19 21 yang dihasilkan dalam Koferensi Tingkat Tinggi Bumi Earth Summit di Rio
de Janeiro tahun 1992, Agenda 21 Indonesia merumuskan strategi nasional untuk pembangunan berkelanjutan yang dikelompokan menjadi empat are yakni :
pelayanan masyarakat, pengelolaan limbah, pengelolaan sumberdaya tanah, pengelolaan sumberdaya alam Mitchell, 2010.
2.4 Teori Kelembagaan
Kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu kontrol atau jurisdiksi, pembebasan atau liberasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu Arifin,
2005. Definisi kelembagaan mencakup dua batas pemisah penting, yaitu 1 norma dan konvensi norms and conventions, serta 2 aturan main rules of the
game. Kelembagaan umumnya dapat diprediksi dan cukup stabil, serta dapat diaplikasikan pada situasi berulang, sehingga sering juga diartikan sebagai
seperangkat aturan main atau tata cara untuk keberlangsungan sekumpulan kepentingan a set of working rules of going concerns.
Menurut Arifin 2005, ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal- hal berikut :
1. Kelembagaan adalah kreasi manusia human creations. Beberapa bagian
penting dari kelembagaan adalah hasil akhir dari upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar.
2. Kumpulan Individu group of individuals. Kelembagaan hanya berlaku pada
sekelompok individu, setidaknya dua orang atau bagi seluruh anggota masyarakat.
3. Dimensi waktu time dimension. Karakteristik suatu institusi adalah apabila
sesuatu dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang repeated situations dalam suatu dimensi waktu.
4. Dimensi tempat place dimension. Salah satu determinan penting dalam
aransemen kelembagaan adalah lingkungan fisik, yang juga dapat berperan penting dalam pembentukan suatu struktur kelembagaan.
5. Aturan main dan norma rules and norms. Kelembagaan ditentukan oleh
konfigurasi aturan main dan norma, yang telah dirumuskan oleh suatu kelompok masyarakat.
20 6.
Pemantauan dan penegakan hukum monitoring and enforcement. Aturan main dan norma harus dipantau dan ditegakan oleh suatu badan yang
kompeten, atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu. 7.
Hierarki dan jaringan nested levels and institutions. Kelembagaan bukanlah struktur yang terisolasi, tapi merupakan bagian dari hierarki dan jaringan atau
sistem kelembagaan yang lebih kompleks. 8.
Konsekuensi kelembagaan consequences of institutions. Umumnya dikenal dua tingkatan konsekuensi. Pertama, kelembagaan meningkatkan rutinitas,
keteraturan, atau tindakan manusia yang tidak memerlukan pilihan lengkap dan sempurna. Kedua, kelembagaan memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu
pola interaksi yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu. Ciri umum kelembagaan menurut Bogason 2000 dalam Suhana 2008,
yaitu adanya sebuah struktur yang didasarkan pada interaksi di antara para aktor, adanya pemahaman bersama tentang nilai-nilai, dan adanya tekanan untuk
berperilaku sesuai dengan yang telah disepakatiditetapkan. Kelembagaan dilihat sebagai aturan main yang memberi naungan dan sanksi terhadap individu-individu
dan kelompok-kelompok dalam menentukan pilihannya. Bogason 2000 dalam Suhana 2008 juga menyatakan bahwa ada
Terdapat tiga level aturan, yaitu level aksi, level aksi kolektif, dan level konstitusi. Pada level aksi, aturan secara langsung mempengaruhi aksi nyata dan biasanya
ada standar atau rules of conduct. Pada level aksi kolektif, aturan didefinisikan untuk aksi pada masa-masa yang akan datang atau penetapan aturan ini sering
disebut sebagai kebijakan. Sedangkan pada level konstitusi kita mendiskusikan prinsip-prinsip bagi pengambilan keputusan kolektif masa yang akan datang,
seperti prinsip-prinsip demokrasi. Aturan-aturan pada level konstitusi ini biasanya ditulis secara formal dan dikodifikasi.
2.5 Kinerja Kelembagaan
The Organisation for Economic Cooperation and Development OECD dalam Ruray 2012 menyatakan bahwa kerangka kelembagaan merupakan bagian
inheren dari sistem manajemen lingkungan. Ini memfasilitasi dan mendukung proses pembuatan kebijakan lingkungan, dan memastikan pelaksanaan dan