikan di darat. Dengan pengembangan usaha budidaya ikan di darat diharapkan dapat mereduksi jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata dengan
relokasi. Untuk kelestarian Waduk, BPWC secara berkala melakukan pembersihan eceng gondok dan sampah-sampah yang ada di sekitar waduk.
h. Keputusan Direksi PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II No.
055 K010DIR1999 tentang Tarif Jasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Waduk Cirata untuk Budidaya Perikanan Kolam Jaring Apung
Pengolongan Konsumen KJA Konsumen KJA adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan
kegiatan perikanan kolam jaring apung di Waduk Cirata. Konsumen KJA dibagi menjadi beberapa golongan yaitu pengusaha ekonomi lemah, pengusaha ekonomi
99 menengah, dan pengusaha ekonomi kuat. Penggolongan konsumen KJA memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : a.
Pengusaha ekonomi lemah -
Jumlah maksimum 4 petak kolam -
Penduduk asli daerah sekitar waduk -
Lahan garapannya terendam -
Tidak punya usaha lain -
Bukan pengusaha KJA petani penggarap b.
Pengusaha ekonomi menengah -
Jumlah kolam 5 – 24 petak kolam -
Pengusaha KJA c.
Pengusaha ekonomi kuat -
Jumlah kolam lebih dari 24 kolam -
Pengusaha KJA Tarif Jasa Pengelolaan dan Pemeliharaan Waduk Cirata untuk Budidaya
Perikanan Kolam Jaring Apung Petani ikan yang mendirikan KJA di Waduk Cirata dikenakan biaya
sebesar Rp. 1.500m
2
. Komponen biaya tarif tersebut terdiri dari biaya pemeliharaan waduk, biaya operasional, biaya administrasi, dan biaya kompensasi.
Rincian tarif jasa pengelolaan dan pemeliharaan Waduk Cirata untuk budidaya perikanan dalam KJA dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Rincian tarif jasa pengelolaan dan pemeliharaan Waduk Cirata untuk budidaya perikanan dalam KJA
Biaya Pemeliharaan
Rp.m
2
Biaya Operasional Biaya Administrasi
Biaya Kompensasi
Total Tarif
Rp.m
2
Jasa Rp.m
2
Jasa Rp.m
2
1000 Plat nomor
50 Formulir
60 120
Supervisi 50
Registrasi 40
Penempatan Lokasi
50 Pengurusan
ijin 50
Pengendalian limbah
50 Rekomendasi
30 1000
200 180
120
1500
Sumber : BPWC, 1999
100 Dispensasi Tarif
Dispensasi tarif adalah keringanan pembayaran tarif jasa pengelolaan dan pemeliharaan Waduk Cirata kepada konsumen KJA dengan syarat konsumen KJA
merupakan pengusaha ekonomi lemah, berdomisili di sekitar Waduk Cirata, membawa surat keterangan otentik dari kepala desa, direkomendasikan oleh
kepala zona. Dispensasi tarif tersebut terbagi menjadi beberapa kategori seperti yang dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Dispensasi tarif untuk konsumen KJA
No. Kode Tarif
Jumlah PK Volume PK
DSC Diskon
Keterangan 1.
TR – 1
1 – 4
4 Rp. 500,-
TR = Tarif Ringan DSC = Domisili
Sekitar Cirata PK = Petak Kolam
2. TR
– 2 5
– 8 4
Rp. 400,- 3.
TR – 3
9 – 16
8 Rp. 300,-
4. TR
– 4 17
– 24 8
Rp. 200,- 5.
TR – 5
24
-
Sanksi Petani pengusaha perikanan KJA yang belum memiliki IUP dan SPbi
atau yang sudah habis masa berlakunya SPbi, akan diberikan surat pemberitahuan yang dilengkapi dengan jadwal penyelesaiannya. Keterlambatan pengurusan IUP
dan SPbi dari jadwal yang telah dibentuk dalam surat pemberitahuan akan dikenakan biaya keterlambatan. Surat peringatan akan dikeluarkan setiap
bulannya hingga bulan ke tiga jika masih belum diselesaikan. Apabila sesudah surat peringatan ketiga tidak juga menyelesaikan pengurusan IUP dan atau SPbi
maka akan dilaporkan ke Dinas Perikanan TK I Jawa Barat untuk dilakukan pembongkaran.
Petani ikan yang telah mengurus pembayaran tarif kepada BPWC nantinya akan diberikan SPL dan pemasangan stiker di KJA-nya. SPL inilah yang menjadi
salah satu syarat bagi pengurusan IUP dan SPbi. Di Waduk Cirata hanya 5.517 petak KJA yang memiliki SPL, sisanya sebanyak 47.517 petak KJA tidak
memiliki SPL Sensus PT. Cikal, 2011. Kebanyakan masyarakat enggan mengurus SPL karena mereka menilai tidak ada perbedaan yang mendasar antara
petani ikan yang memiliki SPL dan tidak memiliki SPL. Pengurusan SPL dengan sistem jemput bola hasil kerjasama BPWC, dinas perikanan kabupaten dan aparat
desa juga memiliki biaya operasional yang tinggi. Biaya operasional untuk
101 kegiatan pengurusan SPL ini sebesar 34 juta rupiah per-bulan, sedangkan
pendapatan BPWC dari hasil SPL ini rata-rata hanya 12 juta per-bulan Widiastuti, 2013.
Dalam peraturan ini memang belum ditetapkan batas maksimal KJA yang boleh dimiliki setiap petani. Hal ini dikarenakan pada waktu peraturan ini dibuat
jumlah petani KJA di Waduk Cirata masih relatif sedikit, hanya ada
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 yang menyatakan jumlah KJA
keseluruhan yang boleh ada di Waduk Cirata yaitu sebanyak 12.000 petak.
Pada
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan telah diatur bahwa pembudidaya ikan paling banyak memiliki jumlah
KJA sebanyak 20 petak. Berlebihnya jumlah KJA di Waduk Cirata memang diakui oleh berbagai pihak terkait karena kurangnya pengawasan pada awal
diijinkannya KJA di Waduk Cirata. Wilayah waduk yang luas dan biaya operasional yang tinggi dinilai menjadi penyebab dari kurangnya pengawasan
tersebut. Sekarang sudah mulai dilakukan pembedaan terhadap petani ikan yang
memiliki SPL dan tidak memiliki SPL. SPL yang dimiliki petani ikan dapat dijadikan sebagai jaminan apabila petani ikan ingin meminjam uang di bank. Hal
ini diharapkan mampu menjadi insentif bagi petani ikan untuk mengurus SPL. Pengurangan KJA yang kini telah lebih dari 50.000 petak nampaknya tidak mudah
untuk dilakukan. Pembongakaran KJA yang seharusnya dilakukan bagi petani yang melanggar ketentuan jarang dilakukan karena alasan kemanusiaan. Petugas
merasa tidak tega menghilangkan mata pencarian masyarakat, apalagi yang memiliki ekonomi lemah. Saat ini pembongkaran hanya dilakukan pada KJA yang
sudah rusak atau tidak dipakai lagi. Bagi petani ikan yang ingin membongkar KJA-nya namun tidak memiliki biaya untuk menariknya ke darat, dapat
melaporkan kepada penyuluh lapangan atau dinas perikanan di wilayahnya untuk mendapatkan bantuan penarikan KJA. BPWC juga sedang melakukan upaya
pembudidayaan ikan di darat yang nantinya dapat menjadikan lapangan kerja baru untuk petani ikan dan mereduksi KJA di Waduk Cirata untuk dipindahkan.
Langkah yang ditempuh saat ini oleh pihak pengelola dan pemerintah adalah tidak diperbolehkan adanya penambahan jumlah KJA di Waduk Cirata.
102 i.
Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung, Bupati Cianjur, Bupati Purwakarta, Direktur Utama PT. Pembangkitan Jawa Bali Nomor 15
Tahun 2003; 1 Tahun 2003; 13 Tahun 2003; 8 tahun 2003; 036060DinetV2003 tentang Pengembangan Pemanfaatan Kawasan Waduk
Cirata
Keputusan ini berisi kesepakatan pengembangan secara terkoordinasi dan terpadu melalui optimalisasi pemanfaatan dan pendayagunaan potensi sumberdaya
alam kawasan Waduk Cirata sebagai Kawasan Terpadu Agribisnis dan Pariwisata yang bernuansa budaya Jawa Barat sekaligus berfungsi sebagai Pusat
Pengembangan Pendidikan dan tanpa mengganggu fungsi utama waduk sebagai penampung air untuk digunakan mengoperasionalkan PLTA Cirata.
Perijinan Penyelenggaraan
proses perijinan
dalam rangka
pengembangan pemanfaatan kawasan Waduk dilaksanaan melalui Pola Pelayanan Satu Atap yang
terdiri dari unsur Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan PT. Pembangkitan Jawa-Bali selaku penanggung jawab pengelolaan.
Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan PT. Pembangkitan Jawa
Bali secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan kewenangannya masing-masing melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengembangan pemanfaatan kawasan Waduk Cirata.
Pemanfaatan Waduk Cirata telah berkembang salah satunya sebgai lokasi budidaya ikan, koordinasi diantara pihak terkait belum optimal dari banyaknya
pelanggaran seperti jumlah KJA yang berlebih, tidak memiliki ijin, dan perairan Cirata yang mulai tercemar sehingga mengganggu kegiatan budidaya ikan dan
pembangkitan listrik. Koordinasi antar pihak terkait belum optimal dalam pelaksanaan dan pengawasan peraturan yang berlaku. Pola pelayanan satu atap
untuk pengurusan perijinan usaha perikanan juga sudah tidak berjalan. j.
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 05 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha Perikanan
Kepada setiap penyelenggara usaha perikanan dipungut retribusi atas jasa pelayanan pemberian Ijin Usaha Perikanan IUP, penggunaan fasilitas barang dan
jasa PPI, produksi benih dan konsumsi di instansi milik Pemerintah Daerah serta pelelangan ikan. Pemberian ijin dan produksi ikan hasil budidaya yang diusahakan
103 termasuk objek retribusi. Pembudidaya ikan termasuk ke dalam subjek retribusi.
Usaha pembudidayaan ikan di air tawar dengan areal lahan ± 1 Ha wajib memiliki IUP dari Bupati. Setiap unit usaha perikanan yang telah memiliki IUP
pembudidayaan ikan wajib dilengkapi dengan SPBI dari Bupati. SPBI berlaku selama 2 dua tahun dan dapat diperpanjang.
Besarnya retribusi ijin usaha pembudiayaan IUP di tambak sebesar Rp. 10,-m
2
dan SPBI sebesar Rp. 250,-m
2
2 tahun. Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2 dua persen setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 3 tiga bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah.
Banyak petani ikan yang belum memiliki ijin usaha budidaya. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah setempat tentang keharusan dan tata cara
memperoleh ijin adalah penyebab dari hal tersebut. Sebagai satu-satunya kabupaten yang mewajibkan retribusi, seharusnya sosialisasi dan penegakan
aturan lebih ditingkatkan karena bermanfaat untuk menambah PAD Kabupaten Cianjur.
k. Peraturan Bupati Cianjur Nomor 34 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor
05 Tahun
2010 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perikanan Untuk memperoleh SPBI pemohon harus mengajukan secara tertulis
kepada dinas dengan melampirkan photo copy IUP; rekomendasi lokasi dari instansi yang berwenang untuk usaha budidaya di KJA di perairan umum.
Permohonan SPBI dapat ditunda apabila persyaratan yang telah ditentukan tidak dipenuhi. Penundaan SPBI diberikan dalam tenggang waktu 3 tiga bulan.
Apabila dalam jangka waktu tersebut persyaratan masih tidak dipenuhi, permohonan dapat dibatalkan.
Banyak petani ikan yang belum memiliki ijin usaha budidaya. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah setempat tentang keharusan dan tata cara
memperoleh ijin adalah penyebab dari hal tersebut. Sebagai satu-satunya kabupaten yang mewajibkan retribusi, seharusnya sosialisasi dan penegakan
104 aturan lebih ditingkatkan karena bermanfaat untuk menambah PAD Kabupaten
Cianjur. Beberapa peraturan yang berlaku telah ditetapkan ditingkat provinsi dan
kabupaten. Peraturan perundang-undangan yang berlaku telah mengatur sumberdaya perikanan, baik untuk tujuan ekonomi maupun konservasi
perlindungan terhadap sumberdaya waduk. Bedasarkan hasil analisis terhadap peraturan tersebut, dapat dilihat bahwa telah ada peraturan untuk kegiatan
perikanan di Waduk Cirata. Namun yang menjadi masalah adalah penerapan dari aturan yang telah berlaku tersebut. Implementasi dari aturan yang berlaku dirasa
belum berjalan. Hal tersebut dapat dilihat dari bayaknya pelanggaran yang terjadi. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat menyebabkan peraturan-peraturan
tersebut tidak berjalan di lingkungan masyarakat. Penegakan saksi juga masih tidak berjalan. Salah satu alasan tidak berjalannya saksi yaitu karena faktor
kemanusiaan. Contohnya yaitu ketika KJA yang tidak memiliki ijin seharusnya dibongkar ada rasa tidak tega sehingga pembongkaran tidak dilakukan. Selain itu
pihak pemerintah juga menyadari kelebihan KJA yang sekarang ini terjadi juga disebabkan kurangnya pengawasan pada awal masa diijinkannya KJA di Waduk
Cirata.