Kelembagaan Informal Kelembagaan Sebagai Aturan Main dalam Pengelolaan KJA Waduk Cirata

111 mengarahkan perilaku mereka dalam upaya mengelola dan menjaga kelestarian sumberdaya yang terdapat di Waduk Cirata. Dengan adanya persamaan persepsi ini, maka perilaku setiap stakeholder dapat berjalan selaras dalam pengelolaan Waduk, baik untuk pemerintah dan swasta selaku pembuat kebijakan maupun petani ikan sebagai pelaksana peraturan. b. Persepsi terhadap keberadaan KJA. Persepsi pemerintah dan swasta BPWC serta petani ikan sepakat menganggap bahwa Jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata sudah sangat banyak dan perlu dilakukan pembatasan jumlah KJA. Pengetahuan stakeholder terhadap keberadaan KJA dapat mengarahkan perilaku mereka dalam upaya perbaikan pengelolaan KJA. Dengan adanya persamaan persepsi ini, maka perilaku setiap stakeholder dapat berjalan selaras dalam pembatasan KJA sehingga aturan yang dibuat pemerintah dan swasta BPWC dapat diterima oleh petani ikan yang memanfaatkan KJA. c. Persepsi terhadap pengelolaan Waduk Cirata dalam kaitanya dengan KJA. Dalam hal persepsi terhadap kepemilikan waduk, pihak pemerintah dan swasta sudah mengetahui bahwa Waduk Cirata adalah milik PLN. Sebagian besar petani ikan juga sudah mengetahui bahwa Waduk Cirata adalah milik PLN, hanya sebagian kecil yang tidak mengetahuinya. Sedangkan untuk persepsi terhadap kejelasan aturan main yang ada di Waduk Cirata pemerintah dan swasta menganggap aturan main yang ada di Waduk Cirata sudah jelas. Hal itu berbeda dengan persepsi petani ikan yang memiliki persepsi beragam. Sebagian besar patani ikan memang menganggap aturan main di Waduk Cirata sudah jelas, namun ada juga yang mengatakan aturan mainnya tidak jelas. Perbedaan persepsi ini menunjukan kurangnya sosialisasi mengenai aturan di tingkat pemerintah ke masyarakat. 4. Aturan-aturan formal yang berlaku telah mengatur pengelolaan sumberdaya perikanan KJA yang mencakup tujuan ekonomi dan konservasi perlindungan terhadap sumberdaya waduk. Namun implementasi dari aturan tersebut belum berjalan. Kurangnya sosialisasi aturan terhadap masyarakat menyebabkan banyaknya pelanggaran teradap aturan tersebut. Saksi bagi pelanggar aturan juga belum dapat ditegakan karena alasan kemanusiaan. Aturan-aturan 112 informal secara tidak langsung memiliki tujuan sosial, ekonomi, dan konservasi yang mendukung pengelolaan perikanan KJA di Waduk Cirata. Aturan ini berupa kesepakatan di antara para petani ikan. Hal tersebut menunjukan telah ada kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian waduk. 5. Desain kelembagaan yang sesuai bagi pengelolaan Waduk Cirata terutama yang berkaitan dengan KJA yaitu kelembagaan yang mampu menjembatani kepentingan beberapa pihak yang memanfaatkan Waduk Cirata terutama kepentingan pembangkitan listrik dan kegiatan budidaya perikanan. Perlu dibentuk suatu visi bersama dan prioritas pengelolaan waduk. Hal tersebut dapat dicapai dengan peningkatan koordinasi diantara stakeholder yang terlibat. Forum MPC yang baru dibentuk tahun ini diharapkan dapat menjadi penguat koordinasi dan dapat mewujudkan visi bersama yang telah disepakati.

9.2 Saran

1. Banyaknya stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Waduk Cirata seharusnya dapat pula dijadikan kekuatan untuk mengoptimalkan potensi Waduk Cirata. Kerjasama antar stakeholder agar lebih ditingkatkan agar terwujud pengelolaan Waduk berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang. 2. Berbagai perturan yang terdapat dalam pengelolaan Waduk Cirata perlu disosialisasikan secara merata kepada pemanfaat Waduk Cirata termasuk petani ikan di KJA. Selain disosialisasikan, penegakan aturan tersebut juga perlu ditingkatkan agar pelanggaran yang ada di Waduk Cirata semakin berkurang. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kendala utama yang dihadapi pengambil kebijakan dalam pelaksanaan pembatasan jumlah KJA, dan penyebab terjadinya pembiaran terhadap berlebihnya jumlah KJA pada masa awal diijinkannya keberadaan KJA agar dapat diperbaiki dalam upaya pengelolaan KJA di masa depan. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sumber pencemar air di Waduk Cirata dari hulu sungai Citarum hingga ke dalam Waduk itu sendiri 113 sehingga perbaikan kualitas air di Waduk Cirata dapat dilakukan secara menyeluruh. Hal ini dapat diakukan dengan bekerjasama baik dengan Pengawasan Kelautan dan Perikanan maupun dengan berbagai pihak yang ikut memanfaatkan Waduk Cirata.